Bagian 19: Mutiara

2.6K 206 28
                                    


Suatu Malam di Kediaman Bagas dan Brian

Bagas asik menonton TV sendirian di sofa. Ia menatap ke arah meja makan di mana makanan yang super enak sudah tersedia. Bakmi kesukaan Brian yang sengaja ia beli ditambah tiga jajanan favorit Brian sudah terhidang di sana: smoothie, cracker dan mochi.

"Bri, makan! Papi nungguin nih!"

Bagas mengintip dari celah kamar Brian, Brian masih asik dengan teleponnya. "Pasti lagi nelpon Kirana lagi," pikir Bagas yang merasa akhir akhir ini menjauh dari anak satu satunya itu.

Waktu sudah jam delapan malam dan Brian sama sekali belum menyentuh makanan yang sudah disiapkan Bagas dan akhirnya Bagas mengetok pintu kamar Brian. "Bri, makan. Lo harusnya makan sebelum jam tujuh kan kata coach. Ayok udah jam delapan!"

Brian berteriak dari kamarnya. "Iya, bentar."

Brian melangkah keluar dengan kondisi earphone masih menempel di telinganya.

"Iya? Terus terus scene nya gimana lagi? Berarti besok hari terakhir shooting dong?" Bagas sedikit menguping pembicaraan Brian dan Kirana.

Brian mengambil kotak bakmi yang sudah dibawakan Bagas dan mengambil sedikit mochi di meja. Ia meletakkan sebotoh Aqua di ketiaknya dan langsung masuk lagi ke kamar dan memilih makan di kamar.

Bagas sedikit diam dan mencoba menutupi kekecewaanya. Ia sedikit kangen dengan rutinitas makan bersama yang biasanya ia lakukan setiap malam. Akhir akhir ini pekerjaan di kantor Bagas semakin banyak sehingga ia harus lembur. Sekalinya ia pulang cepat, Brian lagi jalan sama Kirana. Sekalinya mereka berdua di rumah kayak gini, Brian malah asik telponan.

Brian akan berkilah, "Kayak papi gak pernah pacaran aja sih," setiap Bagas mengingatkannya.

Bagas mengetok kamar Brian dan berbincang, "Bri, makan di meja makan ya sama papi."

"Pi, Brian lagi telponan."

"Gue bilang makan di luar ya di luar. Jangan di kamar!" ujar Bagas sedikit membentak.

"Ahhh!" ujar Brian pelan. "Bentar ya, Ran. Aku makan dulu sama papi. Bii loves Rana." Brian mematikan teleponnya.

Brian duduk di meja makan sambil masih asik memegang hp dan tidak berbincang banyak.

"Gimana bola?" tanya Bagas membuka topik.

"Lancar."

"Kuliah?" tanya Bagas lagi.

"Gitu gitu aja," jawab Brian tidak bersemangat.

"Rizky mana kok jarang ke sini?"

"Sibuk dia." Brian malas membahas Rizky dan ia belum menceritakan kepada Bagas perseteruannya dengan Rizky.

"Bri. Lo tuh sibuk banget sih. Gak ada waktu buat papi. Keluarga itu harus selalu nomer satu."

"Pi, Bri kan lagi mau intensif bola. Kuliah juga banyak tugas. Makanya Bri harus nginep tempat Rizky dan Valen terus," ujar Brian berbohong. Padahal selama ini ia sering colongan menginap di rumah Kirana.

Bagas menggelengkan kepalanya menghadapi anaknya yang batu persis dirinya ini. "Ya udah lah. Inget inget aja sama keluarga. Yang selalu ada buat lo itu keluarga loh. Keluarga lo kan cuman gue."

"Iya," jawab Brian bermalas-malasan. "Bri kan udah kuliah, Pi. Wajar kan kalau Bri punya kehidupan sendiri."

"Ya sudah. Tapi pergaulan tetep dijaga ya. Jangan kelewatan. Lo ngerti maksud papi." Bagas mencoba mengerti dan mengangguk. "Oh ya. Kantor papi jadi sponsor acara konsernya Via Vallen. Bisa kan temenin papi?" ajak Bagas yang mengingat bahwa salah satu kesamaan mereka berdua adalah mereka diam-diam menganggap Via Vallen cantik banget dan suka sama lagu lagunya.

Mio FiglioWhere stories live. Discover now