01; apa salahku?

795 179 76
                                    

"Ahh!"

Talana berteriak sekencang mungkin untuk menghilangkan beban yang saat ini ia rasa sangat berat. Masalah satu-persatu mulai berdatangan. Mulai dari sahabatnya yang menjauh, dan Mamahnya yang mulai mengkhawatirkan nya secara berlebihan—menjadi pertanda bahwa kesialan-kesialan lain akan datang lagi padanya.

"Kenapa harus gue? Kenapa cuma gue?" Rengeknya.

Ia tak berniat pulang malam ini, pasti keadaan rumah sangat panas, dikarenakan ia tak datang ketempat les dan mengungkit angka 13.

"Oh jadi lo yang teriak-teriak disini barusan?!" Ucap seseorang yang berada 100 meter dari punggungnya.

Talana menolehkan kepalanya, alisnya berkerut tanda tak mengerti.

"Gara-gara suara cempreng lo, penyu yang baru gue dapetin jadi kabur, tau gak lo?!" Ucapnya lagi dengan nada tinggi, tetapi karena masker bergambar katak yang ia pakai jadi tak terlalu kentara.

Lagi-lagi Talana hanya mengerutkan kedua alisnya, "Lo bisu sesaat? Perasaan tadi suara lo kenceng banget."

Talana hanya menyunggingkan bibirnya lalu berdiri, menepuk-nepuk kedua tangannya yang dipenuhi pasir agar pasir-pasir di tangannya itu jatuh.

"Lo udah gak sekolah, ya?"

"Maksud lo apa?" Tanyanya sambil melipat kedua tangannya di dada "Tadi lo udah buat penyu gue kabur dan sekarang lo bilang gue gak sekolah?"

"Ya enggak, gue cuma mastiin lo diajarin etika atau enggak disekolah lo," Ucap Talana sarkastis "Dan satu lagi, anak kecil juga tau di Jakarta mana ada penyu?"

Kini pria di hadapannya hanya menggaruk tengkuk, mungkin kehabisan kata-kata, "Jadi kenapa lo teriak-teriak disini? Magrib-magrib gak takut sawan?" Tanyanya polos.

Talana tak menggubris ucapan makhluk yang ada di hadapan nya, ia segera menenteng sepatunya lalu pergi. Berjalan menjauh dari pantai, mengarah ke jalan yang akan dapat menuntunnya bertemu angkutan umum, mungkin.

Pria itu mengikutinya. Entah apa yang dia inginkan, padahal uang yang tersisa disaku Talana hanya 20 ribu, barang berharga yang ia punya hanyalah hp yang kini mati karena low batery dan sepatu yang ia tenteng.

"Jangan-jangan dia mau ngapa-ngapain gue? atau dia mau nyopet, jangan-jangan dia psychopat kaya yang ada di novel, habis ini dia bakal bawa gue kesuatu tempat dan gue disekap disana berhari-hari. Gue dianiyaya dan gue dimutilasi?!!" Racaunya dalam hati, ia berfikir untuk mencari cara agar bisa menjauh dari penculik yang ada dibelakangnya.

good idea!💡
Satu-satunya cara dia harus jalan dengan cepat atau mungkin berlari? beruntunglah sepatunya ia tenteng jadi tak begitu sulit berlari menggunakan rok selututnya itu.

Pria itu tetap mengikuti. Talana tak akan masuk gang manapun, penculik yang kini di belakangnya pasti sudah tau betul jalan sekitar sini.

Oke sekarang waktunya lar--

Pria itu kini tepat di belakang Talana dan menggenggam erat lengannya, "A-apa yang lo mau dari gue? Please please gue gak punya apa-apa, gue cuma punya hp dan uang 20 ribu" Ia memejamkan matanya spontan.

Lelaki itu hanya tertawa, "lo fikir apa yang bisa gue dapetin kalo gue nyulik lo? Nih," Ia menyodorkan sesuatu.

kaus kaki?

Bodoh.

Talana menggigit bibir bawahnya karena malu. Lelaki itu segera pergi sebelum Talana mengucapkan terimakasih, yang terlihat hanyalah punggungnya yang lama-kelamaan menghilang.

Langit [REVISI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora