Arisa's POV
Kemarin. Benar-benar sebuah keributan yang mengerikan.
Nanta yang biasanya selalu memberikan tawa dan senyumnya, untuk pertama kali kulihat aura hitam seperti menguar dari tubuhnya.
Langit yang selalu tenang, untuk pertama kalinya membentak Nanta dengan penuh amarah.
Sedangkan Arga, untuk pertama kalinya kulihat dia sebegitu depresinya menghadapi dua sahabatnya.
Mereka bertiga yang dulunya selalu adem-adem saja—walau semua orang tahu kontrasnya sifat mereka itu—menjadi pecah.
Sekarang ruangan klub ini terasa sangat kosong.
Tak ada Nanta dengan ocehannya. Tak ada Arga dengan petuah dan kata-kata bijaknya. Dan tak ada Langit dengan ucapan dingin dan singkat darinya.
Walau tak seperti yang kubayangkan saat pertama kali bergabung, tapi ternyata, kalau mereka bertiga tidak ada, klub ini rasanya benar-benar tidak hidup.
Bahkan, hanya satu saja yang tidak hadir, terasa sangat hampa.
Padahal hari ini, terakhir kalinya kami bisa berkumpul di Ruangan Sastra. Dan mereka malahan sedang pecah kongsi.
Dasar anak-anak itu.
Yah, sudahlah. Kami juga sebentar lagi akan jadi anak kelas tiga. Sudah ada jalan yang harus kami pilih masing-masing.
Setidaknya, Klub Sastra ini memberikanku banyak kenangan yang menyenangkan.
Hah.
Karena tidak ada tanda-tanda tiga pemuda itu akan datang, maka kuputuskan untuk segera pergi.
Tumpukan buku. Rak-rak berisi tulisan kami. Dan meja Bu Herlina selaku pemimbing kami yang terletak di sudut ruangan. Beliau itu, walau selalu ada di ruang klub, tapi dia berada di dunianya sendiri.
Aku tersenyum kecil ketika pintu sudah terkunci.
Dengan memori yang kembali terputar, aku meninggalkan ruangan itu sambil menahan gejolak sedih yang wajar saja datang.
Selamat tinggal, Klub Sastra kami.
__TBC__
Yap, kami kembali. Dengan cerita yang Insyaa'Allah lebih baik tentunya.
Moonlight masih di tahap revisi dan bakal dirombak. Let's meet them someday!
Ikuti cerita Langit, Nanta dan Arga, ya!
Add to library and give us some comment!
Xoxo
Nabila,
Senin, 2 Juli 2018
YOU ARE READING
VERT
Teen FictionIni kisah tentang tiga pemuda yang terjebak dalam ikatan "teman satu klub" yang ternyata berujung pada persahabatan kikuk dan manis. Kontrasnya sifat mereka bertiga, seakan menjadi tantangan tersendiri. Ada juga bumbu romansa dan keluarga yang menj...
