10

45.3K 6.4K 1.1K
                                    

chapter 10

Kenyataannya, semuanya berubah.
Pola pikir berganti, bumi terus berputar, waktu terus berlalu, dan kau harus tahu ..., perasaan juga akan hilang.

***AQUA WORLD***

Malam ini, aku menemukan beberapa hal;

Pertama, ini malam pertama sejak insiden itu dan aku--tepatnya Athmenemukan daratan bersalju. Mungkin bukan daratan, pergunungan, tepatnya.

Kedua, selain itu aku juga menemukan lima orang lainnya. Mereka adalah pendaki dari kota Waterasium, salah satu kota maju yang cukup terkenal di perairan ini (maksudku, semua ini memang perairan. Kalian mengerti maksudku, kan?)

Ketiga, aku, dengan sangat berat hati harus meninggalkan mereka dan tempat ini karena ...,

DEG.

Tubuhku tersentak saat menyadari pergerakan kecil di belakangku. Aku yang tadinya memperhatikan senter gantung yang ada tepat di atasku, langsung buru-buru memejamkan mataku, berpura-pura terlelap.

Aku mencoba mengatur napas agar tetap tenang. Dalam survivalife diajarkan bahwa dalam situasi apapun, kau tetap harus bersikap tenang.

Panik tidak akan membantu, menangispun tidak akan mengubah apapun.

Meskipun bukan tipe manusia yang berpikir secara dewasa, aku sadar bahwa aku harus memanfaatkan setiap peluang yang ada sebaik mungkin. Tetap bertahan di sini dan ikut bergabung di tenda penghangat juga merupakan salah satunya.

Suara tadi berasal dari Yyil. Namun dari suara napasnya yang tenang, aku yakin bahwa dia masih tertidur. Ya, memangnya siapa lagi yang akan melakukannya? Hanya dia yang ada di belakangku karena aku tidur di antara Yyil dan Jale. Jale sendiri juga masih terlelap dengan nyenyak.

Kulirik kembali senter yang menggantung di atasku. Senter yang dapat dayanya bisa terisi hanya dengan keberadaan cahaya matahari. 

Aku memikirkan beberapa hal sedaritadi. Aku butuh senter itu, karena aku akan menghadapi situasi berkencan dengan samudera luas dan kegelapan lagi. Lalu, aku bisa saja mengambil benda itu, seandainya aku tidak pernah mempertimbangkan nasib kelima orang di sini saat aku kabur. Mencuri hanya bisa membuatku merasa bersalah sepanjang waktu.

Jadi, ya, aku mungkin tidak akan mengambilnya kecuali kalau ... ya, ketakutanku memenangkan prinsipku. 

Seharusnya aku pergi dari sini. Sekarang adalah kesempatan yang bagus, tetapi bayangan bahwa aku akan gelap-gelapan di tengah samudera terus menghantuiku. Itu yang membuatku menunda aksiku sedaritadi.

Pergi atau bertahan? Pergi atau bertahan?

Kadang, aku benci dengan diriku sendiri yang tidak bisa memutuskan dikala keadaan terdesak. Biasanya hanya akan ada dua hal yang terjadi setelah itu. Menyesal atau malah merasa bersyukur dengan opsi yang telah diambil.

Setelah bergulat dengan pikiranku sendiri, akhirnya keputusanku bulat. Aku keluar dari tenda sambil mencengkram erat syal pemberian Nael. Perasaan bersalah muncul, tatkala aku mengingat kembali perlakuan baik mereka terhadapku. Pikiranku berusaha menahan perasaan bersalah dengan memperdengarkan kembali percakapan mereka kemarin malam, yang kembali membuatku nekat.

Jangan tanya bagaimana perasaanku saat aku keluar dari tenda dan langsung bertemu manik hazel milik Nael. Aku kaget setengah mati sampai-sampai rasanya seluruh sarafku mati rasa dan tenggorokanku tercekat oleh sesuatu yang menyesakkan.

Aku tidak bisa kabur ....

"Hai, Skye, tidurmu nyenyak?" sapa Nael dengan ramah.

Aku berusaha menjawab dengan tenang, "sebenarnya aku kesulitan tidur karena terlalu dingin."

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang