PROLOG

65 12 13
                                        

Wanita berbadan gemuk itu sudah lama berkoar-koar di depan. agaknya orang-orang disekitarnya merasa bosan mendengar penyampaiannya. Suasana Kelas ribut tak terkendali. Suara ribut itu sontak membuat wanita itu juga mengeraskan suaranya. Karena Suaranya kalah heboh dari suara anak anak di kelas,tatkala mukanya memerah. Layaknya Gunung Sinabung yang akan memuntahkan laharnya. Aku yang daritadi bengong sambil memandang keluar kelas sepertinya segera sadar dan segera memahami kondisi. Seraya memprediksi apa yang akan terjadi,kusenggol bahu teman sebelahku sambil mengisyaratkan untuk menutup mulutnya. Farah yang daritadi asyik bercengkrama dengan siswi lainnya segera berhenti dan memahami bahasa tubuhku. Ia langsung melirik air wajah bu guru yang mulai tidak menyenangkan. Kami berdua segera mengambil 'ancang-ancang' duduk tenang.

BRAKKK!!!

Kau tahu apa yang terjadi? Kukira tangan besarnya itu akan memukul papan tulis tak peduli sakit atau papan tersebut rusak, yang jelas dia benar-benar marah. Tapi ketahuilah sepertinya orang sepertiku tidak ahli dalam memprediksi sesuatu. Ternyata itu suara Han-ssaem yang membanting daun pintu dengan wajah entahlah,entah khawatir,antusias dan panik jadi satu.

Kami berdua menghela nafas bersamaan. Untunglah Yun hui-ssaem tidak jadi marah. Entah ada angin apa, seluruh siswa SMA Haewon dipulangkan.

"Terima kasih telah mengode ku tadi,jika bukan karena kau,aku pasti akan berdiri sambil meletakkan buku di kepala di depan kelas lagi" ucap Farah sambil meninggikan suara di kata 'lagi'. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk kan kepala.

"Hmmm...ohh ya,menurutmu kira-kira apa yag membuat kita dipulangkan? Memangnya ada apa?"

"Entahlah,aku tak yakin. Mungkin ada rapat atau semacamnya" ujarku tak bersemangat. Farah seolah tak puas dengan jawabanku,segera memasang tatapan aneh sambil nyengir.

"W-wa-wae? Kenapa kau melihatku seperti itu?" Gumamku sambil merapikan rambut. "Aku merasa tidak nyaman,memangnya ada apa?"

"Hmmm,entahlah Hana. Menurutku ada yang aneh" ucapnya sambil berfikir. "Kau tak lihat? Wajah Han-ssaem! Dia Sepertinya sedang panik..."

"Siapa peduli? Bukankah pulang lebih awal adalah sesuatu yang Bagus?" Celotehku sambil tertawa

"Hmm memang benar,tapi kau tahu? Insting detektif ku sangat Bagus akhir-akhir ini" ujarnya dengan membusungkan dada.

"Aigoo!! Baiklah,baiklah aku percaya itu"

Sesampainya di halte,ia seperti sedang mencemaskan sesuatu. Ia menghentakkan kaki berulang-ulang dan meremas ujung roknya. Aku segera menyadari ada suatu keperluan yang harus ia selesaikan. Aku tersenyum melihat tingkah anehnya.

"Pergilah duluan,sepertinya kau memiliki sebuah urusan yang penting"

Ia memalingkan wajahnya padaku.

"Eoh? Hehe mianhae. Aku pergi duluan ya! Sesampainya di rumah nanti akan kukirim chat! Hati hati!" Teriaknya sambil berlalu dari hadapanku.

Aku kembali suduk dan menunggu bus. Lama, dan kurasa terik matahari memperburuk keadaan. Aku hampir jatuh dari posisi dudukku karena serangan kantuk yang sangat berat.

Ah...hampir dua jam aku disini dan bus tak ada yang lewat? Apa Aku tertidur? Kubuka ponsel yang daritadi berada di saku rokku.

"Yakkk!!! W-wae? Kenapa tidak mau hidup?!" Gerutuku kesal sambil berusaha menyalakannya.

"Aisshhh! Jinjja... apakah baterainya habis? Bagaimana ini bisa terjadi?" Seketika raut masam di wajahku tampak. Kau benar-benar bodoh Hana

Setelah sepuluh menit berlalu,bus yang kunanti datang. Andai aku menunggu lebih lama lagi,pastilah aku sudah seperti gelandangan yang tidur di halte. Serasa belum cukup,ternyata bus yang kutumpangi layaknya ikan sarden terjerat jaring nelayan. Padat dan berdesakan. Ahhhh...kumohon cepat akhiri ini.

*********

IM SOJUNG'S POV (Bibi Hana)

"Hei,apa kalian akan terus menerus begini hah? Kaupikir tempat ini gratis? Bagaimana aku harus menghidupi anak-anakku? Apa kalian tidak berfikir? Segera bayar uang sewanya atau pergi dari sini secepatnya!" Bentakku pada dua orang tak tahu diri ini.

"Bisakah kau memberi kemurahan hatimu? Hana akan masuk universitas dan seluruh uang kami yang harusnya kami bayarkan padamu,ku simpan untuk hiaya kuliah Hana. Kumohon. Aku berjanji akan menggantinya." Ujar kakakku yang bekerja sebagai tukang cuci baju itu. Aku tertawa mendengar penuturannya.

"Apa? Haha bisa kau ulangi? Kemurahan hati? Kau pikir aku ini tidak cukup murah hati begitu? Berapa lama kalian menunggak uang sewa? Sudah cukup kalian menunggak tagihan, dan soal biaya Hana itu siapa peduli? Kenapa Harus kuliah? Bukankah dia bisa membantumu mencuci pakaian orang? Dengan begitu kau akan digaji lebih besar. Aku Sudah tak tahan. Pulang saja ke kampung tempat mendiang suamimu!" Kulihat Wajah Keponakan Ku yang berdiri di samping ibunya ketakutan.

"Baiklah,kami akan pergi. Terima kasih atas tumpanganya selama ini. Tapi asal kau tahu....

Ia bangkit seraya memasang wajah kesal.

...Kau tak berhak mencaci suamiku!" Ujarnya berurai air mata sambil mengemasi barang-barangnya.





Annyeong para readers!!!👋 gimana ceritanya? Hahaha saya penghuni baru dunia wattpad jadi maklumi aja storynya masi banyak typo berserakan dan kekurangan lainnya ya🙏

Btw, untuk perkenalan tokoh di chapter berikutnya author kasih ya. Untuk part Jungkook sama V harap bersabar yaa karena gak bakal lama kok nanti author munculin hehe 😄😄

Terlepas dari itu semua author sangat membutuhkan saran dan kritiknya yaa...so enjoy the story guyss.🙆

Jangan lupa vote sebelum lanjut ke chapter berikutnya ya guyss.🙌

Aldy_pluviophile👽

하루 만 (ONLY ONE DAY)Where stories live. Discover now