Bab 11

3 0 0
                                    

Daniel

Samantha mengulurkan tangannya untuk menyalakan pemutar musik. Sedetik kemudian ku dengar alunan musik perlahan memenuhi mobil ini.

"Kau tak masalah dengan musik?" tanyanya

"Ya, tak masalah" balasku singkat.

Beberapa menit kemudian kami sampai di tujuan. Sebuah cafe kecil di ujung jalan. Cafe itu memiliki bentuk bangunan bergaya eropa, dengan lampu kuning menerangi papan namanya.

"After you" ucapku begitu membuka pintu dan mempersilahkan Samantha masuk.

Kami melangkah ke salah satu meja dengan 2 kursi berhadapan yang terletak di sebelah jendela.

"aku akan pesan Mac n' Cheese dan Carribian nut latte" ucapku pada pelayan yang berdiri di sebelah meja kami

"dan aku, Chicken & Mushroom pasta, dan Mocha latte" katanya. Lalu pelayan itu pergi meninggalkan kami.

"Sejak kapan kau minum kopi?" tanyaku

"Itu tidak sepenuhnya kopi kau tau, dicampur dengan sedikit coklat" jawabnya

"Sure..." balasku sambil terkekeh.

"Jadi, apa kabar dengan mengajakku kemari?" tanya Sam kemudian

"Well, aku hanya berpikir ini akan jadi ide bagus untuk meninggkatkan mood mu, kau tau, cafe dengan suasana seperti ini" jawabku

"Yeah, kau benar dalam hal itu" balasnya singkat

Kemudian minum kami datang.

"Sam" ucapku ketika Ia menyesap minumnya

"Hmm" gumamnya dengan menatapku dan meletakan cangkirnya

"Ya? Daniel" ucapnya

"Um, aku hanya minta maaf untuk hal yang terjadi beberapa hari lalu, kau tau, aku hanya merasa bersalah bila tak memberitau mu" ucapku

"Yah, lupakan hal itu, lagi pula itu kan bagian dari pekerjaan mu untuk menyimpannya sebagai rahasia" balasnya.

Ia mencoba untuk menyembunyikan kepedihannya dengan senyum, namun mata tak pernah berdusta. Aku bisa merasakan sedikit rasa sakit dalam kalimatnya. Bagaimanapun Ia berhak marah padaku, karna jika aku berada di posisinya, mungkin aku tidak akan pernah mau bertemu dengannya lagi.

Jadi, mempertimbangkan Ia tidak mengusirku, kurasa aku sangat beruntung.

"Yeah" gumamku, mengalihkan pandangan dari matanya.

Kemudian makanan kami datang, dan Samantha menyambutnya dengan senyum paling cerah sejak Ia mengunci diri di kamar.

****

"Dan, ajar aku berkelahi" ucapnya memecah konsentrasiku

"Apa?" tanyaku, kali ini sembari menatapnya dan jalanan bergantian

"Bila memang ada yang mengejarku, aku harus seetidaknya tau bagaimana membela diri" jelasnya

"Tapi, itu tidak mudah Sam, pelatihannya membutuhkan waktu yang lama" ucapku

"Ya, aku tau, tapi aku hanya butuh teknik dasar, dan trik belati" balasnya.

Caranya mengucapkan belati membuat mataku melebar. Sejak kapan Ia tertarik kepada senjata dan pembelaan diri.

"Belati berbahaya kau tau" ucapku datar

"Aku bukan anak umur 5 tahun Daniel, aku tau alasan belati tergolong senjata, dan kau juga membawanya setiap saat" protesnya

The Infinity NecklaceWhere stories live. Discover now