Agustus - Manis Tapi Tidak Jelas

89 14 4
                                    

Sekian lama di perjalanan, sampailah kita di sebuah tempat makan. Aku dan Dirga mulai memasuki tempat makan tersebut.

"Eh sebentar, kayaknya kita makan di sana aja deh." Ujarnya, tangannya menunjukkan ke tempat makan yang ada di seberang.

"Lah, kenapa?"

"Nanti aku jelasin."

Aku mengangguk dan menuruti saja perkataan Dirga. Ku lihat wajahnya seperti ketakutan. Ada apa sebenarnya?
Lenganku dia tarik, langkahpun dipercepat. Heran. Tapi tiba-tiba mau ngakak ketika tangan kanannya menarik lenganku, tangan kirinya memegang kresek berisi buah yang tadi dia beli. Udah kayak emak-emak jadinya.

"Kamu mau pesen apa?" Tanyanya dengan mimik wajah sudah mulai normal kembali.

"Apa aja deh, samain." Jawabku. Dia mengangguk lalu memesankan dua nasi, dua ikan bakar, dan dua es lemon kepada pelayan.

"Kamu kenapa tadi?"

"Eh, eee... enggak kenapa-kenapa." Dia nyengir.

"Bohong, tadi mukanya kayak yang ketakutan gitu?"

"Kamu tau gak? Aku sebenarnya indigo. Sstt... tapi jangan bilang-bilang ya. Di tempat makan tadi aku lihat ada sesosok makhluk aneh di tempat duduk yang kosong. Sepertinya aku mencium bau-bau karma."

Aku tertawa kencang karena cara dia berbicara seperti Roy Kiyoshi.

"Ah kamu ada-ada aja."

"Ini beneran." Dirga malah tertawa.

Ya sudahlah terserah dia saja, yang penting sekarang makan. Sambil makanpun aku dan Dirga masih saja berbincang-bincang, rasanya selalu ada topik baru. Tidak kehabisan bahasan. Sampai pada akhirnya makanan dan minuman habis.

"Mau pulang jam berapa?" Tanya Dirga sambil mengelus-ngelus perutnya karena kekenyangan.

"Terserah, asal jangan pulang maghrib aja. Nanti aku diomelin bunda."

"Kamu anak rumahan banget sih."

"Iya dooong."

"Bentar deh 10 menitan lagi, kenyang banget ini."

Aku mengangguk.

"Kamu minggu depan sidang? Aku datang jangan?" Lanjutnya.

"Iya, kalau mau dateng boleh. Jangan lupa bawa hadiah ya." Kataku dengan percaya diri.

"Ini aku bawa hadiahnya nih." Dirga memberikan kresek buah.

"Buat aku?"

"Iya, hadiah skripsi kamu diACC."

Aku ambil kresek yang Dirga berikan, aku buka kresek tersebut. Isinya ada macam-macam buah-buahan, ada mangga, pir, jeruk dan manggis.

"Haha makasih ya." Ucapku.

"Kenapa ketawa dulu sih? Sama-sama."

"Gak tau bawaanya pengen ketawa mulu."

Kataku seraya tertawa. Dirga cengengesan.

"Kenapa dikasihinnya gak dari tadi aja? Kasihan kan kamu berat bawa-bawa ini kresek." Lanjutku.

"Ya biarin. Biar kreseknya wangi tangan aku."

Ini orang emang pintar modus kayaknya. Aku sampai bingung mau jawab apa lagi. Tapi aku suka. Hmm.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.30, aku harus segera pulang ke rumah. Sebelum pulang, tidak lupa untuk membayar terlebih dahulu. Beruntungnya, aku ditraktir Dirga. Dianterin ke rumah juga. Kok baik banget sih dia.

"Dirga makasih ya, ngerepotin banget."

"Gak apa-apa santai aja. Aku seneng kok."

"Nanti kamu sidang aku dateng ya, boleh?" lanjutnya.

YOU CAN COUNT ON MEWhere stories live. Discover now