3 √

147 38 20
                                    

Elena Johanson's POV

Setelah Alex mendengarkan semua cerita yang kudapat dari Jack, sesegera mungkin aku memperkenalkannya pada mereka—Jack, Hudson, dan Perry. Hubungan kami dengan warga desa sudah bisa dibilang cukup baik karena kini kami hampir mengenali semua warga. Bagaimana tidak? Karena warga di sini terhitung sedikit.

Pagi ini, aku dan Alex memutuskan untuk membantu warga desa yang tengah memanen buah-buahan. Sebenarnya, yang dilakukan Alex selama satu jam di ladang ini hanyalah memakan buah-buahan yang ada, bukannya mengumpulkannya. Tapi, penduduk yang lain mengatakan bahwa itu boleh saja, asalkan dalam batas wajar.

Saat sudah mengumpulkan berkilo-kilo buah-buahan, aku pun merasa lelah. Aku menghentikan pekerjaanku sejenak, lalu aku menghampiri Alex yang sedang berbaring di bawah pohon rindang.

Kuakui, berbaring di bawah sana adalah pilihan yang tepat. Aku sangat menyukai cuaca hari ini. Anginnya cukup kencang, tapi dalam batas normal. Membuatku ingin bersantai sambil menikmati wewangian yang disebarkan oleh buah-buahan yang telah matang.

"Hei!" Aku mendudukkan diri di samping Alex yang tengah berbaring.

"Sudah kenyang, huh?" Kulihat raut wajahnya yang berubah kesal saat aku bertanya seperti itu.

"Lihat! Itu Jack!" Alex mengalihkan pembicaraan. Ia menunjuk ke arah Jack yang tengah berlari dengan wajah letih.

"Sepertinya ia menuju ke arah kita, Al."

"Alex, Elena! Ada sesuatu yang ingin kubicarakan!" Jack menunduk sambil terengah-engah.

"Ada apa, Jack?" Aku berdiri, demikian dengan Alex.

"Portal itu! Portal itu muncul lagi! Apa kau ingin melihatnya?" Astaga!

Aku menoleh kepada Alex, meminta persetujuan. Aku yakin Alex akan menghampiri portal itu untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan mereka datang ke sini.

"Beri tahu kami di mana portal itu berada!" Alex mulai berbicara.

"Di tanah lapang! Portal itu ada di dekat sungai dan PLTA." Untunglah itu tak terlalu jauh dari pemukiman.

*

Alex berjalan di depanku untuk mengawasiku, berjaga-jaga bila ada serangan tiba-tiba. Kami mendatangi portal itu tanpa ditemani oleh Jack ataupun warga desa lainnya. Kami datang hanya berdua.

Saat kami sampai di tanah lapang dekat sungai berada, kami berdua menghentikan langkah saat melihat sebuah portal besar di sana. Portal itu berukuran besar, mungkin seperti gerbang istana. Tapi, aku tak bisa melihat ke dalam portal itu. Portalnya tertutupi oleh asap tebal.

Aku berjalan di samping Alex, lalu kami berlari bersamaan menuju portal itu. Saat kami sudah sampai di depan portal, aku tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Portal raksasa ini sangat menakutkan. Aku bisa mencium bau darah yang berasal dari dalam sana.

Tak lama saat kami berdiri di depan portal, seseorang datang dari dalam sana. Ia mengagetkanku. Orang itu sepertinya penjaga portal yang pernah Jack ceritakan padaku.

Pria berseragam—yang entah seragam apakah itu—menghampiri kami berdua. Ia terlihat tegap dengan seragam yang sangat sinkron dengan tubuhnya. Rambut pirangnya mengudara di depan wajahnya saat angin berlalu. Ia tersenyum kepada kami berdua, lalu menjabat tangan kami satu-persatu.

"Selamat datang di portal menuju masa depan!" Masa depan? Jadi, portal yang Jack bicarakan adalah portal masa depan?

SecondWhere stories live. Discover now