-8-

102 14 4
                                    

"Oh, gitu. Dasar. Muka aja di datar datarin. Masalah cewek lo masih nomor bawah" sindir  Nata.

"Tenang, ada kita" kata Aldi.

"Coba kirim pesan lagi. Atau kalau enggak, lo samperin pas dia lagi di kantin" saran Farel.

"Harus gitu ya?" tanya Vino.

Sepeninggal sahabat sahabatnya, Vino manggut manggut sambil masih terus memikirkan kata kata Farel tadi siang.

Vino mengambil hp yang ia letakkan di atas meja belajarnya. Mengecek, apakah Aldila membalas pesannya tadi pagi. Namun sayang, pesan itu cuma dibaca olehnya.

Vino menimang nimang, apakah ia akan mengikuti saran Farel atau tetap diam menunggu balasan pesan dari Aldila yang sepertinya gak akan mungkin dibalas.

Baru saja Vino akan memutuskan untuk tidur karena telah capek memikirkan pesan yang tak kunjung dibalas, hp Vino berbunyi.

Tingg

AldilaVanya: Oke.

Vino segera membalas pesan itu dengan senang hati.

Devino M: Makasih

Read

Pesan itu hanya dibaca oleh Aldila. Namun tak apa, malam ini Vino senang bukan main.

Siang itu suasana kantin mendadak ramai. Siapa lagi kalau bukan Vino dan kawan kawannya yang membuat banyak cewek cewek memberi tatapan kagum sehingga rela berdesak desakan di kantin.

Sejak menyebarnya berita bahwa Vino yang menggatikan Tama menjadi kapten basket, maka bertambah juga cewek cewek yang menunjukkan ketertarikannya pada Vino.

Hal itu pula yang membuat Vino semakin datar dan dingin. Entah apa itu alasannya.

Namun Vino tak pernah menggubrisnya. Karena ia hanya fokus pada Aldila sekarang ini. Menurutnya Aldila sangat lucu untuk remaja seumuran SMA. Sejak pertama kali melihat Aldila, ia merasa tertarik kepada cewek. Padahal sebelumnya Vino gak pernah mendekati cewek.

Vino sekarang sedang makan di meja paling ujung yang berada di kantin itu.

"Farel mana Nat?" Tanya Vino.

"Gak tau" jawab Nata.

Vino manggut manggut paham hingga matanya menangkap seseorang yang tadi malam bikin ia senyum senyum sendiri gak jelas.

Tepat saat itu juga, Aldila menatap Vino. Namun, hanya 2 detik, karena Aldila segera mengalihkan pandangan nya ke yang lain.

Vino masih setia menatap Aldila. Karena menurutnya, hanya Aldila objek paling menarik untuk ditatap. Namun ketika masih fokus menatap Aldila. Matanya menangkap Valdo yang sedang berjalan menuju meja Aldila dan teman temannya.

Valdo Pratama itu ketua Osis SMA Pelita. Dia murid yang sangat dikagumi semua warga sekolah. Dari murid sampai guru siapa yang gak kenal Valdo? Gak ada. Semua pasti kenal sama yang namanya Valdo. Nilainya selalu diatas rata rata. Sebelas duabelas sama Vino. Valdo itu ramah, murah senyum juga. Itulah mengapa semua orang kagum sama dia.

Dia itu juga salah satu most wanted di SMA Pelita. Banyak cewek yang selalu mendekat. Dan berani secara terang terangan mengungkapkan isi hatinya. Namun, Valdo selalu bilang 'maaf gak bisa' dengan disertai senyum ramahnya.

Sekarang Valdo sedang duduk berbincang di meja Aldila dan teman temannya.

"Gue kelas" kata Vino sambil berdiri. Dia gak suka cara Valdo natap Aldila. Vino yakin Valdo sepertinya ada rasa sama Aldila.

"Woyy Vin, gak dihabisin?" teriak Nata namun Vino tidak menggubrisnya.

Hal itu membuat semua warga sekolah yang berada di kantin memperthatikannya.
Termasuk Valdo dan Aldila.

Dimana lagi Vino sekarang kalau bukan di rooftop. Dia tiduran. Bolos lagi. Dasar emang bandel sih. Tapi pinternya enggak nyusut.

Devino M: Sa, dirumah gak?

ArsaAndhika: Iya, ngapain? Bolos lagi?

Dasar Arsa cerewet, kek cewek. Batin Vino.

Eh, ntar kualat. Maaf maaf. Tambahnya dalam hati.

Devino M: otw kafe biasa

Devino segera menuju kafe tempat biasa mereka ngumpul. Namun kali ini, ia hanya bersama Arsa.

Tak lama kemudian Arsa sampai dengan menggunakan celana jeans pendek dan kaos warna hijau army. Vino yang berada di tempat duduk paling pojok langsung terlihat oleh mata Arsa.

"Jadi ada apa?" Tanya Arsa.

"Adek lo lagi deket ya sama Valdo?"

"Valdo ketua Osis angkatan lo maksudnya?"

"Siapa lagi" jawab Vino cuek dan jangan lupakan muka datarnya.

"Makanya, kalo lo niat sama adek gue deketin. Bukan malah liat dia sama orang lain langsung kabur" jelas Arsa.

Vino memutar bola matanya malas sambil berdecak pelan.

"Ck, lo kan tau" kata Vino

"Yaudahlah, gue mau cabut ke sekolah lagi" tambahnya.

Vino berjalan meninggalkan Arsa yang masih duduk santai di kursinya.

"Dasar ABG labil" gerutu Arsa.


Hari ini ada latihan basket. Hari pertamanya menjadi kapten. Makanya Vino hadir. Kan gak elit kalau kapten nya gak tertib, gimana nasib anggotanya nanti.

"Woy Vin, lo balik juga" kata Farel sambil menepuk pundak Vino.

"Yoi bro" balas Vino singkat.

Latihan hari itu dimulai dengan tertib dan kompak. Pak Hari aja sampai geleng geleng kepala.

"Bagus Vino" kata Pak Hari

"Makasih Pak"


Hari sudah mulai gelap. Matahari telah tenggelam di sisi barat. Vino baru saja memasuki rumahnya.

"Baru pulang Vin? Mandi terus turun makan ya" kata mama Vino.

"Ya ma"

Sesampainya di kamar, Vino meletakkan tasnya di atas meja belajarnya dan segera mandi untuk mengikuti makan malam bersama Papa dan Mama nya.

Ternyata saat Vino turun, Papa dan Mamanya telah menunggu di meja makan.

"Duduk Vin" kata Papanya.

Papa Vino memang sibuk. Tapi ia selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama keluarganya.

"Gimana sekolahnya Vin, udah punya pacar?" Tanya Papa nya sambil bercanda.

"Baik, belum Pa. Gak ada yang cocok" kata Vino

"Mama kamu dulu juga gak minat pacaran, eh pas Papa deketin dia luluh juga" kata Alvan sambil terkekeh.

"Apaan sih, enggak" Riana, mama Vino menepuk punggung suaminya sambil melotot.

"Nah gini nih, Mama mu dulu itu galak"

Riana mencubit Alvan, dan Vino terkekeh pelan melihat tingkah laku kedua orang tuanya itu.

🍒🍒🍒

Vote & Komen nya boleh😊
Semoga suka❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DEVINOWhere stories live. Discover now