22

1.9K 75 0
                                    

(K I T A)
#part_22

.
.
.
.
.
Prilly's POV

Udara panas menyengat berpadu dengan semilir angin yang sedikit menerpa ke permukaan. Jam sudah menunjukkan pukul 12:22 siang. Sejak kepergian ali, aku terus mengurung diri di dalam kamar sebab tak ingin bertemu pandang dengan gadis yang bermuka dua. Siapa lagi kalau bukan siska, mantan pacar suamiku sekaligus perusak suasana hatiku.

Kini aku merasa berada di penjara. Rumahku sendiri kini terasa asing. Apakah aku payah? Apakah aku terlihat begitu takut dengannya sampai harus seperti ini?.
Aku terus berpikir ada benarnya jika aku tidak harus sperti ini, karna itu sama saja kalau aku akan membebaskannya berkeliaran di rumahku. Aku memutuskan untuk menarik langkah keluar dari perpaduanku. Aku terus berjalan menyusuri tangga tak ada sosok siska.
Kemana dia? Pikirku.

"cari siapa prill?" aku langsung terpaku mendengar seorang wanita menyaut dari arah belakangku. Wanita yang aku tau betul dia siapa. Siska. Aku pun menoleh ke arahnya berusaha menunjukkan ekspresi biasa saja kepadanya.

"aku kira kamu sudah keluar dari rumah ini" umpatku tersenyum keki. Bertepatan dengannya, iapun tersenyum sembari membuang muka dariku

"aku nggak bakal keluar dari rumah ini sebelum keluarga kamu dan ali berantakan" ucapnya dengan nada ancamannya. Aku benar-benar merasa kesal kepadanya ternyata manusia sekeji dia masih ada juga di dunia ini, aku pikir peran antagonis hanya ada di film-film atau sinetron.

Aku mendengus kasar "kamu pikir kamu bisa ngerusak rumah tangga aku dengan ali huh? Kamu salah. Aku tidak selemah yang kamu pikir" balasku. Ku tatap dengan tajam kedua matanya seraya kobaran api kini melintas di antara kami.

"oke! Kita lihat nanti" ucapnya tersenyum penuh licik. Ia beralih meninggalkanku lalu masuk kedalam kamar tamu yang kini menjadi tempat peristirahatannya.

*****

rona jingga berseri seakan menyambut pergantiannya haru dari siang menuju malam, mengurai kata walapun tak bermakna. Sepi sunyi tak pernah ada karna binatang terus berbunyi, suara kodok dan jangkrik menjadi musik malamku. Aku terus menatap dunia malam melalui balkon kamar meski dingin kini menyelimuti sekujur tubuhku. Jelas saja. Aku hanya memakai daster tampa lengan dan berkisar 15cm dari lututku.

"lagi lamunin siapa sayang?" aku langsung tercekang merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangku. Tentunya itu ali, suamiku. Ia meletakkan kepalanya di pundakku seraya menopangnya.

"nggak papa" jawabku seadanya.

"terus ngapain di luar sini? Udara malam sangat dingin loh! Nanti kamu sakit sayang"aku menoleh ke arah ali, ia masih memakai kemeja pertanda ia baru saja tiba dari kantor. Aku melingkarkan tanganku di lehernya menatap lekut wajahnya "gimana soal mangganya? Udah dapet?" tanyaku memastikan. Ali tersenyum kecil "iya.. Kamu tau nggak aku cari mangganya sampai ke cirebon, makanya aku pulang telat" rancaunya membuatku tersakiti. Sampai segitunya dia peduli dengan siska sampai ia rela ke jauh tempat hanya untuknya.
Apa kamu nggak sadar Li? Aku sudah tersakiti.

Aku melangkah meninggalkan ali begitu saja menutupi perasaan yang ku rasakan saat ini.

"kamu marah yah?" tanyanya. Nada suaranya semakin jelas pertanda ia tengah berjalan mendekat ke arahku.

"enggak" dustaku lalu duduk di tepi tempat tidur dengan keadaan tertunduk karna tak ingin menatap suamiku.

