Teman-temannya mengikuti dari belakang, ada Karisma, Jojon, juga banyak lagi siswa kelas 12 yang di ketahui pembuat oner di sini.
"Mauren, ikut aku," Erlang menarik pergelangan Mauren dengan kasar tanpa mempedulikan ringisan sang gadis yang di tarik kuat seperti binatang peliharaan.
"Awh, Erlang! Tangan aku sakit..." lirihan itu sama sekali tak mempan untuk meluluhkan ketua dari eksrakulikuler Kick Boxing ini.
Teman-teman Erlang yang mengikutinya dari belakang menatap penuh iba dirinya namun salah satu dari mereka tak ada yang berani untuk angkat tangan menolongnya.
Tidak ada memang yang berani dengan Erlang, cowok itu berkuasa di sekolah ini dan terkenal sebagai anak dari pemilik yayasan sekolah ini.
Jika cowok itu sudah benar-benar dikuasai oleh api amarah, Erlang tak akan segan-segan untuk membuat siapapun yang berani mencampuri urusannya untuk memasuki rumah sakit.
Langkahnya sekarang mulai memasuki wilayah sepi, teman-temannya tak ia perbolehkan untuk ikut masuk ke kawasan belakang sekolah yang terkenal angker dan sepi ini karena mereka Erlang suruh untuk berjaga-jaga.
Ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan kepergian mauren yang sempat membuat Erlang pusing bukan kepalang mencarinya.
Takut-takut gadis itu meninggalkannya tanpa ucapan perpisahan, Erlang tak mau itu terjadi. Erlang mencintainya namun cara menunjukkannya itu yang kurang membuat Mauren mengerti.
"Kemana kamu pergi waktu itu? Kenapa kamu pergi tanpa seizinku dan kalo misalkan kamu di culik dan kenapa-kenapa bagaimana? Kamu tau ini kota besar dan aku khawatir kamu--"
"Cukup," tahan Mauren, menutup matanya dengan gerakan tangan seperti menahan.
"Kamu bener-bener pembohong, kamu gak cinta aku, Erlang."
"Kamu gak punya bukti untuk opini itu."
"Kamu punya Kak Linda kan? Terus kenapa kamu jadiin aku pacar kalo misalnya kamu masih cinta Kak Linda?" Pertanyaan itu seakan menampar Erlang untuk kembali pada kesadaran dirinya.
Ia mencintai Mauren, namun setengah hatinya menolak untuk menjauhi ataupun menyangkal perasaan bahwa ia masih sedikit sayang pada Linda.
"Kenapa Diem? Gak berani ngakuin kalo kamu cuma jadiikan aku pelampiasan?"
"Bukan, kamu salah paham. Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Bukan Linda!"
"Tapi matamu gak bisa bohong, kamu masih suka Kak Linda kan?"
Meskipun Erlang tak menjawabnya, Mauren dapat melihat adanya keraguan dalam matanya untuk menjawab. "Jujur aja," paksanya.
"Kenapa aku harus jujur?"
"Karena aku gak mau kecewa lagi, karena aku butuh kepastian untuk hubungan yang aneh ini," tukasnya dengan menatap dedaunan yang bergoyang tertiup angin.
"Kalau aku jawab aku masih sayang Linda, kamu mau apa?"
Petir seolah menyambar tepat pada ulu hatinya, apa yang ia pikirkan ternyata memang terjadi. Erlang masih menyayanginya yang berarti Mauren bukan satu-atunya.
"Terus kalo kamu cinta dia, kenapa harus aku yang kamu jadikan pacar? Kenapa enggak kak Linda aja?"
Erlang memeluknya dengan perasaan yang bercampur aduk, "Karena aku cintanya sama kamu, bukan sama Linda, Mauren."
"Setidaknya cinta datang karena terbiasa, bukan? Kenapa kamu gak coba aja?" Saran Mauren dengan perasaan yang pada kenyataannya ia tak rela.
Tak rela di tinggalkan Erlang, karena ia sudah terlanjur masuk zona nyaman dalam hubungan mereka.
"Putusi aku."
Ini adalah final dari perkataan Mauren, ia tak bisa menjalin hubungan dengan lelaki yang masih lalung-kindung ingin berlabuh pada hati yang mana.
Mau tak mau ia harus memilih antara dirinya atau Linda, jika Erlang mencintai Linda kenapa cowok itu tak mau memperjuangkannya saja?
Mengapa musti Mauren yang harus di korbankan dalam kisah percintaan antara Linda dan Erlang, bisakah ia menyebut bahwa ia juga perusak sebuah hubungan?
