1-Kilas Balik

205 13 0
                                    

Hari senin memang hari yang menjengkelkan bagi kebanyakan orang, tak terkecuali bagi Dhyra. Gadis ini melangkah gontai melewati koridor sekolah menuju kelas barunya─12 IPA 1─yang terletak di lantai dua. Hari ini bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru, yang juga menandakan bahwa masa-masa SMA akan segera berakhir untuk murid kelas 12.

Ketika sampai didepan kelas, Dhyra memutar kenop pintu dan mendorong pintu itu pelan sampai terlihat keadaan kelas yang masih sepi tetapi sudah ada beberapa anak yang datang, salah satunya─Diva─teman sebangku Dhyra sejak kelas 10 yang juga sahabatnya sejak SMP. Dhyra melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya yang masih
menunjukkan pukul 06.10. Gue berangkat kepagian, batin Dhyra. Bel sekolah baru berbunyi pukul 06.45 yang artinya masih 35 menit lagi dibunyikan.

Dhyra berjalan menuju Diva yang sedang fokus menatap layar handphone-nya itu.

"Udah dari tadi lo, Div?" tanya Dhyra duduk disamping Diva sambil meletakkan tas dan mengeluarkan ipod serta headset.

"Dari 10 menit yang lalu, Ra." sahut Diva yang enggan menoleh, masih fokus dengan layar handphone-nya yang menampilkan adegan romantis drama korea.

"Tumben lo berangkat pagi?" tanya Dhyra sambil membuka playlist lagunya.

"Gue bareng kakak gue, Ra. Mangkanya berangkat pagi, kalau ga dia ngome-ngomel."

Sambil menunggu bel Dhyra memposisikan tangan-nya terlipat diatas meja yang akan menjadi tumpuan untuk kepalanya.

"Div, kalau udah masuk bangunin gue ya?"

"Oke."

Dhyra mulai memejamkan matanya dan terhanyut oleh lagu yang sedang didengarkannya. Semalam Dhyra tidak bisa tidur karena bertepatan dengan dua tahun─Arsen─sahabat kecil yang juga cinta pertama-nya pergi meninggalkan dia ke negara kincir angin karena tuntutan pekerjaan ayahnya.

***

Kilas balik dua tahun yang lalu.

Derap langkah kaki yang tergesa-gesa itu semakin lama semakin mendekat ke arah kamar Dhyra.

"Kak Dhyra!" pintu kamar Dhyra terbuka menampilkan sosok anak perempuan berusia 12 tahun yang kini mendekat ke arah Dhyra yang sedang sibuk bermain game.

"Apa?" Dhyra masih fokus bermain game di handphone-nya.

"A─anu...Kak Arsen..." mendengar nama Arsen disebut, Dhyra langsung menoleh pada─Olivia─Adiknya yang kini berdiri semakin dekat dengan dirinya.

"Kak Arsen, Om Haris dan Tante Vina ada dibawah, mereka bawa koper besar-besar, katanya mau pindah." Kata Olivia lirih.

Seakan tak percaya, Dhyra langsung turun menuju ke ruang tamu rumah-nya. Dhyra tercengang, benar kata Olivia.

"Nah ini Dhyra..." kata Vina sambil tersenyum ketika Dhyra menemui mereka.

"Kamu mau kemana, Sen?" bola mata Dhyra hanya fokus pada pria yang duduk diantara kedua orang tuanya itu. Kepalanya menunduk seakan tak mau mengucapkan kata perpisahan.

"Sen....jawab!" agak membentak, Dhyra menyuruh Arsen menjawab pertanyaan-nya. Arsen menegakkan kepalanya dan berusaha menatap bola mata Dhyra.

"Aku mau pindah ke Belanda, Ra. Aku mau nerusin SMA ku disana. Papa aku dipindah tugas-kan kesana. Sebenarnya udah lama aku mau bilang ini ke kamu, tapi aku takut, aku takut kamu kecewa."

"Sekarang aku udah kecewa, Sen. Semuanya tiba-tiba! Katanya kamu mau se-SMA sama aku? Aku ga bisa terima!" air mata Dhyra mulai terjatuh.

"Tapi, Ra..."

Tak sanggup, Dhyra berlari menuju kamarnya, menangis sejadi-jadinya.

"Sudah, Sen. Nanti biar Tante dan Om yang mengurus Dhyra. Memang ini sangat tiba-tiba, dan kami juga tidak menyangka. Apalagi kamu dan Dhyra kan sudah berteman sejak kecil, jadinya dia shock begitu ada kejadian seperti ini." kata Rina─Mama Dhyra─menenangkan.

"Yasudah kalau begitu kita pamit ya... Kita flight-nya jam 8 malam nanti." Haris beranjak dari duduknya disusul oleh Vina dan Arsen.

"Hati-hati ya, bro!" ucap Wiryawan─Papa Dhyra─sambil meninju pelan lengan Haris.

"Oke, santai aja. Salam buat Reno, Dhyra dan Olivia." ucap Haris.

Haris dan Wiryawan, keduanya sudah bersahabat sejak kuliah.

Rina dan Wiryawan mengantarkan Haris dan keluarganya ke depan rumah. Beberapa detik kemudian terlihat mobil yang akan mengantarkan mereka bertiga ke bandara. Rina dan Wiryawan melambaikan tangan kepada mereka dan menunggu sampai mobil itu tak terlihat di belokan.

"Semoga Dhyra bisa menerima ya, Pa." Ucap Rina kepada suaminya.

Di kamar, Dhyra menangis sesenggukan. Masih tidak bisa percaya kalau ini akan terjadi dengan tiba-tiba. Harapan untuk satu SMA dengan Arsen pupus sudah. Dia baru saja kehilangan sahabat kecil yang juga sekaligus cinta pertamanya. Sudah lama Dhyra memendam rasa suka pada Arsen. Tapi, Dhyra tidak tahu apakah Arsen juga memiliki rasa yang sama seperti dirinya. Dhyra tidak bisa mengungkapkan rasa sukanya terlepas karena Arsen adalah sahabatnya sendiri.

Setengah jam kemudian handphone Dhyra bergetar bertanda ada pesan masuk. Dhyra membukanya, dari Arsen.

Arsenio Wirasena : Ra.....maafin aku....

Arsenio Wirasena : kamu yang bahagia ya di sini. Aku juga pasti bahagia kalo kamu bahagia.

Bahagia pala lo! Celetuk Dhyra.

Arsenio Wirasena : aku sayang kamu...jaga diri baik-baik. Kalau diganggu cowok tendang aja gapapa! Yang keras nendangnya! Kayak kamu dulu nendang aku😊😊

Arsenio Wirasena : sudah ya...aku mau masuk ke pesawat. Bye, Ra...

Setelah membaca pesan itu, air mata Dhyra jatuh lagi. Lalu Dhyra mengetikkan sebuah nomor di handphone-nya.

"Halo..." terdengar suara dari seberang sana.

"Div..." terdengar isak tangis Dhyra.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Diva khawatir

"Lo bisa ga ke rumah gue sekarang?"

Can I Love You?Where stories live. Discover now