1. Dilan Argana Rajaya

284 31 18
                                    

Perlahan kedua mata remaja laki-laki itu terbuka. Menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina. Sudah cukup lama dia tidak membuka mata setelah kejadian yang membuatnya seperti ini.

"Syukurlah akhirnya kamu bangun juga. Bunda rindu kamu Dilan." ujar wanita yang berdiri disamping laki-laki itu. Dian-Ibunda Dilan.

Disamping wanita itu ada laki-laki paruh baya yang ikut tersenyum melihat anaknya kembali membuka mata setelah cukup lama tidur di kasur rumah sakit. Abdi-Ayah Dilan.

"Ayah bertemu dokter dulu untuk menanyakan kondisi Dilan sekarang." ujar Abdi pada Dian.

"Kamu diteminin Bunda dulu okey," kini Abdi yang berujar pada Dilan.

Setelah diperiksa oleh dokter mengenai kondisi Dilan, dia dinyatakan boleh pulang lusa. Tapi tentu saja harus menjalani terapi khusus. Sebenarnya Dilan belum benar-benar boleh pulang tetapi Abdi memilih untuk rawat jalan saja sebelum ia sekeluarga pindah ke Bandung.

Sekarang Dilan sedang terapi berjalan. Koma selama empat bulan membuat otot tulangnya menjadi kaku untuk digerakkan. Maka dari itu Dilan harus terus menjalani terapi sampai dia sembuh total.

"Dok suster yang disana kok pakai pakaian berdarah? Emang gak ada baju lain?" tanya Dilan sambil menunjuk kearah pojok ruangan.

"Suster? Disana gak ada apa-apa loh." balas dokter itu yang kebingungan juga dengan ucapan Dilan.

Dilan terdiam. Tidak ada apa-apa? Tapi dia melihat jelas disana berdiri suster dengan pakaian berdarah dan wajah yang bisa dibilang menyedihkan. Namun Dilan tidak mempermasalahkan itu lagi, dia melanjutkan terapinya.

"Syukurlah Dilan sekarang sudah bisa jalan kembali. Otot kakinya sudah tidak kaku lagi setelah lama hanya berbaring di kasur rumah sakit." ujar dokter Adam yang menangani Dilan.

"Terima kasih dok sudah berjuang menyelamatkan anak saya yang nakal ini." ujar Abdi berterima kasih.

"Sama-sama Pak, Buk. Ini juga berkat Yang Maha Kuasa telah memberikan kesempatan untuk Dilan." balas dokter Adam.

"Dan Dilan kamu jangan tawuran lagi! Kamu gak mau kan bikin orang tua kamu khawatir dan saya juga tidak mau kamu kembali terbaring disini." sambung dokter Adam dan dibalas anggukan kepala oleh Dilan.

Pandangan Dilan yang tadi mengarah pada Dokter Adam kini jatuh pada pintu keluar. Bukan masalah pintunya, tapi ada seorang dengan rambut panjang menjuntai sedang berdiri disana. Penampilannya sangat menyeramkan.

Kenapa gak masuk aja kan mau jenguk gue? Tapi perasaan gue gak pernah punya temen semenyeramkan itu.

👻👻👻

Dan hari telah berganti. Dilan sedari tadi tidak berhenti tertawa karena ia sedang menggoda sang Ibundanya.

"Bunda jujur aja kalo Bunda itu gak bisa jauh dari Ayah," goda Dilan.

"Gak ah! Bunda tuh udah biasa kali ditinggalin sama ayah kamu untuk keluar kota nemuin client." balas Bunda mengelak.

"Alah Bunda sok banget, emang Dilan gak tau kalo Bunda suka marah-marah kalo mau tidur terus ujung-ujungnya tidur sama Dilan." ujar Dilan membuka aib Bundanya.

Wajah Dian memerah karena ketahuan. "Itu kenapa mukanya kaya kepiting dicelupin ke air panas? Merah banget." Abdi juga ikut meledek sang istri.

"Kamu sih buka aib Bunda." kata Dian menyalahkan Dilan anaknya.

"Bunda aja yang manja." balas Dilan yang membuat Bundanya semakin kesal.

"Udah-udah kasian Bundamu. Dan Dilan Ayah sama Bunda sepakat untuk pindah ke Bandung." ujar Abdi serius.

