5

282 60 20
                                    

Pagi itu Mark, Jaemin dan Hyunjin masih terjaga. Mereka hanya takut jika yang dimaksud 'memanggang' oleh sang peneror adalah membakar rumah ini. Jadi setidaknya jika mereka masih terbangun, mereka dapat mencegah hal itu terjadi.

"Alasan orang itu neror kita apa ya kira-kira?" tanya Hyunjin sambil menahan kantuknya. Ya, jelas dia mengantuk kan. Orang semaleman nggak tidur.

"Gue juga nggak tau, padahal kita juga jarang banget kan ganggu orang-orang luar?" tanya Jaemin.

Mark mengangguk. "Tapi pikir deh, peneror ini neror kita terus setelah Ibu bunuh diri. Apa jangan-jangan..." Mark menatap Hyunjin dan Jaemin.

"Penerornya mau balas dendam ke Ibu, tapi karena Ibu bunuh diri duluan dia jadi neror kita?! Jangan-jangan gitu?" tanya Hyunjin dengan mata yang langsung segar kembali.

"Ah tapi masa sih? Ibu kan jarang banget bikin orang marah tapinya, atau jangan-jangan penerornya cuma iseng?" tebak Jaemin gantian membuat kedua temannya itu saling memandang, lalu menggeleng.

"Psikopat banget kalau sampe bunuh orang cuma buat iseng," balas Mark.

"Kalian nggak tidur?" Tanya seseorang yang membuat ketiga orang itu menoleh secara bersamaan.

"Eh Kak Koeun. Iya belom nih," jawab Hyunjin pada Koeun yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Yaudah tidur sana, udah pagi gini lagian. Penerornya juga nggak akan neror lagi kayaknya kalau kita semua udah bangun." Koeun kemudian berjalan ke kamar-kamar lainnya untuk membangunkan Adik-adiknya itu.

Semuanya sudah terbangun walau Seonho, Park, Lami dan Jiheon masih terlihat amat mengantuk.

"Ayo bangun-bangun, jangan ngantuk mulu. Udah pagi loh." Jeno mengelus satu per satu adik kecilnya yang masih mengantuk.

"Ih tadi Abang belum ngelus kepala aku loh," ujar Shuhua yang seperti biasa, dia cemburu jika Jeno memberi perhatian pada anak-anak panti lainnya sebelum dirinya.

Jeno terkekeh geli. "Oh iya, lupa ya. Maaf yaa, sini kucingnya Abang di elus duluuu." Jeno kemudian mengelus kepala Shuhua dengan lembut membuat gadis itu langsung tersenyum lebar.

Eric yang melihat tingkah kedua orang itu langsung menyenggol lengan Hina membuat gadis itu menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Mereka...,  pacaran?" tanya Eric sembari menunjuk Jeno dan Shuhua dengan dagunya.

"Ya nggak lah! Disini dilarang pacaran sama Ibu, karena disini kita semua dianggap satu darah, jadi nggak boleh pacaran. Mereka kembar," jawab Hina membuat Eric mengangguk mengerti.

"Kita buat telur dadar aja ya? Persediaan telur kita masih banyak soalnya," ujar Yuqi yang kemudian berjalan ke arah dapur.

Hyunjin dan Jaemin saling pandang dan berteriak secara bersamaan. "JANGAN NYALAIN KOMPOR!!!"

Teriakkan itu membuat semua mata menatap mereka dengan tatapan heran dan terkejut.

"Kenapa emangnya?" tanya Yuqi heran, Koeun juga ikut menatap Jaemin dan Hyunjin dengan tatapan meminta penjelasan.

Mark kemudian berdiri dan berjalan ke arah Koeun, lelaki itu memberikan sebuah kertas yang mereka dapat semalam pada Koeun. Yuqi yang penasaran ikut mendekat ke arah keduanya.

Rumah Kosong Sembilan (009)Where stories live. Discover now