7-Cemburu

43 4 8
                                    

Setelah membeli dua bungkus nasi goreng dan 2 air mineral, Dhyra segera bergegas kembali ke UKS. Belum sempat ia memasuki UKS, langkah Dhyra terhenti. Terdengar suara wanita yang sangat ia kenal, Vania.

Entah kenapa Dhyra memutuskan untuk tetap berdiri sementara waktu didepan pintu UKS. Rasa ini kembali lagi, batin Dhyra.

"Ra, kok lo didepan? Ga masuk?" Kata Vania yang kini sudah di depan Dhyra. "Masuk, yuk!" Ajak Vania.

Dengan perasaan yang tidak enak Dhyra mengikuti Vania masuk ke dalam UKS. "Eh, Ra. Udah beli nasi gorengnya?" Tanya Astha seraya bangkit dari posisi tidurnya.

"Udah, nih." Dhyra menyodorkan 1 bungkus nasi goreng dan 1 botol air mineral. Suaranya melirih. "Makasih ya, Ra." Astha tersenyum, "Van, suapin gue dong." Pinta Astha.

Dhyra kaget.

"Apa-apaan sih lo, Tha?! Manja banget!" Seru Vania tidak enak karna dilihat oleh Dhyra.

"Halah, sekali-kali lah, kasian kalau Dhyra yang nyuapin gue. Dia udah ngebersihin sama ngobatin luka gue, terus ini abis beliin gue nasi goreng."

Gue juga mau Tha, nyuapin lo. Dhyra membatin.

"Yaudah, sini." Vania pasrah. "Nah, gitu dong!" Seru Astha kesenangan.

Tidak enak dengan suasana itu, Dhyra mengecek handphone-nya dan berpura-pura jikalau Diva mengiriminya pesan untuk menyuruh dirinya kembali ke kelas karna ada sesuatu yang penting.

"Eh Tha, Van, gue ke kelas dulu ya. Diva nyuruh gue balik, ada yang penting katanya." Kata Dhyra berdiri dari kursi.

"Iya, Ra. Makasih ya." Ucap Astha sambil mengunyah nasi goreng.

"Oke, Ra." Vania mengimbuhi.

Segera Dhyra pergi meninggalkan UKS itu, sengaja ia berpura-pura karena ia tidak sanggup melihat mereka berdua seperti itu.

Dhyra tidak kembali ke kelas, ia menaiki tangga menuju tempat yang sering ia kunjungi dulu dan sampai lah ia ke rooftop sekolah.

Sudah lama ia tidak mampir di tempat kesayangan-nya ini, dulu ketika ia masih terbayang-bayang Arsen dan enggan untuk bercerita ke Diva, Dhyra selalu memilih untuk pergi ke rooftop ini.

Dhyra berbicara kepada angin dan mengadu kepada langit atas apa yang dialami-nya hari ini. Ia meletakkan bungkusan nasi goreng dan air mineral yang ia genggam sedari tadi. Ia duduk di sebuah kursi bekas yang ditaruh pihak sekolah disitu karna menurut mereka itu sudah tidak layak pakai. Tak hanya kursi, disitu juga ada meja dan AC bekas juga.

Dhyra menghela napas panjang. Mengutuk pada dirinya sendiri yang telah menjatuhkan hatinya kepada Astha. Dhyra telah sadar, bahwa perasaan ini bukanlah perasaan nyaman sebagai teman. Ini lebih, gumamnya.

Dhyra telah menduga bahwa Astha menyukai Vania, dan dugaan Dhyra benar. Awalnya, Dhyra menganggap hal itu sepele karna Vania juga sudah memiliki pacar, Darian anak kelas 12 IPA 2. Mereka berdua telah berpacaran sejak kelas 10 dan langgeng sampai sekarang.

Dhyra tidak tahu model pertemanan apa yang Astha dan Vania tunjukkan. Jikalau orang tidak tahu, orang itu akan menganggap mereka adalah sepasang kekasih.

Ya mungkin mereka hanya bersahabat, dekat. Toh tidak ada salahnya bersikap seperti itu kepada sahabat kita sendiri. Dhyra mencoba untuk posthink.

Apakah Darian tidak cemburu? Melihat Vania yang begitu dekat dengan Astha?

Sebenarnya sudah seringkali Dhyra melihat Astha dan Vania bersama. Entah itu ketika di kantin, atau di koridor sekolah. Tapi Dhyra tidak bisa melarangnya atau bahkan malah menghentikannya. Apakah gue berhak cemburu? Tanya Dhyra pada dirinya sendiri.

Apakah cinta selalu menawarkan luka? Bahkan kisah Romeo dan Juliet yang katanya romantis, tapi berakhir tragis dan dramatis.

Dhyra menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Ra! Dhyraaa!" Tiba-tiba ada suara yang memanggil nama Dhyra. Itu suara Diva dan Alya.

Dhyra menoleh pada mereka berdua, "Kok lo bisa tau gue disini?" Tanya Dhyra heran.

"Gue juga tau kejadian di UKS tadi, Ra." Ucap Alya terdengar sedih. "Kita ngintip dari jendela UKS, Ra. Terus ngikutin lo kesini. Kita memperhatiin lo dari tadi." Imbuh Alya.

"Lo suka ya sama Astha, Ra?" Tanya Diva hati-hati. Namun, Dhyra hanya diam. Kepalanya menatap langit yang begitu indah dengan gumpalan awan yang seperti permen kapas. "Kayaknya..." jawab Dhyra lemah.

"Jangan sedih gitu dong, Ra." Kata Alya merangkul Dhyra.

Dhyra menaruh kepalanya bersandar pada pundak Alya yang sudah duduk disamping kanan dirinya. Disebelah kiri ada Diva yang menggenggam tangan Dhyra.

Mereka berdua memberi semangat.

"Mereka berdua cuma temenan, Ra." Sahut Diva.

"Iya, Ra. Lagian juga Vania udah punya Darian."

"Kalau emang Astha buat lo, walaupun dia pergi jauh atau dekat sama cewek yang lain ujung-ujungnya juga bakal balik lagi ke lo, Ra." Sahut Alya bijak.

"Jangan sedih dong! Nih nasi gorengnya keburu dingin, gue suapin ya, Ra?" Tawar Diva.

Mereka bertiga tertawa. Dhyra mulai jernih pikiran-nya karna kehadiran mereka berdua.

Semoga saja.

Can I Love You?Where stories live. Discover now