"aku tau kamu marah"ali duduk tepat di sampingku sambil menghadap ke arahku.

"udahlah, nggak usah di bahas. Kamu kan lagi capek baru pulang. Mending kamu mandi terus kita makan" ucapku mengalihkan suasana. Ali hanya membalas dengan siluet senyum lalu beranjak dari tempat tidur mengayuhkan langkah menuju kamar mandi.

******

jam sudah menunjukkan pukul 20:00. Aku dan ali menghabiskan waktu dengan menonton TV di ruang tamu. Canda gurau selalu kami lakukan dengan melempar bantal sofa dan menggelitik satu sama lain. (Awas.. Keguguran Prill..)

"hahaha.. Udah.. Ah geli honey" ucapku susah payah karna merasa geli. Ali terus mengelitiki ku

"ampun nggak?"

"iya.. Hahaha, ampun. Udah honey" akhirnya ali menghentikan aksinya.
Aku menarik nafas dalam-dalam karna merasa ngos-ngosan di buatnya.

"makanya, jangan ngajakin bercanda" umpatnya. Aku hanya tersenyum kecil lalu melirik ke arah sosok wanita yang berdiri di belakang ali.

"siska?" sautku. Ali langsung menoleh ke arah belakang mengikuti arah pandanganku.

"eh sis? Belom tidur?" tanya ali

"nggak bisa tidur ni. Rasanya calon anak aku pengen sesuatu deh!" jawab siska sembari mengelus-elus perutnya yang terlihat sedikit buncit.

"terus?" lanjutku mengitrogasinya dengan menyatukan kedua alisku menatap intens ke arahnya. Aku takut dia berencana yang enggak-enggak

"mmm.. Anak aku kayaknya pengen ali temenin aku tidur"
kedua mataku langsung membelakkan mendengar pintanya yang tidak masuk akal. Ali menoleh ke arahku menatapku sekilas lalu kembali menatap ke arah siska.

"maaf yah Li, pril.. Ini bukan mau aku. Ini mau anak aku. Sekali lagi maaf yah? Lagian aku nggak bakal memaksa kalian untuk menyetujui keinginan aku yang ngaco ini. Hahaha. Ada-ada aja kamu deh" ia kembali mengelus perutnya dengan wajah sedikit di tekuk lalu mengambil langkah berpaling dari aku dan ali.

"tunggu.." selah ali menghentikan langkah siska. Ia pun menoleh kembali

"demi anak loe. Gw mau kok. Kan kasian nanti dia liuran" bagaikan batu menghantam hatiku berpadu dengan tajamnya pisau menembus hati ini. Aku tak salah dengar kan? Ali menyetujui keinginan konyol siska? Apa yang sedang ia pikirkan? Apa dia nggak memikirkan perasaanku.

"prill? Nggak papa kan?" tanya ali sesaat setelah ia menoleh ke arahku untuk memastikan.

"sayang.. Kamu tenang aja. Aku nggak bakal macem-macem. Lagian kamu tau kan, aku hanya cinta sama kamu" ucapnya berusaha meyakinkan aku.

"tapi..."

"kamu tau kan, bagaimana kalau kamu di posisi siska? Bagaimana perasaan kamu?" selah ali menghentikan kata-kata yang akan aku ucapkan. Ini bukan masalah bagaimana dan apa? Tapi ini masalah hati. Andai saja siska itu bukan bagian masalalu kamu Li. Aku tidak akan seperti ini.

Aku mencoba menarik nafas dalam-dalam "aku izinin kamu kok. Aku percaya sama kamu" sautku mencoba tegar meskipun rasanya sulit. Ali tersenyum ke arahku sembari mengelus-elus kedua pipiku sesaat lalu fokus ke siska. Kini kata berganti tangis, keadaan berubah semenjak kau membawa masa lalumu kembali di antara kau dan aku. Tapi apa mau di kata? Diam adalah pilihan yang terbaik dan aku hanya bisa menatapmu dengannya berjalan membelakangiku....

Bersambung...

K I T A -"AliandoPrilly"-Where stories live. Discover now