Bagian 4: Dua Permintaan

4K 331 40
                                    


Sebelumnya di Mio Figlio

Brian diundang untuk datang ke acara launching Rizky, sahabatnya, sebagai talent baru disebuah managemen yang menaungi selebgram Jakarta. 


Sabtu pagi di Kediaman Brian.

Pagi itu Brian melihat kalender dan menyadari bahwa hari itu adalah gilirannya memasak. Brian mengeluarkan roti dan memanaskan penggorengan untuk menggoreng chicken nugget.

"Pap... Bri bosen dah sarapan gini gini aja," kata Brian sambil meletakkan chicken nugget di atas roti yang sudah ia siapkan.

"Iya sabar. Papi belajar masak lagi ya entar." Bagas membuat kopi sesuai kebiasaan mereka setiap pagi.

Saat itu ada sesuatu yang mengganjal Bagas. "Bri.."

"Yes, Pap"

"Papi mau ngomong."

Ekspresi wajah Brian berubah mendengar nada bicara Bagas. Seperti ada hal berat yang ingin disampaikan.

"Rencana kita liburan tahun ini diubah dulu ya. Gak bisa ke Jepang."

Saat itu Brian terdiam. Sejujurnya ia sudah mengidam-ngidamkan pergi ke Jepang. Apalagi ada Ghiffary, sahabat SD nya yang sekarang kuliah di sana. Sudah banyak rencana dan barang yang ingin Brian beli di sana.

Ekspresi wajah Brian tidak bisa berbohong ketika rencananya buyar. Namun Brian mencoba mengerti. Ya, iya selalu mencoba mengerti meskipun terkadang sejujrunya banyak hal yang tidak sesuai dengan harapannya.

"Oke, Pap."

"Bri, beneran gak apa apa?" tanya sang ayah.

Brian mengangguk pelan.

Bagas merangkul anaknya. "Sebagai gantinya, malem ini lo bakal papi aja ke tempat seru."

"Pap... Bri kan mau ke acaranya Rizky malem ini." Brian mengingatkan.

"Oh iya." Bagas baru ingat. Akhir akhir ini memang Brian banyak acara sendiri, sehingga waktu mereka berdua menjadi lebih sedikit dari sebelum sebelumnya. Namanya juga anak udah kuliah, batin Bagas.

Bagas duduk di sofa dan menyalakan rokoknya. Ia memandangi anaknya yang sekarang sudah menuju dewasa. Waktu berjalan terlalu cepat. Rasanya baru kemarin Brian masih balita dan ikut kuliah di kelasnya.


Flashback

Tahun 2003, Bandung.

"Bri, ayok diem ya."

Sangat sulit bagi Bagas untuk mendiamkan anaknya yang hiperaktif ini. Saat itu mereka ada di angkot Tegalega-Cisitu menuju ke kampus tempat Bagas kuliah. Hari ini Kang Asep, pemilik kosan tempat Bagas tinggal sedang pergi bersama istrinya sehingga ia tidak dapat menitipkan Brian di kosan. Padahal hari itu ia adalah kuliah penting yang absennya sudah hampir jebol. Bagas tidak ada pilihan lain selain membawa Brian ke kampusnya.

Brian selalu suka berjalan jalan di kampus Bagas. Kampus bagas masih sangat asri dengan nuansa hijau di mana-mana. Hal yang sepertinya membuat Brian betah.

Bagas turun dari angkot tersebut dan sedang membayar uangnya ketika Brian ngelengos kabur. "Bri..." Bagas tidak mengambil kembaliannya dan mengejar Brian yang masih berumur 3,5 tahun.

Tiba tiba Brian nempel di segerombolan cewek arsitektur yang sedang nongkrong.

Cewek cewek itu langsung heboh melihat Brian yang lucu. Brian langsung nempel di cewek cewek itu dan tertawa begitu bahagia membuat Bagas hanya menghela napas sambil tersenyum. Cewek-cewek arsitektur itu heboh memfoto foto Brian dengan hp nokia nya.

Mio FiglioDove le storie prendono vita. Scoprilo ora