3 • Terlambat

499 164 98
                                    

Entah apa yang membuatnya sial di hari senin ini. Ingga harus terkunci di depan gerbang sekolah setinggi 10 meter itu seorang diri. Wajahnya panik. Beberapa kali ia menggigit ujung kuku tangannya. Tiba-tiba, seorang cowok berdiri di sampingnya. Tubuh cowok tersebut disejajarkan dengan Ingga. Mata cowok tersebut memandang ke dalam sekolah. Seolah peduli dengan apa yang sedang terjadi di dalam.

"Terlambat?" tanya Adit, dengan pandangan yang masih tetap memandang ke dalam sekolah melalui celah gerbang tersebut.

"Iya," kali ini Ingga tak lagi gugup. Paparannya tak lagi terbata-bata seperti sebelumnya. Kini lebih terlihat tak terlalu mempedulikan cowok di sampingnya.

"Kita udah beberapa kali ketemu, tapi gue belum tahu nama lo," Adit berhasil membuat Ingga melengoskan kepala ke arahnya.

"Hah?!" Ingga terperangah. Ia menyimpulkan, bahwa berandalan sekolah satu ini, seolah ingin berkenalan dengan dirinya.

"Lo bukan cucuknya Haji Bolot, kan?" papar Adit seolah membuat lawakan. Tapi ia tak berhasil membuat bibir cewek di sampingnya melengkung.

"Gue Ingga," ujarnya dengan mata yang sayup menatap ke dalam sekolah.

Cowok itu mengangguk paham, "lo nggak mau nanya nama gue siapa gitu?" ujarnya membuat Ingga melengoskan kembali kepalanya.

"Nggak perlu. Semua juga tahu, biang kerok dan brandalan sekolah itu siapa namanya," sahut Ingga sinis.

"Jadi maksud lo, gue biang kerok itu?"

"Menurut lo?"

Adit terdiam paham. Apa seburuk itu repotasinya di dalam sekolahnya sendiri. Namun, ia tak terlalu mempedulikan hal tersebut.

"Lo mau di sini sampai kapan?"

"Hah?! Maksud lo?" Ingga tak paham apa yang dimaksud cowok tersebut.

"Lo nggak mau cari jalan lain buat masuk ke dalam gitu?"

Kening Ingga mengernyit. Wajahnya benar-benar tak mengerti dengan apa yang dimaksud Adit.

"Gue punya jalan rahasia buat masuk ke dalam sekolah."

"Nggak! Makasih. Gue di sini aja," Ingga mengerti akhirnya apa yang dimaksud Adit. Namun, ia menolak usulan tersebut.

"Yakin? Bakal lebih bahaya kalau lo nunggu di sini. Lo bakal dapat hukuman dan surat panggilan orang tua. Lo nggak mau kan bikin malu keluarga lo cuma karna kejadian konyol kayak gini?" paparan Adit mencoba menghasut Ingga.

Ingga terdiam tak merespon ucapan Adit. Ia masih menatap terang-terangan ke arah dalam sekolah melalui celah pada gerbang.

"Yaudah, kalau nggak mau, gue duluan," Adit pun pergi meninggalkan Ingga. Langkahnya sengaja diperlambat, karna ia yakin, kalau cewek itu akan memanggilnya.

Ingga mencoba memikirkan tawaran Adit. Sebetulnya, ada benarnya juga apa yang dikatakan Adit. Jika ia dapat surat panggilan orang tua, itu berarti, sama saja membuat Ayahnya sedih dan malu karena dirinya. Saat Adit menghabiskan lima langkah dari dirinya, Ingga pun memekik yang membuat Adit melengoskan kepala ke belakang.

"Tunggu! Gue ikut!" Ingga segera menghampiri Adit yang sedari tadi memasang senyum lebar.

Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di belakang sekolah. Terlihat pintu kecil yang menyatu disebuah dinding besar.

"Ini dia, jalan rahasia!" ujar Adit dengan sumringah.

Ingga hanya memasang wajah heran, bagaimana bisa Adit mengetahui hal ini. Bahkan, selama Ingga bersekolah di SMA Garuda Bangsa, tak pernah tahu bahwa sekolah ini memiliki pintu semacam ini. Adit mencoba membuka pintu tersebut. Namun, usahanya sia-sia. Pintu tersebut terkunci rapat dari dalam.

"Biasanya nggak dikunci," ujar Adit kebingungan.

Ingga hanya terdiam. Menyaksikan wajah Adit yang belingsatan. "Biar gue coba sekali lagi," Adit pun mencoba membuka pintu yang terbuat dari besi itu. Namun hasilnya masih sama. Tak dapat terbuka.

"Gimana ya?" gumam Adit, "lo bantu mikir dong," ujarnya menatap Ingga.

"Ya, gue mana tahu."

Kemudian, terbesit sebuah ide diotak minim Adit. "Yaudah gini aja, nanti lo naik kepundak gue. Terus lo panjat temboknya. Nanti di sebelah sana, ada beberapa celah untuk kaki lo pas lo turun. Ngerti?" paparnya.

"Ngerti, tapi nggak mau ah," Ingga menolak usulan tersebut.

Adit tak mempedulikan perkataan Ingga. Ia segera mengatur posisinya menjadi jongkok tepat di depan tembok setinggi 5 meter. "Cepat, naik," titah Adit pada cewek di belakangnya. Cewek itu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Adit pun mengulang ujarannya, namun masih sama, Ingga masih tak mau. Karna ke sabaran Adit sudah diubun-ubun, ia pun bangkit, berdiri menghadap Ingga. "Lo mau naik ke pundak gue, atau gue cium di sini?" ujarnya dengan nada beringas.

Dan hal itu membuat Ingga jijik sekaligus takut. Cowok stres. Ingga pun memilih untuk naik ke pundak Adit. "Gila! Iya, yaudah cepat, lo jongkok!" seru Ingga dengan berat hati. Adit hanya tersenyum. Tawaran hoaxnya berhasil membuat cewek tersebut takut.

Mereka pun mulai menjalankan misi. Ingga pun telah berada di atas tembok. Dan ia bingung, bagaimana cara untuk turun dari atas sana.

"Terus, gue turunnya gimana?" tanyanya belingsatan.

"Di sebelah sana, ada celah buat kaki lo, jadi lo injak celah-celah itu, terus lo lompat aja," titah Adit berhasil dimengerti oleh Ingga.

Ingga pun mencoba menjalankan intruksi dari Adit. Berkat ijin Tuhan dan usulan Adit, ia pun sampai di dalam sekolah dengan selamat.

"Lo udah turun kan? Sekarang langsung lari ke lapangan, masuk kebarisan, cepat!" papar Adit.

"Lo gimana?" Ingga memekik dari balik tembok.

"Gue gampang. Udah lo ke lapangan. Cepat!!!" Adit pun balas memekik.

Sejujurnya, Ingga bimbang. Masa iya, ia harus meninggalkan orang yang telah menyelamatkannya dalam masalah besar.

"Tapi, lo---"

"Gue gampang, lo lari ke lapangan, langsung masuk ke barisan, cepat!"

Sejujurnya, Ingga masih ragu untuk melakukan hal itu, "yaudah. Makasih!" Ingga memekik di balik tembok berwarna putih tersebut. Ia pun langsung berlari menuju lapangan mengikuti titah Adit tadi. Sesampainya di lapangan, para siswa telah berbaris rapi sejak 30 menit yang lalu. Ingga pun segera menyelinap ke barisan tersebut. Tepat di samping Reina.

"Lo kemana aja?" bisik Reina dengan rasa penasarannya.
.
.
.
Janga lupa untuk vote, kritik dan sarannya. Terimakasih banyak...

A dan I [Complete]Where stories live. Discover now