10. Rencana

3.5K 168 0
                                    

Pertandingan dimulai dari siswa laki-laki, saat peluit itu berbunyi memenuhi lapangan indoor. Para siswa perempuan berteriak histeris sebagai supporter dari masing-masing kelas. Berbeda dengan ketiga cewek yang tengah asik dengan kegiatan mereka. Ngefangirling.

Mengacuhkan pertandingan yang bikin semua siswa perempuan berteriak-teriak mengabaikan rasa serak di tenggorokannya karena terlalu kuat mengeluarkan pekikan. Sangat berbeda dengan ketiganya yang abai karena ngabisin suara, pikir mereka bertiga. Ya walaupun mereka tetap mendukung kelas masing-masing. Tak mau kalah dari supporter dari kelas XI.

Lima cewek yang termasuk kelas XI IPA 2, sekelas dengan Aldi, Danial, Kevin, Dino, dan Arli. Tentu melihat ketiga cewek yang pernah bikin cowok famous di sekolah marah pada mereka berlima.

Menghampiri ketiga cewek yang tampak asik dengan kegiatan mereka tanpa menyadari kedatangan kelima cewek seniornya. Mengabaikan jenis-jenis jeritan buat mensupport kelas masing-masing. Bahkan ada yang dari kelas X yang sudah menyanyikan yel-yel sebagai penyemangat.

"Sok banget lo bertiga. Kalo berani lawan kita pas pertandingan berikutnya. Berani gak?" Tantang Raisa dengan tampang angkuh dan sombongnya.

"Jangan sombong dulu. Lo inget kata pepatah, kan?" Tanya Dhina dengan sinis, yang mendapat jawaban tautan alis. Tertawa sinis, mendapati seniornya tak mengerti maksudnya.

"Yaelah, jin aja tau. Masa lo manusia yang belajar aja gak tau?" Sinisnya lagi yang mendapat picingan tajam dari kelima cewek itu.

"Peduli apa guwe? gak peduli juga," Ucap Wilona ketus.

Ayndra yang sedari tadi tak menggubris, kini beralih menatap dan memicing tajam ke arah mereka dengan tatapan datar dan dingin. Melihat itu, Dhina sudah bersorak ria sedangkan Nola sudah menampilkan seringainya.

"Lo bangunin macan tidur rupanya," Ucap Nola lirih di telinga Raisa.

Ada rasa bergidik tapi ditepisnya rasa ciutnya itu. Bukannya berhenti memancing keadaan, malah menambahnya. Ayndra sendiri sudah mengeluarkan tanduk imaginernya.

"Lo ngomong apaan barusan? Nantang lo?" Tanya Ayndra dengan sinis. Menatap lekat gadis yang bernama Chelsea. Maju selangkah dan sekali tarik, Chelsea sudah berada dalam cengkeraman Ayndra.

"Temen-temen lo nantang guwe sama temen guwe tanding? Lo nantang, taruhannya apa?" Kini Ayndra menantang sengit. Sedangkan yang ditantang? Bingung akan apa yang dilontarkan gadis itu.

"Apapun itu, kalo lo bertiga menang lawan kita berlima. How? Do you agree or not?" Ujar Naya. Ayndra pun melepas cengkeramannya dan berlalu menemui pak Didi.

"Pak? Saya pengen tanding sama cewek kelas senior itu. Tiga lawan lima. Tolong atur ya pak?" Pinta Ayndra yang ditanggapi anggukan. Tersenyum manis pada gurunya yang masih memiliki ikatan keluarga dengannya itu.

Tak semua orang bisa melihat senyum itu. Karena sifat Ayu yang dingin dan datar itu, senyum bagaikan not style bagi Ayndra. Karena hal itu, lima cowok yang sedang bermain itu melihatnya, mereka gagal fokus.

Pergi berlalu dari gurunya setelah mengucapkan terima kasih, walau dengan datar. Pak Didi itu adalah kakak dari ibunya. Ia tahu betul sikap ponakannya, setelah kejadian dua tahun silam.

"Udah guwe atur. Guwe bakal taruhin mobil guwe kalo lo semua bisa kalahin kita. Agree with my offer?" Usul Ayndra yang mendapat tatapan tak percaya sahabatnya.

"Ok," Ucap Chelsea final. Pergi meninggalkan ketiga adek kelasnya untuk berganti baju.

"You're serious? Amazing!" Ucap Nola yang masih tak percaya dan diangguki Dhina.

"Santuy dulu dong, girls... Gak segampang itu, guwe tau rencana mereka," Ucap Ayndra santai. Sedangkan Nola dan Dhina melongo tak mengerti.

"Hah?!" bingung Nola dan Dhina bersamaan.

"Jadi gini..."

Flashback

Ayndra tengah ke toilet. Saat akan keluar, ia tak sengaja mendengar percakapan beberapa cewek yang ia kenali milik siapa suara itu. Suara Chelsea cs, dan ternyata mereka tengah merencanakan sesuatu.

"Kita tantang mereka nanti. Main basket. Guwe punya rencana..." Ucap cewek yang Ayndra yakini itu suara Chelsea.

"Guwe taburin bubuk gatal ke seragam basket mereka, jadi mereka bakal gatel-gatel saat main nanti. Gimana?" Ucap Chelsea menjelaskan rencananya. Tak menyadari kalau ada seseorang di balik pintu toilet.

"Uwiihhh.... Amazing! Guwe setuju. Jadi kita gampang menang nanti, hahaha.." Tawa cewek lainnya. Sepertinya suara Naya.

Ayndra yang mendengarnya menyeringai dengan senyum yang menakutkan. Jika Ayndra sudah seperti ini, maka hal yang selanjutnya terjadi adalah sesuatu di luar perkiraan seseorang.

Orang yang berurusan dengan Ayndra, mencoba bermain main dengannya adalah sebuah bencana. Siap-siap saat seringaian itu muncul.

"Yodah. Sekarang kita taburin tuh bubuk, terus cari mereka," Ucap Raisa menimpali. Yang dapat Ayndra tebak diangguki oleh semuanya. Setelah suara ketukan lima pasang sepatu tak terdengar lagi, Ayndra keluar dari bilik toilet dan tersenyum sinis.

"Lo coba main-main sama guwe? Liat siapa yang bakal kena jebakan Batman," Ucap Ayndra dengan menyeringai tajam.


















02 Desember 2023
Dipublikasikan oleh:
Ar_Arka

Trio Bad Girls (END) ||TAHAP REVISIDär berättelser lever. Upptäck nu