"Bawa teman kalian di tempat peristirahatan," pinta salah satu warga yang membuat Zuo langsung mengangkat Yyil.

Malam itu, kami tidak jadi melaksanakan misi kami untuk mendaratkan salah satu makhluk air seperti yang telah kami rencanakan sebelumnya. Jujur saja, aku sedikit lega karena kami tidak jadi melakukannya.

Tetapi, rencana adalah rencana. Aku tahu kalau aku harus melakukannya lagi, nantinya.

*

Pagi yang lain telah datang. Aku menghabiskan waktuku untuk merasa cemas, mungkin Nael dan Zuo juga merasakan hal yang sama, karena saat aku keluar dari tenda peristirahatan kami, Nael dan Zuo sudah berada di luar, duduk di atas papan angin, entah membicarakan apa.

"Selamat pagi," sapaku kepada mereka berdua.

"Pagi," balas Nael dan Zuo bersamaan.

"Sedang membicarakan apa?" tanyaku sembari mengikuti mereka berdua duduk di atas papan angin.

"Kami membicarakan insiden semalam," balas Nael.

"Zuo melihat makhluknya?" tanyaku yang dibalas dengan anggukan oleh Zuo.

"Iya, dari dalam air. Matanya biru dan menyala," jelas Zuo, terlihat menggali memori lebih lanjut tentang kejadian yang dilihatnya semalam. "Aku sempat mencoba menghentikannya dengan menarik tangannya, tapi tangannya sangat licin dan dingin."

"Mereka mungkin tidak memiliki perasaan, untuk melakukan hal tidak manusiawi seperti itu," gumam Nael.

"Mereka bukan manusia," sahutku.

Ada sesuatu di dalam tenggorokanku yang seperti menusuk setiap sisi leherku, menahan kata-kata yang sebenarnya menyesakkan hati. Aku tidak ingin mengatakan hal seperti ini, rasanya seperti mengelompokkan semua makhluk air itu sebagai sesuatu yang sama, tidak memiliki hati dan perasaan.

Nael menyandarkan sebelah pipinya pada lututnya, menatap ke arahku, "Aku tidak tahu apa yang Dillon katakan kepadamu, tapi aku tahu kalau kau sedang mengkhawatirkan sesuatu."

"Aku tidak mengkhawatirkan apapun," jawabku.

"Kau tidak bisa berbohong, Skye," ucap Nael.

Seharusnya aku tahu bahwa aku tidak bisa berbohong di depan dua senior ini. Mereka tidak mungkin hanya orang yang biasa-biasa saja. Mereka bisa bahasa sandi dan banyak hal lain yang orang awam tidak pernah pelajari, termasuk membaca bahasa tubuh.

Zuo ikut menatap ke arahku, seolah tengah meneliti. "Iya, ada apa denganmu? Apa yang kau cemaskan?" tanyanya.

"Aku hanya ..."

Mataku terpejam erat, kata-kataku tertahan di tenggorokan. Ini bukanlah hal yang bisa dibicarakan dengan tenang, di hadapan orang seperti ini. Bagaimana jika mereka tahu bahwa aku tidak memberitahu mereka sama sekali mengenai ini? Mereka akan kecewa.

Kenyataan bahwa ada setengah hatiku yang menolak usul Dillon untuk membantu mereka menangkap makhluk air itu membuatku membenci diriku sendiri. Belum lagi memahami diriku sendiri, seseorang dari sisi diriku juga memperingatkan bahwa aku harus melakukannya, agar tidak ada korban lain seperti Yyil.

Mengapa aku tidak bisa merasa yakin dengan diriku sendiri?

Aku tidak bisa hidup terus-terusan seperti ini, dalam keadaan tertekan karena tidak tahu harus memihak kepada siapa. Makhluk air yang biasanya menyerang kota ini bukanlah makhluk yang baik, namun ada Ath yang menyelamatkanku saat aku berada di tengah-tengah keputusasaan yang membawaku terombang-ambing. Tidak memihak pada kaumku jelas juga adalah hal yang salah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang