2 • Senja dan Jingga

707 198 97
                                    

Adit sedang berkumpul dengan geng rusuhnya di kantin. Lalu, cewek cantik yang menggunakan rok abu-abu di atas lutut itu menghampiri Adit yang sedang menghisap rokok di kantin. Ia adalah Angel, pacar dari cowok berandalan tersebut. Wajahnya sumringah menghampiri cowok tersebut.

"Sayang, nanti datang kan?" ujar cewek berkulit putih dengan tinggi semampai.

"Iya, aku datang," sahut Adit dengan asap rokok yang mengepul di daerah sekitarnya.

"Yaudah, aku latihan dulu, ya," Angel pun pergi meninggalkan Adit serta kawan-kawannya yang lain.

Saat mereka sedang asik dengan kegiatan tercelanya. Seorang guru terlihat berjalan menuju gerombolan tersebut. Bu Rika, guru BK--- yang terkenal killer-nya seantero SMA Garuda Bangsa. Mereka pun segera berlari, menghindari guru tersebut. Kaki-kaki brandalan itu melebarkan langkahnya. Bu Rika pun ikut mengejar mereka. Badanya yang ramping, membantunya untuk bisa mengejar murid-murid nakal tersebut. Saat di persimpangan koridor, tanpa sengaja, Adit menabrak Ingga yang sedang berjalan, hingga Ingga terjatuh.

"Aw.." Ingga mengernyit kesakitan.

"Sorry-sorry. Gue nggak ngelihat. Sini, gue bantu," ujar Adit seraya membangunkan Ingga dari posisi jatuhnya.

"Iya-iya, makasih," sahut Ingga seraya merapikan seragamnya.

Tiba-tiba, terlihat darah kental ke luar dari hidung Ingga. Adit terkejut saat melihat hal itu. "Hidung lo berdarah!" serunya menatap bingung Ingga.

Ingga pun meraba hidungnya. Benar. Ada darah segar mengalir dari hidungnya. "Lo nggak pa-pa?" tanya Adit simpati.

"Nggak, gue nggak pa-pa," ujar Ingga seraya menutup hidungnya dan berlari menuju toilet meninggalkan Adit yang memasang wajah belingsatan.

Adit masih menatap heran bahu Ingga yang perlahan memudar dari pandangannya. Tiba-tiba, sebuah jemari menjinjit telinga Adit hingga merasakan kesakitan.

"Aduh-aduh!"

"Bagus, ya. Ikut saya!" seru Bu Rika dengan menarik telinga Adit tanpa henti.

***

Tiba di kelas. Tepat di XII IPA 1. Ingga memijakan marmer putih menghampiri Reina yang sedang khusyuk pada ponselnya. Kemudian, Reina menyadari kehadiran sahabatnya di sampingnya.

"Lama banget ke toilet?"

Ingga hanya tersenyum. Reina pun kembali berfokus pada ponselnya. Ingga gelisah. Rasanya ia ingin bercerita apa yang baru saja ia alami saat ingin kembali ke kelas.

"Rein, tadi gue ketemu Adit lagi pas mau balik ke kelas."

"Adit? Kok bisa? Lo dijailin sama dia?" tanya Reina dengan cemas yang memuncak.

"Nggak, tadi dia cuma nggak sengaja nabrak gue, gitu sih."

"Terus?"

"Ya, terus gue langsung jalan lagi."

"Bagus deh," Reina terdengar lega.

"Tapi, kalau di pikir-pikir, dia orangnya nggak buruk-buruk amat kok," papar Ingga yang sontak membuat kedua pupil Reina melebar.

"Hah? Maksud lo? Jangan bilang, lo suka sama Adit?!"

"Bukan. Nggak. Maksud gue, ya dia nggak buruk-buruk amat. Buktinya, tadi dia bantu gue bangun pas gue jatuh," papar Ingga yang lagi-lagi membuat Reina terperanjat.

"Ya, itu karna kan dia yang salah."

"Nah, karna itu, artinya dia termasuk orang yang bertanggung jawab, kan?"

"Udah-udah. Nggak usah ngebahas itu tikus sekolah. Panas kuping gue!"

Ingga hanya tersenyum menatap mata Reina yang terpancarkan kebencian kepada cowok berpostur tinggi tersebut.

***

Awan perlahan menunjukkan kejinggaannya. Senja menyambut dengan hangat. Seperti biasa, Adit selalu berada di rooftop apartemen-nya, menyaksikan sebuah kebahagiaan yang 3 tahun belakangan ini baru ia sadari tentang keberadaannya. Senja. Salah satu hal di dunia yang ia sukai.

"Ma, Adit kangen," ujar Adit dengan tatapan menuju pada awan jingga di hadapannya. Matanya berkaca-kaca mengingat banyak hal yang pernah ia lalui bersama mamanya yang kini telah pergi meninggalkannya sejak tiga tahun yang lalu. Tak jarang, ia pun melengkungkan bibirnya menatap awan yang berwarna jingga tersebut.

Matahari perlahan tenggelam ditelan waktu. Senja dan kejinggannya pun perlahan memudar mengundang kegelapan. Jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 6 sore. Adit pun bergegas kembali ke apartemennya. Mempersiapkan diri untuk pergi ke acara Birthday Party kekasihnya, Angel.

Lalu, tiba-tiba terbesit sebuah ingatan yang berhasil memunculkan kebingungan Adit tentang cewek yang tadi ia tabrak. Apa tubuhnya sekeras itu hingga membuat orang yang ia tabrak mengeluarkan darah dihidungnya. Namun, ia tak terlalu memikirkan hal itu, Adit pun segera bersiap-siap untuk pergi. Dengan kemeja putih dan celana jins, sesuai dresscode untuk acara malam ini, Adit pun menuruni lift. Mobil merah bergaya sport itu terparkir di depan pintu masuk apartemennya.

"Selamat sore, Mas Adit," sapa Pak Rano, salah satu security yang menjaga apartemen tersebut.

"Sore, Pak Rano. Mobil saya, udah dipanasin Pak?" tanya Adit, ramah.

"Udah Mas."

"Makasih, ya Pak. Saya pergi dulu."

Adit pun meninggalkan apartemen tersebut. Mobilnya mulai membelah jalan. Hampir 30 menit menghabiskan waktu di jalan Ibu Kota Jakarta yang cukup ramai, Adit pun sampai di salah satu clubbing mewah di mana acara Birthday Party Angel dirayakan. Tempat tersebut sudah terlihat cukup ramai oleh orang-orang terdekat, karna tempat tersebut sudah dibooking untuk beberapa jam ke depan.

"Hai sayang?" sapa Angel seraya cipika-cipiki dengan Adit.

"Maaf, ya baru datang," ujar Adit, "ini buat kamu," sambungnya memberikan kotak kecil berwarna merah.

"Makasih ya."

Acara pun berjalan dengan sangat meriah. Lagu-lagu clubbing terbaik diputar di sana, membuat suasana menjadi tambah nikmat. Adit dan Angel pun berjoget ria. Bermili liter alkohol telah memasuki tubuh orang-orang di sana, termasuk Adit dan Angel. Mereka benar-benar menikmati saat-saat seperti itu. Surga dunia.
.
.
.
Jangan lupa vote, kritik dan sarannya ya. Terima kasih banyak...

A dan I [Complete]Where stories live. Discover now