4

299 59 21
                                    

Mereka duduk melingkar pada karpet berbulu berwarna putih di ruang tengah setelah selesai mengubur Felix di halaman belakang. Masing-masing diam dengan pikirannya. Dan di antara mereka, Jeno lah yang paling tidak baik-baik saja.

Jeno dan Felix dekat karena mereka memasuki panti pada hari yang sama. Meski dulu Felix sering berbicara dengan bahasa campur aduk, dan sedikit menyebalkan karena sering membuat keributan di sana-sini, Jeno tetap menganggap lelaki itu adalah teman seperjuangannya karena dalam kondisi apa pun, keduanya selalu bersama.

Shuhua menggenggam tangan kembarannya membuat Jeno menatap kosong ke arahnya.

"Jangan terlalu tenggelam dalam lautan kesedihan. Abang sendiri yang bilang kalo dunia itu kejam karena akan tetap berjalan seperti biasa meskipun kita terluka dan hancur. Jadi ayo bangkit dan cari pelaku dibalik kematian Felix," bisik Shuhua membuat Jeno tersenyum tipis dan menyandarkan kepala Shuhua dibahunya lalu mengacak rambut kembarannya itu pelan.

"Maaf ya Eric, kedatangan lo malah di sambutㅡ"

"Nggak apa kok," ucap Eric memotong ucapan Yuqi. "Tapi bisa jelasin apa yang sebenarnya terjadi?"

Semuanya sontak menatap ke arah Koeun karena hanya gadis itulah yang paling pandai menjelaskan segala situasi, apalagi situasi rumit seperti ini.

Koeun menghela napasnya pelan. "Kemarin lalu, Ibu bunuh diri."

"Eh?"

Akhirnya, Koeun meceritakan kejadian kemarin lalu, saat Lami dan Park mendapati Ibu dalam keadaan berlumuran darah.

"Dan tadi pagi, Seonho ketiduran di kamar mandi, tapi nggak tahu kenapa dia malah ada di bawah kolong tempat tidur Ibu dan Felix..., kita enggak tau kenapa, tapi dia ditemukan gantung diri, lo liat sendiri tadi," ucap Koeun mengakhiri penjelasannya.

Hyunjin meletakkan sebuah surat dengan noda darah di tengah lingkaran mereka.

"Gue nemu ini tadi di saku celana Felix," ucapnya membuat semua mata tertuju pada surat itu.

"Sambungan telepon rumah di putus secara sengaja ngebuat kita enggak bisa ngehubungin polisi atau ambulan. Lalu sekarang surat yang mengancam kalau kita keluar pekarangan rumah atau minta tolong ke orang luar, kita semua bakal berakhir," ucap Mark panjang lebar sembari memijit pelan pelipisnya.

"Aku enggak mau tidur sendirian aku mau tidur bareng Ibu aja."

Ucapan Jiheon membuat semuanya menatap gadis manis itu.

"Jiheon..., Ibu udah enggak ada," ucap Jeongin membuat Jiheon langsung menangis kencang. Chenle yang kebetulan berada di samping Jiheon langsung menepuk pundak gadis yang lebih muda dua tahun darinya itu.

Seonho menunduk. "Maaf ya, karena gue ketiduran di kamar mandi dan entah kenapa bisa berakhir di bawah kolong malah bikin bang Felix kayak gini."

"Ini bukan salah lo kok, Ho." Haechan merangkul pundak Seonho yang bergetar dan menepuknya pelan.

"Mending, kalian balik ke kamar dan tidur," ucap Yuqi membuat Han menatapnya tak setuju. "Gimana kita bisa tidur setelah kejadian kayak gini, Kak?"

Koeun menghela napasnya lagi. "Kalian semua tidur, biar gue, Mark sama Hyunjin yang jaga."

"Nggak, lo cewek kak. Biar gue, bang Mark, sama Hyunjin yang jaga. Yang lain bisa besok," ucap Jaemin yang langsung di angguki yang lain.


 Yang lain bisa besok," ucap Jaemin yang langsung di angguki yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumah Kosong Sembilan (009)Where stories live. Discover now