Satu hari, hanya satu hari...
Kapan semua derita yang kutanggung ini akan segera berakhir?
Apa dosaku Tuhan? sehingga aku harus menanggung ini semua?
Seolah belum cukup air mata yang ku teteskan setiap waktu.
Izinkan aku meminta satu hari saja.
Satu...
Fajar mulai menyingsing. Hawa sejuk yang tadinya menyerebak lewat saluran udara kini berganti dengan temperatur diatas 20 derajat celcius. Menandakan hari mulai beranjak siang,menandakan 'kami' harus segera pindah dari sini.
Selagi ibu menyiapkan sarapan untuk kami,aku sibuk mengemasi barang-barangku di kamar. Kulirik Eun Ha yang masih bergumul dengan selimut. Dan itu berhasil membuatku menarik kedua ujung bibirku yang membentuk lengkungan tipis.
"Betapa cantiknya dirimu Eunha." Bisikku sambil mengelus rambutnya pelan. Tatkala,ia langsung menepis tanganku dan menamparku. Aku terkesiap menerima perih di pipiku dengan mata terbelalak.
"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" Bentaknya keras sambil menatap ku dengan tatapan kebencian.
Aku melayangkan sorot mata tak percaya sambil menelaah apakah aku melakukan sesuatu hal yang membuatnya terluka?
"W-wae? Apa aku membuat suatu kesalahan padamu?" Ucapku sambil memegangi pipi.
Ia tertawa, dan perlahan mendorong ku ke tembok dengan mata penuh amarah seolah ingin membunuhku.
"Kau tahu apa yang membuatku membencimu?" Bisiknya pelan, namun itu sanggup membuatku gemetar seketika.
"Kau pembawa sial Hana, jika bukan karena kuliahmu itu, kita takkan pindah seperti ini! Kita takkan menderita seperti ini!! Kau tak layak menjadi kakakku, kau kakak yang buruk!" Cercanya dengan nada yang tinggi.
Terdengar oleh kami suara derap langakh tergopoh-gopoh menuju arah kamar. Dan itu ternyata ibu. Ia segera menarik tangan Eunha yang mencengkram bahuku daritadi. Sebuah tamparan melayang lagi untuk kedua kalinya.
Plakkk!!!
Mengawali pagi yang harusnya aku prediksikan akan menjadi baik-baik saja. Namun sepertinya tamparan tadi tidak tertuju padaku. Ya,pasti kalian tahu orangnya.
"Micheoseo? Apa yang kaulakukan pada eonnie-mu sendiri? Apa kau membentaknya? Jawab ibu!!!" (Kau gila? Apa yang kaulakukan pada kakakmu sendiri?)
"Eomma...apa ibu baru saja menamparku?" Ucap Eunha yang terkejut melihat reaksi ibu. (Ibu...)
Ibu hanya diam sambil memelukku dan menanyakan keadaanku.
"Gwaenchana? Apa kau terluka?" Tanya ibu dengan raut wajah cemas. (Kau tidak apa-apa?)
Aku hanya mengangguk sambil menatap kembali wajah Eunha yang menyiratkan tanda ketidakpercayaan nya. Ia merasa benci sekaligus iri. Benci kepada saudarinya dan iri melihat ibu yang justru lebih membela kakaknya sendiri.
"Mengapa ibu membelanya? Ini tidak adil!!! Apakah di dalam pikiran ibu hanya ada nama Hana,Hana dan Hana!? Lalu bagaimana denganku? Apakah aku bukan anakmu?"
"Seol Eunha! Jangan bicara yang tidak-tidak! Dimana rasa hormatmu? Kenapa kau berbuat kasar pada kakakmu?" Bentak ibu memecah keheningan.
"Hormat? Rasa hormat kata ibu?..." Ucapnya sambil melirikku dengan bola mata yang tajam.
"Aku tidak perlu menghormatinya, dia bukan kakakku,aku membencinya! Aku ingin dia hilang dari kehidupanku!!" Teriaknya sambil membanting pintu dan meninggalkan kami berdua.
Kulihat tubuh ibu mulai kehilangan keseimbangan. Ia terduduk sambil mengusap-usap dadanya.
"Eomma! "
◈◈◈◈◈◈◈◈◈
Farah's POV
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.