"GAK! AKU GAK MAU!!!" Bentak Erlang kehilangan kendali lantas mencium rakus bibirnya, Muren terlihat kelelahan jika harus melawannya.
Dalam pangkuan Erlang, Gadis itu terlihat pasrah dalam kukungannya. Pingganya terasa sesak saat Erlang merengkuhnya tanpa perasaan. Nafasnya juga terengah-engah.
"Cukupsss..."
Perlahan Erlang melepasnya, kepalanya masih panas siap membentak siapa saja yang membuat ia bertambah marah. Ia geram ketika mendengar gadisnya ingin putus.
"Sampai kapanpun aku gak akan pernah lepasin kamu, sekalipun putus. Karena pada sejatinya aku cinta sama kamu, bukan gadis jalang itu," desis Erlang dengan pandangan tajamnya.
Mauren menegak ludahnya susah payah, ia cujup terintimidasi dengan pandangannya yang seperti seorang pembunuh bayaran itu. Galak, menyemkan, dan mengintimidasi.
"Kamu egois, aku benci!"
"Aku egois karena cinta aku ke kamu, bukan obsesi," tekan Erlang lalu kembali merengkuh tubuh mungil gadisnya.
"Dan disini juga bukan sepenuhnya aku yang salah, kamu sama Brian punya hubungan apa?"
"Aku sama dia cuman teman masa kecil, dia bawa aku ke rumahnya karena dia gak mau aku hidup sendiri. Setidaknya dia lebih baik dari kamu," jelas Mauren, memberontak meminta diturunkan dari pangkuannya
Gadis itu menoleh pada pintu dimana itu menjadi jalan masuk menuju halaman belakang sekolah, disitu teman-teman Erlang tampak asik mengobrol sembari menjaga pintu.
Mereka patuh pada perintah pemimpin mereka, mereka tau bahwa ini masalah pribadi yang tidak boleh orang-orang tau termasuk mereka.
"Dia gak sebaik yang kamu kira, Mauren. Dia selalu merebut apa yang aku punya, dan Linda dengan bodohnya menerima lelaki bajingan seperti dia."
Mauren memandang datar dirinya, "Terus Kamu kira kamu apa? kamu juga sama bajingannya," hardiknya.
Kali ini Erlang tak marah lagi dengan ucapannya, sebab ia sadar. Ia memang bajingan karena menduakan Mauren dengan Linda.
Namun ia tahu, ia sangat tahu bahwa rasa cinta dan sayangnya pada Mauren itu lebih besar dari Linda. Rasanya dengan Linda hanya sebatas rasa kasihan akan hidup wanita itu.
Hidupnya susah, disaat-saat seperti ini ia harus mengurus anaknya yang masih berumur 3 tahun itu di sela-sela sekolahnya.
Orangtuanya tak menerimanya lagi karena telah memalukan dan merendahkan nama keluarga, iya memang ini kesalahan mereka karena lalai dalam mendidik sikap dan prilaku anak.
Dan Erlang sudah tak terbayangkan lagi, sempat muncul pemikiran untuk membantu tapi ia tak ingin Mauren merasa kecewa dan diabaikan karena itu.
"Linda itu punya anak, anaknya masih kecil. Rasa aku sama dia itu cuma rasa kasihan ingin menolong, bukan rasa cinta yang benar-benar mencintai seperti perasaan aku ke kamu, Sayang," ucap Erlang selembut mungkin.
"Kamu gak bohong kan?"
"Aku akan membunuh diriku sendiri kalo aku bohong sama kamu," tegas Erlang.
Kali ini berbeda, Mauren yang lebih dulu memeluknya dengan perasaan yang membuncah juga sedikit senyuman bahagia.
Akhirnya, Erlangnya tidak pergi dari hidupnya. Erlangnya akan tetap menjadi Raja dari hatinya, untuk saat ini.
***
5 Juni 2018.
13.30 WITA.
Ehh, Di antara empat pemeran cowok. Siapa yang paling kalian suka?
1. Erlang
2. Zach
3. Brian
4. Rivera
YOU ARE READING
BAD ERLANG
Teen Fiction-END- #49 in Teen Fiction (August 12, 2018) #1 in Teen (June 9, 2019) Erlang Jordan Salvador Denza, Memiliki sifat galak sekaligus wajah yang tampan nan romantis. Kick Boxing adalah cabang olahraga yang paling ia sukai, selain menjadi anak dari pemi...
PART 11 ¤ Rasa ¤
Start from the beginning
