Part 22

1.6K 85 10
                                    

Happy Reading 😘💕

Alka membawa sang istri dan yang lain keluar dari pulau tersebut, terlihat jelas dimata intan penyesalan, gagal melindungi putrinya.

Tidak hanya Intan, tetapi Dimas, Alvin dan juga Devin merasa tak bisa melindungi seseorang yang disayanginya. Mereka sudah kembali kerumah masing-masing.

Alka mendekati intan yang sejak tadi menangis menarik tubuh intan agar ke pelukannya, mengelus rambut intan dengan lembut. Alka memberikan ketenangan pada istrinya, perlahan lahan isak tangis berhenti dan berganti dengan dengkuran halus.

Alka menidurkan intan di ranjang, menyelimutinya lalu mengecup kening intan. Alka berjalan keluar menuju ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedikit tertinggal.

Cklek

Ruang kerja Alka terbuka, menampilkan pemuda yang tak lain dimas, anaknya. Dimas berjalan dan duduk di sofa yang sudah disediakan disana.

"Pah, gimana sama mamah?" Tanya dimas kepada Alka.

"Alhamdulillah udah mendingan, sejak tadi mamah mu gk berhenti nangis" Alka mengusap wajahnya kasar.

"Mungkin besok atau lusa dimas akan mencari Chindy pah"

"Kamu harus banyak istirahat dim, urusan Chindy biar papah aja yang urus"

"Dimas gak sendiri kok pah, dimas sama kak devin, Alvin sama rio pah, jadi papah gak perlu khawatir, dimas bisa jaga diri dimas" Yakin dimas.

"Ya sudah kalian hati-hati, kalo perlu bantuan hubungan papah secepatnya"

"Oke pah, siap laksanakan" dimas menyengir.

***

Di tempat lain kini seorang perempuan tengah diikat dengan posisi duduk. Rambut yang sudah tidak karuan, wajahnya yang sangat pucat pasi.

Di depan perempuan tersebut ada seorang pemuda yang tengah tersenyum licik kehadapan perempuan tersebut.

Pemuda tersebut memegang rahang perempuan tersebut dengan tu angan kirinya, sedangkan tangan kanannya membelai lembut pipi perempuan tersebut.

"Kau sangat cantik, tapi sayang kau menyukai pemuda lain, jujur saat pertama kali kita bertemu aku sudah menyukaimu." jeda "Tetapi kamu harus menjadi tumbal om deo, memang waktu itu kau dapat menyelamatkan diri, tapi kali ini tidak".

"Dasar kau pria biadab, lepaskan aku!" ucap perempuan tersebut meronta ronta meminta agar dilepaskan.

"Aku susah susah mendapatkan kamu, kamu dengan mudahnya bilang lepaskan, ck jangan harap"

"Tunggu besok ya sayang, sebelum kau menjadi tumbal, kita akan bersenang senang" ujar pemuda tersebut lalu pergi.

"Hiks...hiks....aku...aku gak mau jadi tumbal, siapapun itu aku mohon bebaskan aku, Chindy tolong aku" perempuan tersebut menangis sambil meronta ronta minta di lepaskan.

***
"Chindy tolong aku....Chindy tolong aku"

"Aaaaaaaa tidakkkk" Chindy tersadar lalu mengusap wajahnya kasar, dia merasa sakit dibagian perutnya, kembali dia mengingat mimpi tersebut, mimpi yang baginya serasa nyata.

"Sudah bangun ternyata kamu" suara tersebut mengejutkan Chindy.

"Baguslah kau belum mati" ucapnya lagi.

Seketika hati Chindy senang mendengar kalimat tersebut.

"Jangan senang dulu, saya berkata seperti itu bukan karna saya peduli sama kamu, tapi karna kamu adalah tumbalku disaat bulan purnama yang bersamaan dengan gerhana bulan merah, disaat itulah kau akan tenang di surga."

Mistery CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang