Sembilan

40.5K 2.7K 35
                                    

Malam ini, Adeline duduk gelisah ditepian tempat tidurnya. Berkali-kali ia menatap jendela kamar di seberang jalan sana, namun sudah dua malam jendela itu sunyi senyap. Bahkan lampu pun tidak lagi menyala, seperti dua malam sebelumnya.

Jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Mama dan papa sudah masuk ke dalam kamar, dan Adeline mendengar mereka tengah bercakap-cakap.

'Bukan! Sepertinya mereka sedang bertengkar...'

Adeline bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjingkat mendekati pintu.
Kamar kedua orangtua nya memang berada cukup jauh dari kamar ia dan Rio berada. Tapi, suara mereka bisa terdengar samar ke kamar Adeline. Itu artinya, pertengkaran mereka cukup sengit.

Adeline membuka pintu perlahan. Ia berjingkat lagi dan mencoba mendengarkan lebih dekat dengan kamar orangtuanya.

"Sudah berapa lama kau tak meminumnya, Isti?!" suara Papa.

"Aku tak tahu ..." suara Mama, terdengar datar.

"Kau! Arrgghhh..."

Adeline diam. Mencoba mencerna ucapan Papa yang didengarnya barusan.

'Obat? Obat apa? Memangnya Mama sedang sakit apa? Bukankah Mama selaku terlihat baik-baik saja?'

Adeline memaksa otaknya bekerja. Hingga ia tak menyadari, Mama sudah berdiri dihadapannya.

"Apa yang sedang kau lakukan, Adeline?" suara Mama mengagetkan Adeline. Mama menatap wajah Adeline penuh selidik.

"Aku... Aku mau ke kamar mandi, Ma..." jawab Adeline. Mama mengernyit.

"Ada apa dengan kamar mandi mu?" tanya Mama.

"Tak apa. Ah Mama, saat ini aku seperti bukan bicara denganmu saja," kelakar Adeline sambil menyeringai. Ia buru-buru meninggalkan mama yang masih berdiri menatap punggung Adeline.

*

Sarapan pagi di kediaman Gabriel Maleka berjalan begitu saja. Pun hingga berakhir dengan biasa-biasa saja.

"Pa, jadi kerumah tetangga kan?" tanya Rio. Papa berpaling ke Mama, terlihat mama membuang muka. Adeline memperhatikan keduanya dengan ujung mata secara bergantian.

"Minggu depan saja, Rio. Papa masih ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan," jawab Papa.

Rio cemberut, ia kecewa karena mereka membatalkan rencana begitu saja. Padahal Rio bosan dirumah terus, siapa tahu di luar sana, ada tetangga mereka yang mempunyai anak sebayanya.

Rio turun dari tempat duduknya, ia bosan sekali. Lalu pria kecil itu pergi menuju kamarnya di lantai dua. Dan
Adeline mengikuti Rio. Meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling diam di hadapan piring masing-masing.

RUMAH SEBERANG JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang