E i g h t

12.4K 1.6K 329
                                    

"What?"

"Please,Nash..." ucapku masih tetap dengan suara yang parau.

"Kau dimana sekarang?" Tanyanya.

"Boston.."

"Beri alamat apartment mu,aku akan menemui disana. Aku tidak akan mengijinkanmu mengendarai mobil kesini sendirian dengan keadaanmu yang sedang kacau seperti ini." ucapnya dengan nada tegas. Jarang sekali aku melihat Nash yang selalu konyol itu menjadi seserius ini.

"Aku tidak kacau,aku ba----"

"Pfft bullshit. suaramu parau dan kau bersuara seperti itu hanya saat kau sakit atau kau baru saja menangis. Now,I'm the one who coming to you. Beri aku alamatmu sekarang."

Nash tidak tau,tapi ucapan nya membuatku tersenyum. Aku bersyukur karena masih banyak yang memahami ku dan perduli padaku.

Aku menyebutkan alamatku,dan Nash bilang dia akan segera berangkat. Setelah telepon terputus,aku pun segera menuju apartment ku yang lama tidak kudatangi sejak ayah dan ibu kembali ke London.

****

Dua jam kemudian,aku mendengar suara pintu yang di ketuk,menandakan bahwa ada yang datang. Aku pun segera berjalan kearah pintu,membuka nya,dan setelah itu aku bisa melihat dengan jelas Nash yang berdiri di depan pintu.

Dia tersenyum menyambutku,dan hal ini membuatku ikut tersenyum.

Aku pun memeluk Nash erat. Selain karena aku sedang membutuhkan pelukan seseorang,aku juga merindukan Nash. Aku yang biasanya bisa melihat Nash setiap hari kini jarang melihat nya,jadi wajar saja jika aku rindu padanya.

"I miss you,Nash." ucapku sambil tetap memeluknya. Nash tertawa dan memelukku semakin erat.

"I miss you too,D." ucapnya. Aku merasakan tangan Nash mengusap punggungku,mencoba menenangkan diriku. "Kau kenapa? Matamu merah sekali,kau pasti habis menangis secara besar-besaran ya?"

Aku melepaskan pelukan ku dan menggeleng pelan. "I'm fine." ucapku. "Ayo masuk dulu." Tambahku sembari menarik tangan Nash dan membawanya menuju ruang tengah.

Ketika kami berdua sudah duduk manis di sofa ruang tengah,Nash pun menatapku dalam seolah ia sedang mempelajari ku.

"What?" Gumamku,mengalihkan wajah dari Nash.

"Apa dan siapa yang membuatmu menangis?" Tanyanya serius. Aku menghela napas.

"Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. aku baik-baik saja kok."

Nash mendengus. "Jangan bilang kau baik-baik saja karena aku tau kau sedang tidak baik-baik saja." ucapnya. "Perempuan selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja disaat dia tengah tersakiti dan menderita." ucapan nya mau tak mau membuatku tersenyum kecil.

"Sejak kapan kau jadi memahami wanita?" Godaku,dia tertawa kecil.

"Sejak aku bertemu gadis aneh sepertimu." ucapnya. "Sekarang,cepat jawab pertanyaanku dan berhenti mengganti topik pembicaraan." tambahnya tegas.

Aku menarik napas dalam. "Aku tidak tau harus mulai darimana." gumamku.

Nash terdiam sejenak,lalu membuka suara nya lagi. "It's Luke,right?"

Aku terhenyak kaget dan menatapnya,tapi dia tidak menatapku dan fokus pada televisi yang menyala tanpa suara.

"Luke kan yang membuatmu seperti ini?" Tanyanya lagi,masih tanpa menatapku. aku terdiam,dan mengangguk kecil.

"Bagaimana kau bisa tau?" Tanyaku pelan.

"Tentu saja aku tau. Hanya Luke yang bisa membuatmu seperti ini. Tidak ada lagi orang yang bisa membuatmu menangis selain Luke." Ucapnya. Kali ini,ia menatapku dalam. "Hal bodoh apa yang kali ini ia lakukan?" Tanyanya.

Little Fairy: Wherever You AreOnde histórias criam vida. Descubra agora