13-Diantara

31 4 2
                                    

Diantara Astha dan Dhyra kini ada jarak. Jarak yang sengaja diciptakan oleh Dhyra, karena tidak bisa membendung rasa sakitnya. Berkali-kali Astha menghubungi Dhyra, namun, gadis itu selalu memilih untuk mengabaikan.

Ujian praktik sudah dimulai beberapa hari yang lalu. Semuanya berjalan lancar. Kini, Astha dan Dhyra sudah sangat jarang bertemu dikarenakan jadwal ujian yang berbeda. Dan kalaupun memang tidak sengaja bertemu, ia akan berusaha untuk tidak menatap Astha. Sekuat tenaga Dhyra akan mengalihkan pandangannya itu.

Di sisi Astha, pria itu merasakan keanehan pada Dhyra. Ingin sekali ia menghampiri dan menanyakan perihal perubahan pada diri gadis itu. Namun, lagi-lagi gadis itu memilih menghindar. Hanya menitip pesan pada Diva  jikalau ia tidak ingin diganggu oleh dirinya. Berpuluh-puluh pesan dan missed call tak satupun terjawab olehnya.

'Mungkin gak mau diganggu dulu dianya' Batin Astha.

Hari rabu yang indah. Jadwal ujian praktik hari ini adalah kimia, sudah sejak pukul 07.30 anak-anak 12 IPA 1 sudah berkumpul di depan lab kimia. Tampak raut wajah mereka yang cemas, menunggu nama mereka dipanggil satu persatu untuk masuk ke dalam lab. Di dalam ujian ini, terbagi 4 kloter dimana setiap kloter akan ada 9 orang yang akan masuk ke dalam lab untuk melakukan ujian.

"Adhyra Marchiana Wiryawan..." suara itu berasal dari salah satu asisten guru penguji.

Dhyra berdiri, menitipkan kertas yang berisi materi-materi bahan ujian yang sudah lecek karena banyak lipatan kepada teman-nya. Dhyra masuk kedalam, tersirat kecemasan pada dirinya karena ia masuk ke dalam kloter 1. Namun, ia kembali percaya diri karena semangat dari teman-temannya dan sudah semalam suntuk ia belajar untuk mempersiapkan ujian ini.

45 menit 9 orang berkutat dengan zat-zat kimia di dalam. Satu orang guru penguji berkeliling dan akan memberikan pertanyaan ketika mereka sudah selesai dengan praktik masing-masing. Sedari tadi juga, beberapa asisten lab terlihat mondar mandir.

Dhyra keluar dari lab dengan senyum sumringah.

"Gimana?"

"Susah gak?"

"Lo dapet apa?"

"Gila, gimana Ra?"

Banyak pertanyaan dilayangkan kepada Dhyra. Ia adalah orang ketiga yang keluar dari lab setelah Elisa dan Rizal.

"Kayaknya susah, tapi gak juga." Jawab Dhyra puas. Kini ia sudah lega. Kloter kedua masuklah Diva dan Alya.

"Far, mau kantin gak lo? Kloter selanjutnya masih lama nih!" Ajak Dhyra pada Fara, salah satu temannya yang ia selalu ajak ke kantin selain Diva atau bahkan ke kamar mandi hanya sekadar untuk menemani.

"Yuk! Gue juga laper, Ra."

Mereka berdua beranjak ke kantin. Keadaan kantin begitu sepi karena kelas 12 yang lain masih banyak yang ujian praktik dan kelas 10 11 yang masih pelajaran di kelas.

"Lo beli apa, Far?" Tanya Dhyra yang kini matanya mencari tukang bakso langganan.

"Bakso aja deh, Ra." Ucap Fara.

Mereka berdua kini berjalan menuju tukang bakso, memesan, lalu mencari bangku yang letaknya agak di sudut kantin.

"Ra, lo mau minum apa? Gue mau beli nih, sekalian." Tawar Fara.

"Jus jambu, Far."

"Oke."

Fara berjalan jauh menuju tempat ibu penjual jus. Tak lama kemudian datanglah sosok Tama dan Herdaya yang menghampiri Dhyra.

"Eh, lo disini juga, Ra!" Sapa Herdaya, cowok berketurunan Bali itu.

"Iya, Her. Lo mau makan juga sama Tama?"

"Iya, nih. Kloter selanjutnya masih lama." Sahut Herdaya.

"Oh iya, Ra. Gue tadi liat Astha mondar mandir ke UKS."

"Kenapa?" Tanya Dhyra mengerutkan dahinya.

"Gatau gue, ada teman-nya yang sakit kali. Dia kayak bawa minyak yang buat keseleo gitu." Jelas Tama.

"Ayo, Tam, beli mie ayam." Ajak Herdaya. "Duluan ya, Ra," imbuhnya.

Dhyra hanya mengangguk. Semenit kemudian, Fara kembali membawa jus jambu dan es teh ditangan kanan dan kirinya.

"Nih, Ra." Fara menyodorkan jus jambu pesanan Dhyra. Dhyra merogoh kantong seragamnya dan menyodorkan uang kepada Fara.

"Thanks, Far." Kata Dhyra.

"Tadi si Tama sama Herdaya ke sini?" Tanya Fara.

"Iya."

"Ohh..Lo kenapa? Bete? Sorry tadi jusnya lama soalnya blender-nya macet, Ra." Ucap Fara takut kalau Dhyra marah.

"Gak, Far, gapapa."

"Lo gapapa tapi cemberut gitu."

"Gapapa gue, beneran."

Fara tahu, kalau Dhyra sudah mengeluarkan kata beneran berarti emang bener-bener dia serius dan seribu pertanyaan apapun tentang kenapa dia cemberut hanya akan dijawab dengan satu kata, gapapa.

Mereka berdua kini menyantap bakso masing-masing. Rasa hening menyelimuti mereka, mereka berdua masing-masing menyelam dalam pikiran sendiri-sendiri. Fara yang penasaran kenapa Dhyra tiba-tiba cemberut setelah kehadiran Tama dan Herdaya. Sedangkan Dhyra yang berpikir keras siapa yang keseleo atau terjatuh atau entah sakit apa yang menyebabkan Astha mondar mandir ke UKS.

Mereka berdua kini sudah kembali ke depan lab kimia. Kini giliran kloter 3 dimana Fara masuk, Diva dan Alya keluar. Dhyra berbincang dengan Alya dan Diva guna mengalihkan pikiran-nya.

Tiba-tiba datanglah Ibu Tirta seorang guru BK yang merangkap guru UKS yang langkah kakinya berhenti di depan lab kimia.

"Pagi anak-anak." Sapa Bu Tirta tak lupa dengan senyumnya.

"Pagi, Bu." Sahut anak-anak.

"Masih ujian ya?" Tanya Bu Tirta sambil melihat ke pintu lab yang tertutup.

"Iya, Bu."

"Saya ke UKS dulu ya, tadi ada laporan kalau ada yang keseleo, si Vania 12 IPA 3."

"Vania kenapa, Bu? Keseleo?" Tanya Azzah.

"Iya, tadi si Astha bilang ke saya. Habis jatuh di depan mushola tadi katanya. Saya duluan ya." Ucap Bu Tirta lalu berlalu.

Rasa sakit menghujam hati Dhyra begith mendengar perkataan Bu Tirta. Sebegitu peduli dan khawatirnya Astha kepada Vania.

Dan, gue patah sekali lagi. Ucap Dhyra.

Can I Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang