Prolog

914 158 25
                                    

Berbagi ruang di hati yang sama, berbagi kasih dari orang yang sama pula.

Menerima undangan bertinta emas merupakan resiko yang harus ditelan sejak ia mulai melabuhkan perasaan pada senior yang diam-diam telah memiliki pujaan jauh sebelum mereka mengenal.

"Bukan salah Kakak. Emang waktunya yang gak tepat."

Tangan itu bergetar meraih tangan lainnya. Berusaha tenang walau sesak kian mengikat tepat pada jantungnya. Alih-alih berbagi sebuah pelukan, mereka memantapkan hati untuk saling berjabat tangan.

"Undangannya cantik. Aku doain yang terbaik untuk pernikahan Kakak."

Hancur, remuk, tak bersisa.

Itu yang Fio pikirkan ketika cintanya harus berhenti, bahkan sebelum mereka memulai.









Back to YouWhere stories live. Discover now