Roy tidak menggubris ucapan Rey sang adik, ia malah menatap Abriana lebih tajam.
Dan seketika bola matanya berubah menjadi merah. Abriana yang melihatnya terkejut bukan main. Pasalnya, mana ada manusia yang memiliki bola mata merah, apalagi dalan sekejap dapat berubah.
"Aaaaaa!" Abriana berteriak sambil menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya.
Roy langsung menutup matanya, menetral kan warna bola matanya.
Dan saat ia membuka mata, mata nya bertemu dengan tatapan tajam Edward.
"Abriana, kau kenapa sayang?" Tanya petty.
"Mom! Aku takut! Aku takut!" Teriak Abriana.
"Hei, buka mata mu sayang? Apa yang kau lihat?" Tanya Lauren sambil memegang kedua tangan Abriana.
"Aunty! Bola.. mata.. bola mata Roy! Berubah warna!" Teriak Abriana tanpa mau membuka matanya.
"Mungkin kau hanya berhalusinasi " ujar Rey yang entah dari mana ia menjadi terlihat lebih peduli pada perempuan lagi.
"Tidak! Aku tidak berhalusinasi, Roy itu aneh!" Teriak Abriana.
"Roy adalah kakak ku, kembaran ku" bela Rey.
"Rey.." lerai Ratie.
"Roy, cepat kau masuk ke dalam kamar mu" perintah Edward.
Tanpa sepatah kata pun, Roy berdiri dan berlari menuju lantai 2, tempat dimana kamar nya berada.
Roy berdiri di balkon kamar nya, ia menatap langit malam yang penuh bintang. Ia suka sendirian.
Setelah 2 jam berlalu, pintu kamar terbuka dan nampaklah Edward dengan ekspresi marah dan tatapan tajam nya.
"Apa maksud tadi Roy?" Tanya Edward tajam.
Roy membalikkan tubuhnya, sekarang ia menghadap Edward yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Roy tidak suka dengan gadis itu" jawab Roy langsung. Satu fakta lagi tentang Roy, ia tidak suka bertele tele. Ia akan menjawab langsung tanpa berfikir panjang hal itu akan menyakiti orang kain atau tidak.
"Tapi setidak nya hormati Mr. Dan Mrs. Johanson! Mereka rekan bisnis Dad!"
"Roy sudah menghormati mereka Dad. Tapi Roy tidak suka dengan tatapan Gadis itu pada Roy dan Rey!" Bela Roy pada dirinya sendiri.
"Tetap saja, kau kan bisa bersikap biasa Roy. Mencobalah sedikit menghargai perasaan perempuan"
Roy terkekeh mengerikan "Roy kira Dad sudah memberi tahu mereka jati diri kita sebenarnya"
Esward terkesiap dengan perubahan sikap Roy. "Dimana sopan santun mu jika berbicara dengan Dad Roy!"
PLAKKK!
Roy menatap Edward tak mengerti sambil memegang pipi kirinya.
Sedangkan Edward menatap kedua telapak tangan nya sendiri. Merasa bersalah. Tidak seharusnya ia berlaku kasar pada Roy yang notabene adalah anak nya.
Roy tersenyum miris. "Ternyata dari dulu Dad tidak berubah ya, Dad hanya menyayangi Rey"
"Tid.. tidak seperti itu Roy.. kau salah faham"
"Roy tahu, sejak dulu Daddy hanya menyayangi Rey!" Ulang Roy sekali lagi.
"Roy.. tidak begitu.. Daddy minta maaf.."
"Simpan saja"
Roy akan berjalan keluar jika ia tidak melihat Lauren menangis dengan Rey yang mencoba menenangkan nya.
"Mom.. Mommy!" Pekik Roy.
Edward mengernyit bingung. Ia memutar tubuh nya dan menemukan Lauren dengan tatapan tajam yang mengarah pada nya serta air mata yang menggenang di pelupuknya.
"Lairen.. ini tidak seperti.. yang.. yang kau fi.."
"Stop Ed! Aku sudah melihat semuanya. Kau menampar anak kita!" Bentak Lauren.
"Aku spontan sayang, tolong jangan menangis, please?" Ujar Edward yang entah sejak kapan sudah berada di depan Lauren.
"Keluar Ed" desis Lauren tajam.
"Ta.. tapi.."
"Keluar!" Bentak Lauren.
"Maaf" dengan itu Edward melesat keluar meninggalkan sang istri dan kedua anak nya.
Lauren menutup pintu dan menguncinya. Ia memeluk kedua putranya dan menghusap belakang kepala mereka.
"Kau tak apa Roy?" Tanya Lauren diiringi hisakan hisakan kecil.
Roy menggeleng "I'm fine Mom, Daddy hanya emosi tadi" ia menatap Rey meminta dukungan.
Roy dan Rey melepaskan pelukan Lauren. Rey mengangguk mengiyakan"Mom jangan menangis ya? Kak Roy tak apa. Nih tak ada yang lecet kok Mom" ujar Rey sambil menyentil dahi Roy keras.
"Au! Sakit Rey!" Roy memekik dan melotot sempurna kearah adik nya itu.
Sedangkan Rey tersenyum tak bersalah. Lauren yang melihatnya pun ikut tersenyum bahkan tertawa kecil.
Helooo.. gimana part ini? Jelek ya? :"
Jangan lupa vote and comment ya kalau suka, love you guys :*
Sidoarjo, 21 Juni 2018
YOU ARE READING
My Cold 'VAMPIRE'
VampireCerita ini adalah sequel My Lover is 'VAMPIRE' Apa yang kamu rasakan saat orang yang kamu cintai pergi meninggalkan mu? bahkan untuk selamanya? sakit, kesepian, sedih. itu lah yang kalian rasakan. dan itu pula yang sekarang dirasakan oleh sosok Reyw...
Part 2
Start from the beginning
