30

295K 15.7K 1K
                                    

Novel cetaknya ready di shopee : eka.pertiwi29

Ada yang lecet dikit, harga diskon jadi 70 ribu aja.

Ada yang lecet dikit, harga diskon jadi 70 ribu aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak kerasa, udah part tiga puluh aja ya hehehe....
Makasih buat antusias kalian di part-part sebelumnya ya!
Makasih buat vote sama commentnya💕

Jangan lupa buat vote sama commentnya ya, aku tunggu lho hehehe....

Happy reading!

---

Adeeva sudah beberapa kali menguap di tempatnya. Ia masih menunggu suaminya pulang. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat empat puluh tujuh menit, tetapi belum ada tanda-tanda jika Arga akan pulang dengan cepat.

Tangannya sudah gatal ingin menanyakan keberadaan suaminya, tetapi egonya lebih tinggi daripada itu. Dan alhasil, ia hanya duduk di sofa ditemani layar kaca yang menampilkan sebuah film indonesia di depannya. Matanya sudah tak bisa fokus sama sekali, dia sangat mengantuk. Bahkan, segelas kopi hitam yang ditegaknya pun tak mampu menahan rasa kantuknya.

Orang bilang, jika kopi bisa menahan kantuk. Untuk sebagian orang memang benar, karena kopi mengandung kafein. Cara kerja kafein yang menstimulasi sistem metabolisme dan sistem saraf pusat tubuhlah yang membuat tubuh terasa lebih bertenanga, meningkatkan konsentrasi dan tidak mengantuk.

Tetapi tidak dengan Deeva, entah kenapa, meskipun ia meminum beberapa gelas kopi, yang ada bukan tidak bisa tidur, tetapi mual. Perutnya tidak merespon dengan baik minuman yang berkafein itu. Mungkin karena dia tak terbiasa mengonsumsi minuman berkafein yang bernama kopi itu terlalu banyak. Apalagi dia mempunyai penyakit maag.

Arga yang baru saja sampai di apartemennya pun menggelengkan kepalanya begitu melihat istrinya yang kini tertidur dengan posisi duduk. Ia yakin sekali, jika Deeva sedang menunggu dirinya pulang.

Sebenarnya, Arga sudah mengabari Deeva lewat whatsapp ... tetapi sayang, mungkin tidak terkirim karena handphonenya mati duluan.

Arga melangkahkan kakinya dengan pelan, karena takut istrinya terbangun. Bahkan, menyimpan sepatunya saja dengan gerakan yang sangat berhati-hati.

Dia memandang wajah istrinya yang begitu tenang, napasnya teratur. Istrinya sudah terlelap dengan nyenyak meskipun dengan posisi yang Arga yakini sangat tidak nyaman.

Dengan perlahan, Arga mengangkat tubuh Adeeva. Ia akan memindahkan tubuh istrinya ke kamar. Ia yakin, jika tidur dengan posisi duduk semalaman, tubuh istrinya akan terasa pegal-pegal di pagi hari.

Begitu Arga menidurkan Deeva, tubuh istrinya menggeliat pelan membuat Arga mengusap-usap kepala Adeeva dengan sayang. Ia tersenyum melihat wajah tenang istrinya. Dengan perlahan, dia mengecup dahi sang istri cukup lama. Mengusap kepalanya, sebelum benar-benar keluar dari kamar milik Deeva.

---

Adeeva yang terbangun dalam tidurnya pun celingukan sendiri begitu menyadari jika dirinya kini tengah berada di dalam kamar. Ia mengerutkan keningnya sejenak, mencoba mengingat-ingat kenapa ia bisa tidur di sini. Mulutnya menguap, dilihatnya jam yang baru menunjukan pukul satu dini hari. Seketika, ia ingat suaminya. Adeeva meregangkan otot-ototnya sebelum benar-benar melangkahkan kakinya untuk mencari Arga.

Adeeva dan ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang