17

37.6K 6K 2.5K
                                    

[Before you read this chapter, please kindly drop an emoticon of your emotion in this inline].

Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentang dirimu.
Tetapi, kau sangat berharga, bagiku dan bagi semuanya.

Kegelapan yang seolah tidak ada ujungnya, masih menguasai malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kegelapan yang seolah tidak ada ujungnya, masih menguasai malam ini.

Ada lebih dari lima orang yang mengikuti Dillon, sudah termasuk kami. Mereka membawa penerangan kecil yang hanya bisa menerangi kurang lebih beberapa meter di depan kami.

Nael yang cemas dengan keadaan temannya, langsung membuka penerang yang ada di jam tangannya. Itu lebih membantu, karena selanjutnya sinar dari lampu itu memang diciptakan untuk menyorot lebih jauh.

Dan berkat itu pula, kami bisa melihat Yyil yang berbaring di atas papan angin dalam keadaan tidak berdaya. Ada pula Zuo yang berjongkok di depannya, melihatnya dengan tatapan sangat cemas. Zuo langsung membantu Yyil untuk duduk, begitu melihat orang-orang mulai berdatangan.

"Ada apa?" tanya Bryon, ikut berjongkok untuk memeriksa keadaan Yyil.

"Tadi saat kami sedang berjalan, tiba-tiba Yyil tersandung sesuatu. Lalu saat sudah jatuh, ada sesuatu yang menarik rambut Yyil dan berusaha menyeret Yyil sampai ke ujung," jelas Zuo selaku saksi yang juga berada di tempat saat kejadian berlangsung, mewakili Yyil menjawab, karena tampaknya gadis itu terlalu lemas untuk menjawab pertanyaan saat ini.

Bryon menurunkan penerangannya ke papan angin yang tengah mereka pijak, namun cahaya minim yang dibawanya kurang membantu. Nael yang menyadari hal itu langsung menyorotkan senter ke arah yang sama.

Ada sela panjang di atas papan angin yang berakhir sampai ke ujung dengan lebar tiga sentimeter. Dipercaya sebagai sumber masalah yang diceritakan oleh Zuo barusan.

"Ini ulah makhluk air," simpul Bryon dengan kening berkerut.

"Yyil baik-baik saja, kan?" tanyaku kepada Zuo-karena sepertinya Yyil memang tidak bisa menjawab saat ini.

"Tidak apa-apa, dia belum sempat terseret masuk ke dalam air," jawab Zuo, lalu mengusap rambut Yyil. "Aku memotongnya, maaf, Yyil."

Yyil menggeleng pelan, namun tidak mengatakan apapun.

"Mereka memang sering menarik rambut korbannya untuk menyeretnya ke air," sahut seorang warga lain yang mengikuti kami untuk memeriksa keadaan, "Saran kami, sebaiknya kau juga memotong rambutmu."

Mereka jelas berbicara kepadaku, karena hanya akulah satu-satunya orang di sini yang memiliki rambut sedada. Aku hanya bisa mengangguk menanggapi, karena aku masih ingin hidup lebih lama daripada mati konyol karena diseret tenggelam.

Aku harus lebih waspada, karena Dillon sudah memberikan petunjuk kepadaku, bahwa aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia hidup yang telah ditargetkan untuk ditenggelamkan oleh makhluk air.

AQUA WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang