10-Kebun Binatang

37 4 2
                                    

Setelah pensi, hubungan Astha dan Dhyra semakin dekat. Kini, Astha dan Vania tidak terlalu dekat seperti sebelumnya. Ya terkadang mereka terlihat berdua, namun tidak sesering biasanya.

Habis ini UAS akan diadakan dan setelah UAS anak-anak akan mendapat libur semester, dari pertengahan Desember sampai awal Januari.

"Ra...lo liburan semester kemana?" Tanya Astha kepada Dhyra. Mereka berdua kini sedang makan dikantin.

"Dirumah sih, Tha. Kenapa? Eh tapi tanggal 20 gue ada foto kelas, sih." Kata Dhyra sambil mengaduk mie ayamnya.

"Dimana?"

"Gatau, masih diskusi tadi anak-anak kelas."

"Gue juga ada foto kelas sih, abis UAS. Kira-kira tanggal 17-an. Ra, gue pengen ngajak lo deh?" Ucap Astha sambil menatap lekat Dhyra.

"Kemana?"

"Ke kebun binatang hehehe." Jawab Astha. "Kayaknya seru, Ra. Gue terakhir kali kesana kapan ya? Waktu SD kali ya, udah lama banget deh."

"Emang apa motivasi lo buat ngajak gue ke kebun binatang?" Tanya Dhyra sambil mengernyitkan dahi.

"Ya gapapa, bosen gue kalo ke mall gitu. Kalo ngajak lo luar kota kayaknya ga mungkin, lo kan anak rumahan. Bisa-bisa gue digampar bokap lo hahaha." Canda Astha.

"Kapan?"

Astha kaget. "Lo mau, Ra?" Jawab Astha tak percaya.

"Iya, Adhyastha Putra Dinata. Kapan?" Jawab Dhyra yang kini menenggak air mineral.

"Gimana kalo hmm, bentar gue liat kalender dulu." Astha mengeluarkan handphone dari saku celananya. "Gimana kalo tanggal 24, Ra? Lumayan nih hari senin pasti ga bakalan serame weekend."

"Yaudah, mumpung foto kelas gue udah selesai tanggal segitu."

Astha tampak kegirangan. Awalnya ia berpikir bahwa Dhyra akan menolak ide-nya itu. Karena waktu Astha menawarkan ke Vania, Vania menolaknya mentah-mentah. Kata Vania, mending nonton ke bioskop deh, Tha,  daripada ke kebun binatang.

***

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jam 9 pagi Astha sudah sampai di depan rumah Dhyra. Seperti biasa, Dhyra hanya mengenakan jeans + kemeja + sneakers putih favoritnya dan ia tak lupa membawa topi. Tampilan casual ala cewek tomboy biasanya. Sedangkan Astha, hanya mengenakan jogger pants + kaos + kemeja dan tak lupa sneakers garis tiga andalan-nya.

Dhyra menutup pagar ketika Astha memulai pembicaraan, "Idih, cantik lo, Ra." Puji Astha.
"Makasih Tha, tapi gue geli lo puji gitu." Kata Dhyra tersenyum. "Tapi emang lo cantik beneran. Udah ayo naik, nih helmnya." Astha menyodorkan helm.

"Btw, Tha. Warna kemeja lo sama gue kok sama? Warna merah." Dhyra kini sudah duduk di belakang Astha.

"Jodoh kali, Ra. Heheheh." Sahut Astha cengengesan. 

Semoga aja, sahut Dhyra dalam hati.

"Udah dicekrekin helm-nya?" Imbuh Astha melihat Dhyra dari spion sebelah kanan-nya.
"Udah." Sahut Dhyra mantab. "Pegangan ya,Ra." Dan Astha kini mulai melajukan motornya.

Jalan raya waktu itu terlihat agak macet seperti biasanya. Jikalau sudah begini, biasanya Dhyra hanya akan menggerutu dijalanan. Dhyra benci kemacetan. Tapi, untuk kali ini Dhyra sangat menikmati, karena ada Astha didekatnya. Perjalanan jadi terasa menyenangkan bagi Dhyra.

Setengah jam berlalu kini mereka sudah berada diparkiran sepeda motor. "Udah ada banyak orang, Tha." Kata Dhyra sambil melihat sekeliling. "Eh ini ada anak-anak TK yang berkunjung kesini." Sahut Astha sambil menunjuk anak-anak kecil yang bergerumbul tak jauh dari mereka.

Mereka kini mengantri untuk membeli tiket. Seusai membeli kini mereka berdua berjalan-jalan. Melihat hewan-hewan yang ada dikebun binatang. "Lihat deh, Ra, singanya. Kayak lo pas lagi pms. Hahahaa." Lelaki itu kini tertawa terbahak-bahak menunjuk wajah singa yang garang. "Apaan sih! Itu tuh liat, sodara lo!" Sahut Dhyra tidak mau kalah sambil menunjuk beberapa monyet yang sedang bergelantungan dipohon.

Mereka berdua tertawa, sangat sangat terlihat bahagia. "Ra, gue bawa kamera nih." Kata Astha mengeluarkan kamera dari tas kecil yang dibawanya. "Ayo foto, Ra. Didepan kandang macan itu kayaknya bagus. Sodara lo juga nih, pas lagi galak-galaknya juga." Tangan cowok itu menarik tangan Dhyra.

Ide yang buruk, pikir Dhyra. Sehabis foto, mereka kembali berjalan. Tiba-tiba ada anak kecil yang berlari dan jatuh dihadapan mereka. Anak kecil itu menangis, sontak Dhyra langsung membantu anak kecil itu berdiri dan membersihkan kotoran yang berada di telapak tangan dan lutut anak kecil itu.

Astha terperangah melihat kelakuan Dhyra, apalagi ketika Dhyra berusaha menenangkan anak kecil itu. "Udah cupcupcup jangan nangis lagi, ya. Ini kakak ada permen," bujuk Dhyra sambil mencari permen di saku celana jeans-nya. "Nih, ada 3 permen. Rasa stroberi. Enak deh." Ucap Dhyra. "Jangan nangis lagi, ya. Orang tua kamu mana?" Tanya Dhyra.

Anak kecil itu menunjuk ke arah belakang Dhyra dan Astha. Sepasang suami istri itu menghampiri anak mereka. "Ana!" Teriak ibu-ibu itu. "Kamu gapapa, nak?" Tanya ibu itu. "Gapapa, kok bu. Tadi lari terus jatuh gitu. Tapi sekarang udah gapapa kok. Sudah saya bersihin kotoran yang ada ditelapak tangan sama lututnya." Terang Dhyra.

"Oh iya? Makasih banget ya mba. Saya gatau gimana jadinya kalo ga ada mba dan mas-nya ini." Ucap ibu itu berterima kasih kepada Astha dan Dhyra.

"Sama-sama bu." Ucap Dhyra tersenyum. "Ngomong-ngomong mas dan mba-nya ini cocok lho. Pacaran ya?" Ucapan laki-laki yang merupakan bapak dari anak kecil ini membuat Astha dan Dhyra terkejut.

"Enggak kok, pak. Cuma temenan aja." Jawab Dhyra. "Tapi, saya doakan semoga berjodoh." Sahut bapak itu. "Saya permisi dulu ya mas, mba. Terimakasih." Ucap bapak itu dengan senyuman. Astha dan Dhyra hanya bisa mengangguk.

Mereka bertiga meninggalkan Dhyra dan Astha yang masih diam. Dhyra dan Astha kini melanjutkan perjalanan.

"Gue suka sikap sigap lo, Ra, bantu anak kecil tadi." Ucap Astha memecah keheningan.

"Udah biasa sih, Mama Papa gue nyuruh gue buat sigap sama Olivia kalau dia kenapa-kenapa. Jadinya ya gitu, pas Olivia jatuh atau kenapa-kenapa, gue juga langsung sigap kayak tadi."

"Bagus deh, gue suka cewek kek gitu. Siap buat jadi ibu yang baik." Astha tersenyum.

Ibu dari anak-anak lo, Tha? Eh apasih Ra, ngaco omongan lo. Dhyra merutuki pikirannya sendiri.

"Iya, semoga."

Semoga gue bisa jadi temen hidup lo, Astha.

Can I Love You?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu