PROLOGUE OF "SECOND" NEW VERSION

70 13 2
                                    

Seperti yang sudah author katakan, author akan merombak besar-besaran cerita berjudul "Second" ini. Semoga revisian ini bisa lebih dinikmati oleh para readers.

---

"Ibu, mengapa selalu ada berita tentang perkelahian dan peperangan di televisi?" Seorang gadis kecil berambut pirang itu bertanya pada ibunya yang sedang duduk di kursi kayu sambil menyesap aroma kopi di cangkirnya.

Sang ibu yang sudah meminum sedikit demi sedikit kopi hitam itu mulai tersedak. Lalu, ia menyimpan cangkirnya di meja kaca yang berada di depannya. Kemudian ia merasakan rasa sesak dalam hatinya mengingat alasan bagaimana peperangan itu dimulai. Ia pun terisak dan air matanya mulai berjatuhan.

Si gadis kecil yang belum juga mendapatkan jawaban semakin bingung karena tingkah ibunya yang menangis dengan tiba-tiba. Ia pun bersimpuh di depan ibunya dan meraih kedua tangan ibunya untuk ia genggam. Pipi gempalnya mulai ia letakan pada punggung tangan sang ibu, dan dengan itu, ia mulai menangis entah karena alasan apa.

Sang ibu melirikkan matanya menuju keluar jendela. Di luar sana, dengan jarak sekitar sepuluh kilometer, ia dapat melihat dengan jelas benteng yang menjulang tinggi yang dilindungi oleh kawat listrik beribu-ribu volt. Tangisnya mulai mereda, namun emosi yang tersirat dalam wajahnya semakin kentara.

"Mereka tidak menginginkan kaum kami, Clyd." Sang ibu mulai berbicara tanpa melihat ke arah anaknya sama sekali.

"Aku tidak mengerti, Bu." Gadis kecil bernama Clyd itu menengadahkan kepalanya untuk menatap mata sang ibu yang sudah memerah karena tangis.

"Kami adalah yang teristimewa," ibunya mengalihkan pandangannya pada Clyd dan mulai menangkup wajah gadis cantik itu dengan kedua tangannya.

"Dan kau," ia menghentikan perkataannya sejenak, lalu mengambil napas perlahan, " ... kau adalah yang paling istimewa dari yang teristimewa."

Walaupun tak mengerti akan perkataan ibunya itu, Clyd tetap tersenyum mengetahui bahwa ia adalah gadis yang sangat istimewa.

"Ibu, lalu mengapa ada benteng yang membatasi para penduduk? Apakah yang ada di luar dan di dalam benteng itu berbeda? Dan mengapa kakek Orman tidak pernah pulang setelah mencoba untuk melewati dan keluar dari benteng itu?" Clyd meluruskan pandangannya pada benteng berkawat listrik dan mata berwarna hijaunya mulai melemah karena kesedihan akan kehilangan kakek tercintanya.

"Di luar sana banyak sekali orang jahat yang membenci kita, Clyd. Perasaan iri mereka karena kelebihan kita membuat mereka dengki dan ingin menghabisi kita semua. Kakek Orman adalah salah satu yang berani melawan mereka. Ia percaya bahwa ada sesuatu yang salah dan harus diluruskan dari pemikiran orang-orang di luar sana. Suatu saat nanti, kau juga akan mengerti."

"Apakah alasan-alasan yang sudah Ibu katakan itu merupakan alasan mengapa aku tidak diizinkan untuk keluar rumah juga?" Clyd menatap mata ibunya dengan sorotan yang tak bisa dijelaskan.

"Ibu ingin melindungimu karena kau sangat berharga. Di mataku, dan di mata orang-orang licik itu."

Mendengar penuturan ibunya itu membuat kepala Clyd semakin pusing bagaikan ingin meledak. Namun, masih ada satu pertanyaan yang selalu menghantui hari-harinya. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya dan mempersiapkan mentalnya untuk mengetahui apa jawaban dari pertanyaannya.

"Lalu, di manakah Ayah berada?"

Ribuan tombak mulai menghujani dada ibunya. Sang ibu belum siap untuk mengatakan hal yang sejujurnya. Ia tak mau membuat gadis kecilnya merasakan kepahitan takdir yang mereka derita. Tapi, bagaimanapun juga, ia harus memberitahukan anak sematawayangnya itu.

"Saat hari kelahiranmu, sebuah penyerangan besar-besaran terjadi di sini. Saat itulah ayahmu berjuang untuk kita yang berada di dalam benteng. Ia menjadi superhero di hari itu. Ayahmu merelakan nyawanya," sang ibu terisak berat saat mengingat hari di mana suaminya tiada, " ... demi kita semua."

Clyd mulai menangis tersedu-sedu. Kini ia tahu bahwa ia memiliki seorang ayah, namun karena kehebatan ayahnya, kini sang ayah sudah berada di dalam surga. Ia berdiri dan memeluk tubuh ibunya dengan sangat erat, seakan tak mau kehilangan ibunya setelah mendengar cerita mengenai ayahnya.

"Siapapun mereka, aku sangat membenci mereka!" Clyd berteriak di tengah tangisannya.

---

Well, ini adalah revisian dari cerita aku berjudul "SECOND"

Jangan lupa untuk ngasih vote dengan cara menekan gambar bintang yang berada di bawah halaman. Ngasih komentar dengan cara menekan gambar callout. Dan tulis tanggapan, kritik, serta saran kalian untuk karya abal-abal ini.

Terima kasih.

Note : 50+ votes untuk melanjutkan cerita.

SecondWhere stories live. Discover now