Hanya sebuah senyuman, bukan sentuhan. Tapi membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Waktu itu aku masih terlalu kecil, bagaimana bisa kau menyukaiku?"

"Hanya saja. Entah, aku tidak memiliki alasan untuk menyukaimu. Aku mencintaimu, dan hanya itu yang aku tahu."

Sohyun merasa pipinya merona merah. Ia tidak akan sanggup lagi berlama-lama dihadapan Jinyoung seperti ini.

Bae Jinyoung tersenyum kecil melihat pipi Sohyun yang memerah seperti tomat.

Cup

Jinyoung mengecup singkat bibir peach milik Sohyun. Wanita bersurai coklat emas itu membulatkan matanya saat permukaan bibirnya bersentuh dengan bibir Jinyoung yang lembut secara singkat.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sohyun malu. Ia yakin pipinya semakin memerah karna perlakuan Jinyoung.

Jinyoung tidak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil memperlihatkan eyes smile nya yang mematikan.

Sohyun mempoutkan bibirnya dengan imut. Matanya bergerak mengamati jam tangannya, dan Jinyoung mengikuti arah pandang kekasihnya itu.

"Aku harus segera pulang, masih ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan." Sohyun mengangkat wajahnya dan menatap Jinyoung. Saat mengamati wajah Jinyoung, Sohyun melihat sebuah kerutan halus di dahi pria itu.

"Tidak bisakah kau tinggal beberapa hari lagi disini?"

Sohyun tersenyum. Kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Sebenarnya aku ingin, hanya saja aku harus segera pulang. Aku harus menyiapkan naskah dan menemui tim produksi."

Jinyoung memandang Sohyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia diam beberapa saat sebelum akhirnya membuka mulut untuk berucap.

"Tinggallah sehari lagi disini. Kumohon, aku masih ingin menghabiskan waktu berdua denganmu." Ucap Jinyoung sambil menyeka anak rambut Sohyun kebelakang telinganya. "Hanya disini kita bisa menghabiskan waktu berdua." lanjutnya sambil tersenyum.

Sohyun tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Pipinya semakin memerah, mendengar perkataan Jinyoung yang terdengar menggoda.

Belum beberapa jam mereka berdua seperti ini. Tapi Jinyoung sudah membuat pipinya berulang kali memerah seperti ini. Apakah Jinyoung menyukai jika pipinya memerah seperti ini terus menerus.

Jinyoung mengacak-acak rambut Sohyun dengan gemas.

"Hentikan Young-a, kau merusak tatanan rambutku." Jinyoung menghentikan kegiatannya. Masih dengan mode tersenyum ia melepaskan pelukannya dan melangkah satu langkah kebelakang.

"Ayo kita sarapan." ucapnya meraih lengan Sohyun dan menariknya masuk kedalam rumah.

Sohyun hanya bisa menurut pada pria bersurai madu itu membawanya masuk kedalam rumah.

.
.

Deretan kursi tertata rapih di meja besar melingkar. Beberapa orang sudah menempati kursinya. Sebagian dari mereka terlihat sangat kesal dan ada beberapa yang mengalihkan kekesalannya untuk membaca pada sebuah naskah diatas meja.

Pria paruh baya itu melepaskan kaca mata bening yang bertengker di hidung nya, meletakkannya di atas meja dengan pelan. Mata sayunya terlihat sangat lelah. Beberapa kali ia mengusap dan memijit tulang hidungnya.

Sementara seorang pria muda berambut blonde itu hanya diam. Ia terlihat fokus membaca naskah tersebut.

"Apa kau yakin akan membintangi film Wolf Grey?" Pria bersurai blonde itu mengangkat pandangannya dan menatap pria paruh baya tersebut.

Wolf Grey : A Girl Meets Werewolf  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang