"Ocha, maaf apartemenku seadanya ya." Ujar Fahira saat memasuki apratemennya.

"Ini sangat bagus Fahira." Sebenarnya Fahira lebih tua dariku tapi dia memintaku untuk memanggil dengan namanya saja.

"Kebetulan di sini ada dua kamar, kamu tidur di sebelah sana ya."

"Makasih banyak ya Fahira."

"Ohiya kalau butuh apa apa panggil saja aku, kamarku di sini." Tunjuknya pada ruangan yang berisikan kasur king size dengan bad cover pink.

"Wah Fahira kamu suka warna pink ya?" tanyaku takjub saat melihat warna pink menghias seluruh sudut kamarnya.

"Haha iya, udah mainstream ya."

"Hehe aku juga suka kok."

Awalnya aku memang agak canggung dengan Fahira tapi lama kelamaan aku menjadi lebih akrab. Kami mengobrol hingga malam menjelang, ternyata aku dan Fahira banyak memiliki kesamaan. Aku senang tinggal bersama Fahira, dia dapat mengobati rinduku pada Diandra.

***

Ini pagi pertamaku di Jepang, aku keluar dari kamarku. Fahira sudah ada di depan meja makan dan memakan selembar roti. Dia tampak rapi dengan pakaian kerjanya.

"Eh Ocha udah bangun kamu, sini sarapan dulu, maaf ya cuma roti hehehe." Ajak Fahira.

"Maaf ya aku baru bangun."

"Haha udah sih kamu santai aja, kamu pasti masih capek kan."

Aku beranjak duduk di depan Fahira dan mengambil selembar roti lalu ku olesi dengan selai kacang.

"Ohiya, Ocha kamu bisa mulai kerja besok ya, hari ini kamu istirahat dulu."

"Hee?" Aku kaget mendengar perkataan Fahira.

"Mas Farhan bilang kamu itu karyawan terbaiknya, sekarang kamu kerja bareng aku, mau kan? Harus mau dong ya, jangan nolak ya. Emang sih usaha aku gak sebesar punya Mas Farhan."

"Fahira, aku sungguh tidak enak padamu."

"Hehehe gakpapa, apasih yang gak buat calon kakak ipar." Aku sungguh kaget mendengar godaan dari Fahira.

"Hah?" ujarku dengan mata sedikit melotot.

"Udah ihh jangan malu-malu gitu ah, kamu sama aja kayak Mas Farhan."

Apa maksud Fahira? Calon kakak ipar?

"Tapi Fahira, aku tidak ada.."

"Sudah aku berangkat dulu ya, minta tolong beresin ini ya hehehe." Fahira memotong perkataanku dan beranjak pergi.

"Eh eh Fahira.." Fahira tidak mendengarku.

Jangan bilang kalo Fahira mengira aku ini ada hubungan dengan bos Farhan. Aduh bagaimana ini.

Tinggal aku sendiri di apartemen, tak lama setelah selesai makan ku bersihkan meja makan dan dapur. Lalu aku pergi ke ruang tamu untuk bersih- bersih. Aku di sini hanya menumpang jadi aku harus membantu Fahira.

Aku melihat sebuah foto dengan pigura kecil menampakkan Fahira yang sedang di peluk dari belakang oleh seorang cowok. Fahira terlihat sangat bahagia di foto itu begitu juga dengan cowoknya. Aku memandanginya agak lama, aku juga tidak sadar ternyata aku terbawa lamunanku. Tiba- tiba ku rasakan air mataku jatuh satu persatu. Dengan segera aku memilih beralih dan berhenti memandangi foto itu.

Mengapa begitu sulit untuk melupakannya ya Tuhan. Bayangan tentangnya sesekali mengisi kekosongan pikiranku. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku belum bisa menghapus kenangan bersamanya, itu terlalu indah untuk dilupakan. Tapi justru itulah yang membuatku semakin sakit.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now