Kecupan

1.1K 102 8
                                    

Hari itu, hari dimana Victor mengecup bibir mungil nan ranum Yuuri dengan lembut adalah hari terbaik dalam hidupnya. Hanya sebuah kecupan yang berujung pada kuluman—tanpa hasrat seks disana. Murni ciuman yang seakan berkata 'aku cinta padamu' dengan tulus.

Victor ketagihan.

Disetiap waktu latihannya bersama, pasti sekali-dua kali ia mencuri kesempatan untuk mengulum bibir Yuuri. Dan Yuuri tampak menikmati—setidaknya itu yang Victor lihat dari mata biru lautnya.

Victor tak mengenal situasi dan kondisi.

Saat sedang mengantre makanan cepat saji, atau saat sedang mengosongkan kandung kemih ditoilet umum, pasti sebuah kecupan mendarat manis dibibir Yuuri.

Yuuri tidak risih—pada awalnya. Hingga ia sadar orang-orang melihat kearah mereka dengan tatapan jijik dan mendiskriminasi. Membuat Yuuri tidak nyaman, dan refleks mendorong tubuh Victor yang lebih besar daripadanya.

Matanya membelalak fokus tak fokus. Victor dibuat terkesiap dengan yang Yuuri lakukan barusan.

Tanpa mengatakan sepatah kata apapun, ia meninggalkan Victor sendirian di keramaian.

.

.

.

.

.

.

Yuuri lari, Victor mengejar.

Hingga mereka berdua sampai di taman yang cukup sepi.

Dinginnya malam membuat jaket yang mereka kenakan terasa sama sekali tidak membantu menghangatkan. Hidung kedua makhluk adam ini memerah dikarenakan suhu yang mendekati satu digit celcius.

Yang berlari berhenti, yang mengejar mengurangi kecepatan kaki.

"Yuuri...?" panggil si surai perak.

"Ma-maaf, Victor..." suaranya parau. "Sepertinya lebih baik kita tidak berciuman lagi."

Deg.

Sebuah pertanda. Dadanya mencelos.

Mencoba memperbaiki suasana, Victor bertanya. "Ada apa Yuuri? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu?"

"Bisakah kau menghadap kearah sini...?" pinta Victor yang sedari tadi hanya bisa menatap punggung mungil Yuuri.

Berbalik, matanya memerah, sedikit berair namun tak kentara karena kurangnya penerangan taman dimalam hari. Kepalanya menunduk, tak sanggup menatap yang ia cintai.

"A-aku rasa memang lebih baik untuk kita tidak melakukan hal-hal selayaknya pasangan didepan umum..."

"Kenapa...?"

"Mereka menatap kita dengan tatapan yang tidak mengenakkan—menatapmu, Victor. Kau terlihat buruk karenaku. Aku tidak sanggup melihat itu."

Victor diam.

Yuuri terdiam.

Suasana mendingin, makin canggung.

"Apakah kau membenciku, Yuuri?" tanyanya tiba-tiba.

Yuuri yang sedari tadi menatap kebawah akhirnya mendongak, melihat sosok didepannya—

—menangis.

"Vi—"

"Apakah kau membenci saat kupegang tanganku, Yuuri? Apakah kau merasa jijik saat kudekap? Apakah kau menyesal karena ciuman pertamamu sudah kurebut?" tanya Victor sesenggukan.

Yuuri mengernyitkan dahinya. Mengapa Victor mengatakan ini tiba-tiba? Padahal dirinya hanya mengatakan untuk lebih baik tidak berciuman lagi ditempat umum. Itu yang ia katakan, 'kan?

Isak tangisnya tak terhenti.

"Vic—"

"Begitu. Aku mengerti. Maaf karena selalu melakukan hal-hal seperti itu kepadamu tanpa memikirkan perasaanmu. Aku salah. Tidak seharusnya hubungan kita melangkah sampai sejauh ini. Maafkan aku."

Victor berbalik, masih dalam keadaan menangis, meninggalkan Yuuri sendiri. Sedikit-banyak berharap dikejar, namun harapannya harus sirna mengingat Yuuri yang membencinya.

"Victor! Tunggu!" teriak Yuuri sambil mengejar. Suatu hal yang dapat dibilang diluar dari perkiraan si surai keperakan.

Ditengah penyebrangan jalan, Victor berhenti. Berbalik badan. Melihat sosok yang ia begitu sayang, yang setiap harinya selalu ia berikan afeksi berlari kearahnya dengan sekuat tenaga.

Ah, ternyata asumsiku salah. Ia mencintaiku. Buktinya ia mengejarku. Kemari Yuuri. Peluk aku sebagai mana aku memelukmu erat.

Entah mengapa kaki Yuuri terasa berat.

Dari arah samping, terlihat mobil kencang melaju ugal-ugalan tepat kejalan dimana Victor berada.

Segalanya terasa begitu cepat bagi Yuuri.

Detik selanjutnya senyum dan air mata Victor hilang entah kemana.

Kecupan rasanya tak lagi sama. Pelukkan serasa mendekap bongkahan es.

Kali ini, tiada pasang mata yang menatapnya dengan tatapan jijik. Hanya tatapan miris dan pilu. Empati sesaat.

Raungan penyesalan Yuuri terdengar semakin pilu.

Hanya darah, dan tubuh yang mendingin dingin tersisa.

.

.

.

.

.

END.

APA APAAN INI

NIATNYA MAU BUAT VICTOR YANG NGERASAIN BROKORO

TAPI APA APAAN INI

KOK SAYA SEBEL BACANYA YHA /kan lu yang bikin yhalord


yaudahlah ya. ampuni saya kawand.


xoxo,

Kyuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

心の痛み (Heartache) [Yuri!!! on Ice Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang