7

255 45 12
                                    

Siang itu Chenle merasa perutnya mulai kembali kelaparan. Padahal baru satu jam lalu ia dan teman-temannya makan siang. Saat sampai di dapur, Chenle sedikit terkejut karena melihat Somi yang tengah berdiri sambil menghadap ke jendela.

"Ngapain? Kelaperan juga, ya?" tanya Chenle sambil membuka kulkas untuk mengambil sereal dan susu.

Tak ada jawaban dari Somi, Chenle tidak memperdulikannya, mungkin saja Somi tidak mendengar pertanyaannya barusan.

"Wi, lu sendirian disana, 'kan?" gumam Somi yang terdengar oleh Chenle. Chenle mengerutkan keningnya kemudian menoleh ke belakang.

"Wi, lo dibunuh pake pisau ini, 'kan?" tanya Somi sambil mengambil sebuah pisau. Mata Chenle melebar melihat tingkah laku aneh Somi.

"Som, lo mau ngapain?!" pekik Chenle kemudian menghampiri gadis itu dan membalikkan tubuhnya secara paksa.

"LEPAS! JAUH-JAUH DARI GUE! LO MAU BUNUH GUE, 'KAN?!" teriak Somi sambil mengarahkan pisaunya pada Chenle. Chenle mundur dengan takut karena diacungkan pisau oleh Somi.

"Bunuh lo? Sama darah aja gue takut! Gimana bisa gue bunuh lo coba!" balas Chenle kemudian.

"Ada apaan siㅡ WOY SOM NGAPAIN PEGANG-PEGANG PISO GITU?!" pekik Jaemin dan beberapa anak lainnya yang datang ke dapur karena mendengar keributan.

"APA?! LO JUGA MAU BUNUH GUE, 'KAN? KALIAN MAU BUNUH GUE, 'KAN?! JUJUR AJA! DARIPADA GUE DI BUNUH SAMA KALIAN DISINI!! MENDING GUE BUNUH DIRI!!" teriak Somi yang kemudian mengarahkan pisaunya pada dadanya sendiri.

"Somi, coba tenangin dulu ya. Kita gak ada yang mau bunuh lu Som, justru kita disini kan saling menjaga," ujar Jeno berusaha tenang.

"BULLSHIT!!" balas Somi, kemudian gadis itu tertawa keras sambil mengarahkan pisaunya pada satu per satu teman-temannya yang ada di dapur.

"Gue nggak mau mati di tangan salah satu dari kalian. Lebih baik gue mati di tangan gue sendiri dan nyusul Daehwi!" Serunya yang kemudian kembali mengarahkan pisau di tangannya pada dadanya sendiri.

"Lo kenapa sih? Ada yang ngancem lo?" tanya Koeun kemudian.

Somi terkekeh pelan. "Selamat tinggal dan selamat mati di tangan pembunuh itu wahai kalian semua," ucap Somi yang kemudian mengangkat pisaunya, siap menancapkan pisau tajam itu pada jantungnya sendiri.

"SOMI!!" teriak Mark yang kemudian berlari, mencoba mencegah Somi yang akan bunuh diri.

Namun terlambat. Somi lebih dahulu menancapkan pisau itu pada jantungnya sebelum Mark sempat menyelamatkannya.

"Somi!!" Mark berhasil menangkap tubuh Somi yang mulai ambruk. Darah segar mengalir dengan deras dari dada Somi, gadis itu terbatuk darah dan memuncratkan sedikit darahnya pada wajah Mark.

"Wi..., tunggu gue...." lirihnya pelan sebelum mata indahnya itu menutup dengan sempurna. Mark yang menopang Somi hanya bisa terdiam. Kenapa begini?

PRANG!!

Beberapa anak berteriak ketika jendela dapur itu pecah akibat lemparan batu. Beruntungnya Mark yang berada di dekat jendela tidak kenapa-kenapa. Ningning berjalan menghampiri batu itu. Kemudian mengambil kertas yang tertempel di batu itu.

Rumah Kosong Sembilan (009)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang