8. Hantu Raisa bersama ceritanya

39 11 0
                                    

Sehabis acara belajar mengajar selesai Dilan langsung meluncur pulang kerumah. Tidak keluyuran kemana-mana bahkan ia menolak ajakan Andre untuk ikut main basket. Ia tidak lagi melewati jalanan sepi itu. Berkat cerita Asep ia merasa takut juga akan menjadi korban selanjutnya.

Sesampai dirumah Dilan langsung masuk kedalam tapi ia melihat ada sesosok wanita paruh baya. Bukan hantu karena kakinya nyentuh lantai. Sepertinya ia pembantu baru.

"Si kasep udah pulang? Mau Bibi bikinin minuman atau makanan?" tanya wanita itu ramah.

"Gak usah Bi. Ehm... Bibi pembantu baru yah?" tanya Dilan.

"Iya. Bibi baru dipekerjakan lagi sama Bu Dian." jawab bibi.

Dilan sempat bertanya-tanya dalam hati. Dipekerjakan lagi? Apakah pernah Bundanya mempekerjakan pembantu rumah tangga? Bukankah Bundanya sangat perhitungan? Mendekati pelit malahan.

"Oh iya nama bibi siapa?" tanya Dilan sebelum melanjutkan acara perdebatan di dalam hatinya.

"Alexis. Panggil Bi Esis aja." jawab Bi Esis malu-malu.

Dilan meringis mendengar betapa kerennya nama pembantu baru rumahnya itu. Tapi sudahlah sepertinya pembantu baru itu tidak buruk-buruk amat.

"Yaudah. Bibi panggil aku Dilan aja gak usah kasep-kasepan." ujar Dilan memberitahu Bi Esis. Dilan tidak ingin dipanggil kasep karena ia bisa langsung ingat dengan teman sebangkunya yang namanya juga hampir mirip dengan kata kasep.

"Ay ay captain." balas Bi Esis semangat sambil bergaya seperti orang sedang hormat bendera saat upacara.

Dilan menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia akan mendapat teman baru selama dirumahnya. Temannya selain Niko.

Dilan berjalan kearah ruang keluarga. Disana berdiri wanita pucat dengan senyum mengembang di bibirnya. Senyum itu untuk Dilan. Itu adalah hantu wanita yang ia temui saat diruang tamu kemarin. Sudah berubah penampilan rupanya.

Dilan berusaha mengabaikannya. Meneruskan jalannya untuk masuk menaiki tangga dan ingin cepat-cepat masuk kedalam kamar.

"Bantu aku." suara wanita itu berhasil menghentikan gerakan Dilan menuju kamar.

Merinding. Seperti film-film horor aura disekitar Dilan menjadi gelap. Jika ada yang merekam dan dijadikan film mungkin saja film itu tidak akan laku.

"Tolong bantu aku..." ujar hantu wanita itu lirih.

"Duh gue harus gimana? Mana suasana berubah jadi horor gini." gumam Dilan. Ia berharap Bundanya datang dan menyelamatkannya dari hantu wanita itu.

"Bunda kamu pergi terus pembantu yang baru itu juga lagi di halaman belakang." ujar hantu itu seperti tau apa yang dipikirkan Dilan.

Dilan sekarang benar-benar takut. Biasanya ia cuma melihat dan tak peduli dengan mereka yang tak kasat mata selain Niko. "Duh jangan gitu dong, gak liat gue ketakutan?" kata Dilan.

"Dasar penakut! Gue cuma minta tolong apa susahnya sih?!" balas hantu itu dengan nada bicara yang naik. Dia tampaknya marah.

"Kok jadi lo yang marah sama gue sih! Udah sekarang lo ikut gue kekamar aja." putus Dilan. Memang idenya yang menyuruh hantu itu kekamar bukanlah ide yang bagus tapi daripada terus-terusan berdebat.

Sesampai dikamar hantu wanita dan Dilan langsung disambut oleh Niko yang duduk dikasur empuk Dilan. Dia menaikkan alisnya sebelah tampak bingung dengan siapa hantu wanita yang di bawa Dilan.

"Ini hantu yang kakak ceritain?" tanya Niko dengan tatapan intimidasi minta penjelasannya.

"Bukan. Ini hantu yang gue temui di ruang tengah waktu pertama gue indigo." jawab Dilan langsung tak mau Niko berpikir yang tidak-tidak menyangkut hantu disebelahnya itu bukan wanita yang ia maksud saat curhat dengan Niko.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hantu Jones?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang