19 • Kisah Pilu Adit

241 24 10
                                    

HAI GENGS...

FYI, MULAI SAAT INI AKAN ADA STORIES PRIVATE YANG ARTINYA AKAN ADA BEBERAPA CHAPTER/PART YANG AKAN DIPRIVATE. JADI DI MOHON UNTUK FOLLOW GUE DULU UNTUK MENERUSKAN BERIMAJINASI KALIAN BERSAMA ADIT & INGGA.

TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA.

***

Hari ini seperti biasa, Ingga dan Reina menjamahi kantin setelah bel istirahat berbunyi. Sekedar ingin menyegarkan pikiran karna dua jam pertama tadi langsung disuguhkan ulangan matematika. Ingga lapar. Dan ia langsung mennyantap siomaynya. Begitu juga dengan Reina.

Tiba-tiba, terdengar sebuah desisan. Dekat sekali dengan telinga Ingga. Cewek itu menengok ke arah samping dan sontak ia terkejut melihat Adit dan Randy berdiri di sampingnya. Adit melebarkan senyum manisnya. Iya, hanya Adit dan Randy, sisa dari gerombolan berandalan itu ada dimeja paling pojok.

"Lo ngapain ke sini, sih? Nggak ada bosan-bosannya ganggu kita," ketus Reina menuju pada Adit.

"Siapa yang ganggu? Gue mah orangnya friendly kali," sahut Adit menyunggingkan senyum.

Reina geram mendengar sahutan Adit. Ia baru saja ingin berniat mengusir Adit dan cowok disebelahnya, Randy. Namun niat Reina diurungkan oleh Randy yang menahannya. Tidak kasar kok menahannya. Hanya menyuruhnya duduk kembali.

"Ing, nanti balik gue antar ya?" pinta Adit.

"Nggak perlu. Ingga balik bareng gue." Reina menyahut dengan kilat.

"Iya, gue balik sama Reina aja," sahut Ingga.

"Apa perlu gue telepon bokap lo, buat minta ijin?"

Ingga sedikit terkesiap mendengar hal itu. Cewek itu sudah mengetahui jawaban ayahnya itu. Pasti akan mengijinkan. Secara, Adit telah menunjukkan sikap yang baik pada ayah Ingga.

Cewek itu terdiam sejenak hingga akhirnya mengiyakan ajakan Adit. Dan berakhir mendapatkan tatapan terkejut dari Reina yang duduk di hadapannya.

"Yaudah, nanti pulang sekolah gue tunggu di parkiran ya."

Adit dan Randy meninggalkan dua cewek itu. Mereka beralih ketempat semulanya di pojokan kantin bersama anggota gerombolan lainnya.

Reina masih tak percaya. Cewek itu terkejut. Sedikit kesal.

"Kenapa lo iyain ajakan dia, sih, Ing?"

"Sori. Lagi pula, kalau pun dia telepon bokap, juga bakal diiyain sama bokap. Dan dia akan makin jadi cari mukanya sama bokap, sekalipun lewat telepon. Makanya gue larang dia buat telepon bokap." Ingga memaparkan alasan mengiyakan ajakan Adit.

"Terus, nanti gue balik sendiri gitu?" Reina merajuk.

"Sori."

****

Adit telah berada diparkiran mobil. Alasannya berdiri di sana, ya menunggu Ingga. Gadis yang belakangan ini ia hantui oleh sikap penuh perhatiannya yang barangkali Ingga rasa sedikit risih. Namun Adit tak begitu mempedulikannya.

Cewek itu sudah terlihat di koridor yang mengarah ke parkiran. Seorang diri. Reina telah ke luar gerbang lebih awal menuju halte dekat sekolah untuk menunggu angkutan umum.

"Gue pikir lo bakal pulang sama Reina."

"Kan lo yang minta gue bareng lo."

"Oh iya. Yaudah yuk." Cowok itu membuka pintu depan mobilnya. Terlihat gentle sekali. Dan Ingga merasa terkejut mendapatkan perlakuan hangat seperti itu. Apa lagi dari seorang cowok berandalan semacam Adit.

A dan I [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang