"Benar."

Aku mengangguk setuju.

"Kalau saja papa sampai jadi mengadopsinya papa akan menyesal."

"Benar."

"Kamu tahukan kenapa papa tidak melakukannya?"

"Papa peduli dengan kami semua."

Ayahku mengeleng, "bukan karena itu."

"Lalu?"

"Papa baru tahu ternyata Ananda itu bukan nama aslinya."

Aku mengeryitkan mataku.

"Nama aslinya Lerian. Kalau dia jadi adikmu, kalau nama depannya dipakai jadi kombinasi keluarga kita, nanti nama kombinasi keluarga kita berantakan karena menjadi ZAKHARIL. Aneh kan?"

Begitu ya?

Okey...Okey...Okey...

Sekarang aku selesai menceritakan kisah perkenalanku yang tidak terlalu spesial. Aku tahu kalau aku menceritakannya, ceritaku bisa menjadi novel.

Aku sedang berada di sebuah ruang tunggu yang cukup berisik. Semua orang di ruangan ini berjalan lalu lalang melewatiku tanpa menyapaku sama sekali. Seorang memegang map atau kertas tebal. Seorang mundar-mandir tanpa arah dengan handphone melekat di kuping. Lalu seseorang lainnya duduk. Okey, aku ralat tentang semua orang di ruangan ini lalu lalang. Everybody made mistakes.

Perempuan yang duduk itu tidak lama menerima telepon, mengangguk-angguk lalu berkata kepadaku untuk segera masuk. Aku menanggapinya untuk segera masuk perlahan menuju sebuah ruangan yang perempuan itu tunjuk.

Ruangan kecil penuh kaca, seorang pria duduk penuh gaya.

Katanya, "Silahkan duduk."

Aku duduk tepat di hadapannya. Aku tersenyum sedikit lalu ia pun membalasnya. Ia memperhatikanku dari atas rambut sampai di atas perut, mengingat meja menutupi bagian perut ke bawah.

"Zerry Setiawan, benar namamu begitu?"

"Benar sekali pak."

"Dan kamu ke sini untuk melamar kerja?"

"Tentu saja pak, masa melamar anak bapak?"

Kata orang, candaan adalah cara bijak untuk melepaskan kegugupan. Aku hanya tersenyum bahkan sedikit tertawa sambil melihat pria di hadapanku itu, tapi kelihatannya ia tidak tertawa. Mukanya ditekuk sebelah, matanya sedikit memerah dan aku harus merevisi perkataanku lagi. Kata orang, candaan yang tidak bijak adalah cara buruk untuk melepaskan kemarahan.

"Kamu suka bercanda ya?"

Aku mengangguk kikuk.

"Saya tidak."

Doomday....!!!!

* * *

Ya. Aku tidak diterima.

Tiga kali dalam minggu ini aku tidak diterima gara-gara bos dari setiap perusahaan yang aku lamar tidak punya selera humor.

Apa salahnya sih rasa humor itu?

Semua harus merasakannya.

Coba bandingkan! Kita semua setuju semua rasa itu menyenangkan. Asin, manis, pahit, asam, humor. Nah... rasa humor itu bagian dari kehidupan. Seperti sayur asin tanpa garam, seperti sayur asem tanpa asem, sama seperti itulah interview tanpa humor.

Okey. Aku salah.

Dan ini adalah kesempatan terakhirku dalam minggu ini untuk mendapatkan pekerjaan.

My Name Is ZeonWo Geschichten leben. Entdecke jetzt