Chapter 3

3.9K 610 92
                                    

Seorang wanita cantik yang sudah cukup berumur bersama sekretarisnya mendatangi kantor biro jodoh kecil.

"Ada Arthit ?" Tanya wanita itu tanpa basa basi. Tutah langsung memanggil Arthit karena merasakan aura yang cukup mencekam.

"Bisa kita bicara Arthit ?" Bukan bertanya tapi lebih tepatnya memerintah Arthit. Mau tak mau Arthit menurutinya.

"Bisa Mrs. Suthilcuk." Arthit dan Mrs. Suthiluck memasuki ruang meeting kecil di kantor itu. Alangkah kagetnya Mrs. Suthiluck melihat anak kesayangannya sudah berada disana.

"Hai Mae..." sapa Kongpop.

"Kenapa kau disini Kong ?" Tanya Mrs. Suthiluck heran.

"Aku kerja disini."

"Kerja ? Bagaimana bisa kau kerja disini ?"

"Aku pemilik gedung ini. Jadi aku bebas bekerja dimana aku suka. Apalagi ada Arthit disini." Jelas Kongpop sambil menyengir bodoh.

"Silakan duduk Mrs. Suthiluck." Kata Arthit yang melihat dari tadi Mrs. Suthiluck berdiri.

"Kong, kau keluarlah dulu." Kata Mrs. Suthiluck mencoba menjauhkan anaknya dari pembicaraan.

"Jika pembicaraan ini menyangkut Arthit, maka aku tetap tinggal disini Mae."

"Kong...."

"Mae sudah tahu sifatku, jadi jangan membuang-buang tenaga." Kata Kongpop kembali berkutat pada laptopnya.

"Arthit..." Mrs. Suthiluck mengalihkan perhatian pada Arthit yang duduk di sampingnya.

"Ya Mrs. Suthiluck."

"Aku ingin membicarakan si anak bodoh itu."

"Aku mengerti maksud Mrs. Suthiluck. Tapi sungguh itu hanya keputusannya sendiri. Aku tak tertarik padanya. Aku laki-laki normal." Kata Arthit menjelaskan semua agar tidak ada kesalahpahaman.

"Aku tahu. Aku mendukung keputusanmu Arthit." Kata Mrs. Suthiluck tersenyum ternyata ia punya maksud yang sama dengan Arthit.

"Aku menolak." Kata Kongpop tiba-tiba.

"Apa ?" Tanya Mrs. Suthiluck.

"Aku menolak apa yang kalian maksudkan. Keputusanku tak akan berubah."

"Aku tak menyukaimu Mr. Kongpop."

"Sudah kubilang panggil aku Kong. Aku yakin aku pasti bisa membuatmu menyukaiku."

"Mae tak terima Kong."

"Terserah Mae. Aku akan melepas semua perusahaan yang aku urus. Aku akan pergi ke desa untuk bertani." Ancam Kongpop yang membuat Arthit geli. Kongpop mau bertani ? Hal yang tak mungkin.

"Lalu Arthit ?"

"Tentu saja aku bawanya sebagai istriku."
Arthit ingin mengumpat tapi menahannya, walau si Kongpop tengil ini gak tahu malu tapi sekarang ibunya sedang berada disini.

"Kong.... Arthit pria. Lagipula ia juga tak menyukaimu. Pilih saja yang lain na...."

"Kalau gitu aku pilih Arthit dan Aim." Kata Kongpop.

"Whatt? Aku gak mau ke desa. Kau pasti mau menyuruhku ini itu." Kata Aim yang daritadi diam jadi angkat bicara karena namanya disebut.

"Aku juga gak mau..." Tolak Arthit.

"Kong..... jangan keras kepala. Kasihan Arthit." Bujuk Mae agar Kongpop melunak.

"Mae tak ingin aku pulang." Tanya Kongpop mengeluarkan jurusnya.

"Tentu saja Mae ingin. Sudah lama kau tak pulang kerumah."

"Jika Mae merestui aku memilih Arthit, aku akan tinggal dirumah. Jika tidak, maka aku akan pergi jauh dari sini. Bagaimana Mae ?"

Emosi Arthit sudah tidak tertahan lagi, berani-beraninya si Kongpop mengancam Ibunya. Arthit yang hidup sebatang kara tentu saja merindukan kasih sayang seorang ibu.

PLAKK.. Arthit memukul kepala Kongpop keras yang membuat semua diruangan itu terkejut.

"JANGAN PERNAH MENGANCAM IBUMU. KAU TAK AKAN PERNAH HIDUP NYAMAN SEPERTI INI JIKA BUKAN JASA ORANGTUAMU." Arthit menatap nyalang kepada Kongpop. "MINTA MAAF SAMA IBUMU." Perintah Arthit kepada Kongpop.

Kongpop memasang muka manyun mendengar omelan Arthit. Dengan berat hati dan wajah terpaksa Kongpop menuruti Arthit.

"Maaf Mae...Kongpop yang salah." Katanya pelan.

"Tak apa nak. Mae selalu memaafkanmu." Mrs. Suthiluck membelai sayang kepada anak semata wayangnya. Hampir tak ada orang yang mengalahkan Kongpop, Kongpop terbiasa menang atas segalanya. Kongpopnya yang pendiam dan angkuh mau meminta maaf didepan umum. Bahagia , itulah yang dirasakan oleh Mrs. Suthiluck.

Mrs. Suthiluck menatap Arthit dengan terharu.

"Terima kasih Arthit."

"Tak apa-apa Mrs. Suthiluck." Arthit tersenyum, ini adalah hal yang biasa yang muda menghormati yang lebih tua.

"Untuk seterusnya mohon bimbing Kongpop ya. Aku serahkan dia kepadamu. Calon menantuku." Mrs. Suthiluck tersenyum bahagia penuh arti kepada Arthit.

Calon menantu idaman - Mrs. Suthiluck.

"Yes.... ayo P kita segera menikah." Kata Kongpop gembira sambil memeluk Arthit yang tak bergerak karena shock.

Ibu dan anak bersatu. Bagaimana nasibku selanjutnya ??? - Arthit.

8. Hai, Matchmaker (Bahasa - Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang