Kedua, Ath menyelamatkanku dan aku seharusnya tahu diri untuk tidak membocorkan keberadaan mereka pada kaumku yang rakus. Aku malah cemas memikirkan jika seandainya mereka tahu, mereka akan menangkap salah satu makhluk itu dan menjadikannya bahan untuk penelitian di laboratorium.

Ketiga, yang menenggelamkan Jale dan Grus (dan mungkin juga Ezid) kemungkinan besar adalah salah satu makhluk itu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan agar tidak terkesan membela sepihak. Semua keadaan membuatku serba salah.

"Kita harus bekerja sama, untuk keselamatanmu dan keselamatan semua orang di sini," ucap Dillon dengan tegas.

"Jadi sekarang aku target mereka?" tanyaku memastikan.

"Kemungkinan besar, iya. Mereka akan berlomba-lomba menenggelamkan target yang telah ditentukan. Keberadaanmu di Waterfloatt sebenarnya mengancam kami semua, tapi kami memang sedang berencana untuk menangkap salah satu dari mereka," terang Dillon panjang lebar.

"Menangkap? Untuk apa?"

Itu pertanyaan yang bodoh, aku tahu. Siapa yang tidak menangkap ancaman di sekitarnya? Tapi aku ingin tahu apa yang akan mereka lakukan dengan makhluk air yang sudah ditangkap itu, di tempat yang agak ... kurang teknologi seperti ini.

"Membunuh mereka."

Bayangan di kepalaku langsung menangkap adegan saat mereka berhasil menangkap kaki makhluk air itu, lalu membawanya ke atas papan angin dan memutilasi satu persatu bagian tubuh makhluk itu dengan parang. Darahnya akan tumpah kembali ke laut dan membuatnya menjadi lautan darah sejenak—karena saat bercampur dengan volume air yang jumlahnya banyak dan perbandingan darah satu makhluk, semuanya akan hilang tak berbekas.

"Tapi kau sudah pernah bertemu dengan mereka dan kau berhasil lolos, kan?" tanya Dillon yang lagi-lagi tidak kujawab pertanyaan utamanya. "Apa kau sudah tenggelam? Mengapa kau bisa selamat?"

"Kebetulan saat itu aku punya sampan," jawabku langsung. Akhirnya aku mengakui, "Dan ya, kau benar. Aku memang pernah bertemu dengan salah satu makhluk air yang kau maksud."

Dillon tersenyum tipis, sepertinya puas dengan jawabanku.

"Baiklah, kalau begitu, Skye. Nanti malam aku ingin kau bergabung di tim berburu kami," ucap Dillon sambil menepuk bahuku sekali, layaknya teman lama.

"Tim berburu?"

"Kau akan menjadi umpannya," sahut Dillon yang membuatku langsung merinding ngeri. "Tenang, akan kupastikan kau tidak kehabisan napas. Aku juga sudah ditandai oleh mereka, tapi mereka tidak pernah bisa menenggelamkanku walaupun sudah menarikku."

"Jadi apa yang harus kulakukan nanti?" tanyaku.

"Kau cukup tunggu ada yang datang dan menarikmu ke air, lalu kami akan--"

Aku menginterupsi, "Sekedar informasi, aku sangat payah dalam menahan napas."

"Sepayah apa?"

"Rekorku hanya semenit lebih 13 detik dan itu baru sekali. Kalau dirata-ratakan, aku hanya bisa menahan napas selama 49 detik."

"Wah, kau payah," kata Dillon yang membuatku menekuk alisku. "Bagaimana bisa seorang gadis kecil 49 detik bisa lolos dari maut? Kau hebat."

Mengabaikan ejekan dan pujiannya, aku bertanya dengan nada menantang, "Memangnya kau bisa berapa lama?"

Dillon tampak berpikir sejenak, "Dalam keadaan sambil berenang tenang, aku bisa menahan napas lebih dari tujuh menit. Kalau menahan napas langsung, aku belum pernah menghitungnya."

Dan berkat Dillon, rekor muri-ku terasa tidak ada artinya sama sekali.

"Jangan-jangan kau ini bukan manusia, ya?" tuduhku tidak terima.

AQUA WorldDonde viven las historias. Descúbrelo ahora