Seol Hana's POV
Aku turun dari bus yang kutumpangi dengan langkah gontai. Kutatap sekelilingku sambil tersenyum kecut.
Hana,Hana padahal kau pulang lebih awal. Tapi siapa sangka kau justru pulang lebih lambat?
Mentari perlahan menuju tempat peraduannya. Semburat jingga di langit Timur tampak sangat Indah. Warga kota Seoul mulai menyalakan lampu rumahnya satu persatu. Seiring bertambah temaramnya keadaan,penerangan dijalanan mulai dihidupkan.
Namun itu semua tidak ku perdulikan. Kondisi tubuhku ini tak bisa diajak kompromi hanya sekedar untuk melihat indahnya suasana senja kali ini. Semua berawal karena aku belum makan siang tadi. Tapi ketahuilah,itu hal yang sangat wajar bagi seorang miskin sepertiku. Namun harus kuakui, perutku seolah dipelintir hebat oleh rasa lapar yang membuatku tak bertenaga. Belum lagi rasa pusing yang mondar-mandir di kepalaku ini benar-benar memperburuk keadaan.
Sesekali aku berhenti dan menghirup nafas panjang. Jarak yang biasa kutempuh seolah terasa puluhan kilo jauhnya. Keringat dan bau badan ikut mewarnai perjalanan ku menuju rumah. Pulang. Seharusnya kata yang sangat indah. Tapi entah kenapa untuk kali ini aku merasa kata 'pulang' adalah kata yang melelahkan.
Sesampainya di rumahku, ahh bukan. Ini bukan rumahmu Hana. Seharusnya aku menyebutnya dengan nama yang lebih enak di dengar. Kontrakan. Yaahh,beginilah memang kami tidak punya rumah sendiri di Seoul,kami tinggal di rumah kontrakan milik bibiku. Ada aku,ibuku dan adikku. Mereka berdua sangat kusayangi, melebihi diriku sendiri. Memang,ada sesuatu yang janggal memang. Ya aku tidak memiliki seorang ayah. Eopseo. Kata ibu dia meninggal saat akan melahirkanku. Anehnya,aku pernah menanyakan di krematorium mana abu ayahku diletakkan. Namun ibu selalu bilang sudah lupa,tidak tahu, atau tidak menggubris pertanyaanku. Seringkali jika aku menanyakan hal itu padanya, pastilah ia akan mengalihkan topik pembicaraan kami.
Kubuka pintu pagar pelan-pelan tanpa mengeluarkan bunyi. Sesampainya di pintu kontrakan aku mendengar suara bibi dari dalam dengan nada bicara yang tidak mengenakkan. Kuintip dari balik jendela kaca sambil mendengarkan apa yang terjadi.
*********
Jang Seojun's POV
"Gamsahabnida ahjumma" ucapku tersenyum sambil memberikan secarik uang. Kuterima sebuket bunga dan mencium baunya. Bunga ini cantik sekali,persis sepertimu. Tak terasa ternyata sudah 3 tahun berlalu. Terasa sangat singkat. Tanpa pikir panjang, aku segera menuju ke suatu tempat.
Bunyi derap langkah dari sepatuku membuat sebuah titik hitam merajalela di galeri ingatanku. Pikiranku seolah terbawa pada kenangan 3 tahun lalu,yang untuk mengingatnya benar-benar terasa pilu. Dia seolah berada disini,bersamaku. Memeluk erat tubuhku dan membuatku jatuh dalam pelukan hangatnya. langkahku terhenti. Tak terasa semua kenangan itu tenggelam oleh air mata yang menetes dari kolam penglihatanku. Aku mengepalkan tanganku sambil menunduk. Berusaha menahan semua emosi yang mengalir agar tidak menghalangiku untuk pergi ke tempat yang kutuju. Kupaksakan untuk melangkah lagi,sambil mengusap air mata. Kuyakinkan diriku untuk tegar, karena dia ada didalam hatiku.
Kutatap potret seorang yang sangat berharga disana. Kenapa kau pergi begitu cepat? Kuletakkan buket bunga tadi di samping foto yang di bingkai itu.
"Mengapa ini semua harus terjadi padamu?..."
suara kicauan bangau yang terbang untuk migrasi kala itu membuatku larut dalam emosi.
"...Seharusnya aku yang ada di tempatmu kini,bukan dirimu. Apakah yang membuatmu bersikeras menyelamatkanku, padahal kau tahu itu akan membahayakan nyawamu?..."
YOU ARE READING
하루 만 (ONLY ONE DAY)
FanfictionSatu hari, hanya satu hari... Kapan semua derita yang kutanggung ini akan segera berakhir? Apa dosaku Tuhan? sehingga aku harus menanggung ini semua? Seolah belum cukup air mata yang ku teteskan setiap waktu. Izinkan aku meminta satu hari saja. Satu...
