45.

1.7K 355 100
                                    

Enam bulan telah berlalu.

Enam bulan tanpa kehadiran Peter di sampingku. Tidak ada lagi Peter yang selalu duduk dibangku belakangku ketika kami berada di kelas, tidak ada lagi Peter yang merengek padaku untuk mengajarinya matakuliah yang ia anggap susah, tidak ada lagi Peter yang suka mencari kesempatan untuk memeluk dan menciumku.

Satu bulan pertama tanpanya membuatku merasa seperti hidup di neraka. Aku merasa kesepian, aku merasa ada sesuatu yang kurang dalam diriku, aku menyalahkan kebodohanku yang membuat Peter meninggalkan aku.

Aku merasa hampa, bahkan terkadang pikiranku akan dipenuhi oleh Peter, walaupun saat itu aku sedang bersama Luke dan Grace.

Ada suatu masa dimana aku merasa bahwa kehadiran mereka berdua pun tidak cukup untuk membuatku merasa lebih baik,

tidak cukup mengisi rasa hampa yang disebabkan oleh kepergian Peter.

Ketika Grace dan Luke harus kembali pulang, perasaan hampa itu semakin menjadi.

Aku semakin tidak bisa tidur, porsi makan ku semakin berkurang, aku merasa sangat kesepian dan aku menghabiskan waktuku hanya untuk belajar. Aku benar-benar menenggelamkan diriku didalam tumpukan buku-buku ilmu hukum agar pikiranku tidak hanya dipenuhi oleh Peter.

Aku berharap bahwa suatu saat ia akan kembali, ia akan kembali mengetuk pintu apartment ku, ia akan berkata "Aku kembali" dengan senyuman menghiasi wajahnya.

Tapi harapanku itu tidak pernah menjadi kenyataan.

Bahkan, aku tidak pernah mendengar kabar apapun tentang Peter.
Tyler dan Zoe menutup mulut mereka, tidak membahas tentangnya sama sekali,

dan aku terlalu takut untuk bertanya.

Aku takut, bahwa aku tidak akan menyukai jawaban yang mereka beri.

Semua itu hingga bulan kedua. Zoe bilang aku seperti mayat hidup, tapi aku hanya menertawakannya dan menyebutnya konyol.

Aku bilang pada semua orang bahwa aku baik-baik saja.
Bahkan pada orang tua, aku berkata bahwa aku baik-baik saja.

Aku memang baik-baik saja.

Aku hanya sedikit terluka.


Di bulan ketiga, Luke datang mengunjungiku secara tiba-tiba. Ia memintaku untuk bangkit dari kasur, tapi aku menolak. Ia terus-terusan membujukku, memohon padaku untuk menurut padanya, tapi aku tetap menolak.
Aku menutup wajahku dengan selimut ketika aku melihat ekspresinya yang menunjukkan kekecewaannya padaku.

Hal yang paling aku benci adalah mengecewakan orang-orang yang aku sayang.

"Darcy. Bangunlah. Sudah saatnya kau untuk bangun." ucapnya waktu itu.

"Aku memang sudah bangun."

"Tidak, bukan itu yang kumaksud." Jawabnya.

"Bukankah ini semua sudah cukup? Aku tidak tahan lagi melihatmu seperti ini.. Ayolah, Darcy. Bangun dari keterpurukanmu itu. Kau adalah Darcy Capella Styles, kau perempuan terkuat dan terhebat yang pernah aku temui. Kau seorang Capella, bintang yang memiliki sinar paling terang di hidup orang-orang yang kukenal. Jangan biarkan orang lain meredupkan sinarmu."

Ucapannya yang lembut itu membuat air mata yang selama dua bulan ini kutahan mulai keluar.

"Aku tau kau pasti merasa sakit hati. Aku juga pernah merasakannya, dan kau tau itu. Tapi lihatlah, D. Aku bertahan, aku baik-baik saja sekarang. Dan kau pun juga akan baik-baik saja. Percaya padaku.. Ini bukan akhir dunia, D. Ini juga bukan akhir kisahmu, suatu saat nanti kau akan menemukan lelaki yang lebih baik, sungguh. Anggap ini sebagai suatu pelajaran yang akan membuatmu lebih kuat nantinya.."

Mendengar ucapannya, aku keluar dari persembunyianku di bawah selimut, dan membuka tanganku lebar-lebar.

"I need my Horan hug."

Ia tersenyum dan mendekatiku, lalu ia membawaku ke pelukannya.

"Kau bisa menangis sekarang. Keluarkan semua perasaan sedihmu. Menangislah, ada aku disini. Tapi aku harap ini terakhir kalinya kau menangis, oke?" Bisiknya. Aku menangis dan terus menangis dalam pelukannya.

"Dia bukan mataharimu, D. Hidupmu tidak hanya bergantung padanya. Kau adalah matahari dan bintang dalam hidupmu sendiri. Kau pasti bisa hidup tanpanya. Lagipula, kau punya aku, Grace, Edward, dan teman-teman yang lain. Kau tidak sendirian."

Ucapan Luke itulah yang membuatku memutuskan untuk bangkit kembali,

"Bantu aku, Luke. Aku tidak mau seperti ini terus."

"Tentu saja, half man. Aku akan membantumu, aku akan selalu ada untukmu, jadi kau tidak perlu merasa sendirian, oke?"

Dari situlah, aku mencoba untuk kembali menjadi Darcy yang dulu,

Darcy yang kuat, yang tegar, pemberani, dan tidak cengeng.

Aku berusaha untuk kembali makan teratur, dan kembali berinteraksi dengan teman-temanku. Aku berusaha kembali membuka diri dan tidak hanya menenggelamkan diri untuk belajar.

Bulan keempat dan kelima, aku tidak lagi merasa hampa, aku tidak lagi merasa sepi, aku tidak lagi memikirkan Peter di setiap saat.

Aku sudah bisa melupakan Peter, walaupun belum sepenuhnya.

Aku sudah mulai kembali menjadi Darcy yang dulu dikenal oleh teman-temanku.

Dan kali ini, Luke menepati janjinya.

Walaupun dia tidak selalu ada di sebelahku, dia selalu menyempatkan diri untuk menghubungiku setiap hari. Hanya sekedar untuk menanyakan apa yang kulakukan di hari itu, atau menanyakan menu apa yang kumakan untuk makan siangku.

Aku dan Luke menjadi semakin dekat seperti dulu, seakan kami tidak pernah saling menjauh selama satu tahun,

seakan kami tidak pernah berpisah.

Dan aku sangat mensyukuri hal itu.

Karena ia membuatku merasa semakin kuat.


Di bulan keenam,

Aku mulai bisa berkata dengan yakin bahwa aku baik-baik saja, dengan senyuman yang tulus dariku.

Aku baik-baik saja.

Semua akan baik-baik saja.

Aku siap untuk menjalani masa depan yang sudah ada di depan mataku,

karena aku tau,

aku masih memiliki Luke dan orang-orang yang kusayang dibelakangku.


Aku baik-baik saja,

*******

HAI HEHEHEHE

SORRY I'M LATE TO THE PARTY

Maaf banget udh lama gantungin kalian:(

tapi aku bakalan berusaha untuk nyelesaikan cerita ini kokkk, sabar yaaaa <3

makasih sudah setia menungguuuu.

enjoy this super short update;)

jgn lupa vote comment nyaaa

Little Fairy: Wherever You AreWhere stories live. Discover now