Tawa Dilan langsung berhenti. "Sekolah Dilan gimana? Ntar geng yang udah Dilan dirikan jadi apa? Sahabat-sahabat gila Dilan entar makan dirumah siapa?" dan Dilan langsung menyemburkan pertanyaan-pertanyaan pada Ayah dan Bundanya.

"Sekolah kamu pindah dan Ayah udah urus semua. Geng gak jelas kamu juga udah Ayah bubarin bersama dengan kesepakatan Kepsek." jelas Abdi.

"Yah kok dibubarin sih, kan Dilan belum menang tawurannya." kecewa Dilan dan langsung dihadiahkan jeweran dikupingnya.

"Gak ada tawuran-tawuran lagi disekolah baru kamu nanti. Kalo kamu ikut tawuran atau kamu dirikan geng tawuran baru Bunda sama Ayah bakal kirim kamu ke rumah Nenek sama Kakekmu!" ancaman dari Dian berhasil membuat Dilan diam dan setuju

Rumah nenek sama kakek? Yakali yang ada Dilan disuruh jadi petani sawah disana. Nenek sama kakeknya itu lebih memilih untuk tinggal di kampung dan menjadi petani sawah dan sekaligus yang punya sawah sih. Mereka tidak mau ikut pindah kekota atau tinggal bersama anak-anaknya karena katanya udara di kota gak se asri udara di kampung. Biarkan nenek sama kakek ingin menghabiskan masa tuanya.

"Dan untuk sahabat kamu? Nanti kamu liat aja." sambung Dian.

Dilan menghela nafas. Sahabatnya tidak ada satupun yang menjenguknya. Padahal dari cerita Bunda hanya dia yang mengalami luka berat dan harus koma, sedangakan yang lainnya hanya dirawat sehari dirumah sakit habis itu pulang dan jalani aktivitas masing-masing.

Sahabat macam apa gak ada yang jenguk gue liat aja kalo mereka dateng kalo gue udah sehat bakal gue kasih siraman rohani!

Dan untuk semua akibat tawuran itu sudah pasti Abdi yang menanganinya dan pihak berwajib pun tidak bisa menangkap Dilan karena dia itu korban. Yang biang dari semua masalah adalah salah satu pentolan sekolah lain yang sengaja menantang Dilan dan gengnya untuk tawuran. Padahal saat itu Dilan sudah menolak, tapi emang dasar keras kepala dia menghadang Dilan dan gengnya di jalan saat Dilan dan gengnya ingin Travelling Food.

Tawuran pun terjadi dan saat itu ada satu musuh Dilan yang berhasil menusuk senjata tajam pas diperut Dilan dan ditambah pukulan cukup keras di area pundak Dilan. Untung saat itu polisi cepat datang dan Dilan langsung dilarikan dirumah sakit terdekat. Dan Dilan berakhir dengan koma selama empat bulan.

Karena tidak mau ada lagi korban, Ayah Dilan yang cukup terkenal di sekolah lama Dilan karena donatur terbesar menyuruh kepala sekolah menghapus geng yang didirikan anaknya itu. Yang sebenarnya geng itu hanya geng kumpul-kumpul biasa yang suka cari makan. Tapi yah karena Dilan suka bikin ulah makanya gengnya ikut tercemar nama baiknya. Tapi percayalah geng itu tak seperti geng-geng lainnya yang hobi bikin rusuh di kampung warga atau melakukan aksi kriminal lainnya.

"Bun orang yang dibalik pintu itu disuruh masuk dong, ngapain coba dia berdiri disitu." ujar Dilan.

"Orang mana?" tanya Bunda Dilan.

"Itu Bun yang di balik pintu itu." balas Dilan sambil menunjuk jarinya kearah pintu.

"Ngawur kamu! Disana gak ada siapa-siapa kok, udah ah kamu tidur lagi aja mungkin kamu ngantuk makanya matamu konslet." ujar Abdi yang juga tadi melihat kearah dimana Dilan menunjuk dan emang gak ada apa-apa.

"Tidur aja kamu masih butuh banyak istirahat." timpal Dian.

Kok mereka gak liat sih. Jelas-jelas disana ada orang yang lagi berdiri. Apa mata gue udah rabun? Wah gawat nih kalo gue harus pake kacamata ntar kadar ke gantengan gue malah makin meningkat.

👻👻👻
.
.
.

Babay!

Hantu Jones?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang