28

12K 1.4K 751
                                    

Cambridge, Massachusetts.

"Lalu pasal berapa yang akan di kenakan kepada tersangka di negara X ini?"

Hening.

Peter tidak menjawab pertanyaan ku.

Aku meliriknya dan melihat dia yang ternyata saat ini tengah melamun sambil mencoret-coret bukunya.

Aku mengamati wajahnya. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu, sesuatu yang lagi-lagi membuat dia kesal.

Kening Peter berkerut, bibirnya membentuk suatu garis lurus, tidak tersenyum dan tidak sedih. Matanya menatap tajam kearah buku di tangan nya, dan ia menekan ballpoint itu dengan keras sehingga aku yakin tak lama kertas itu akan robek.

"Stiles?" Panggilku sambil menggoyangkan bahunya pelan selama beberapa kali, hingga akhirnya dia berhenti melamun.

"Oh, sorry, D. Ada apa?" Tanyanya sambil memberiku senyum yang dipaksa.

Aku tidak berkata apa-apa dan hanya melihat wajahnya yang mengerut karena memiliki pikiran itu.

"You ok?" Tanyaku.

Dia menatap mata hijau ku dalam-dalam, lalu kali ini memberiku senyuman kecil tapi tulus miliknya. "I am now." Jawabnya.

Aku tak kuasa menahan senyuman mendengar ucapan nya. "Kau kenapa? Kau ada masalah?" Tanyaku lagi.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya,

Aku tidak suka melihat Peter yang sedih seperti ini.

Aku tidak mau Peter memendam perasaan dan masalahnya sendiri.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedang berpikir." Ucapnya, mengalihkan wajah dariku.

"Berpikir tentang apa?" Tanyaku lagi dengan hati-hati.

Peter tidak menjawab.

Aku menghela napas dalam.

"Aku bisa terima jika kau tidak mau menceritakan masalahmu padaku, Stiles. Tapi aku hanya ingin kau tau bahwa apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu, ok?" Ucapku sambil memberikan dia senyuman termanis ku. Peter menatapku dalam, dan perlahan dia mengusap pipiku lembut.

"Aku bukannya tidak mau cerita padamu." Gumamnya. "Aku hanya takut bahwa kau tidak akan menyukaiku jika aku menceritakan semua nya padamu." Ucapan nya membuatku terenyuh.

Dia tidak tau bahwa ucapan yang menunjukkan rasa takut nya itu  membuatku semakin suka padanya.

"Apakah masalahmu itu terjadi di masa lalu?" Tanyaku. Dia mengangguk pelan. "Kalau begitu aku tidak perduli. Semua orang memiliki masa lalu yang berbeda dan aku tidak akan menilai seseorang dari masa lalunya." Ucapku menenangkan.

Peter terdiam,

Lalu kembali mengusap pipiku. "It's about my family." Ucapnya.

Sudah kuduga..

Dia pasti ada masalah dengan keluarganya.

Aku tau bahwa Peter punya masalah dengan keluarganya ketika ia berkata seperti itu di mobil.

"Aku melakukan suatu kesalahan besar, D." Ucap Peter. Ia memejamkan matanya dan menarik napas dalam.

Little Fairy: Wherever You AreWhere stories live. Discover now