Bagian 3 : A Mysterious Numbers

13 2 1
                                    

Orang tuaku belum pulang. Huft, malam ini aku harus tidur sendirian lagi. Aku langsung bergegas ke kamar, ganti pakaian, sekaligus mandi. Namun, aku masih tetap memikirkan perkataan Candra yang tiba-tiba dipotong oleh bu Yanti.

"Dia sebenernya mau ngomong apa sih...," tanyaku dalam hati.

Sehabis mandi, aku mengecek hape ku. Ternyata ada banyak notif dari teman-teman ku. Mereka sepertinya sedang membahas PR yang diberikan oleh guru Matematika ku tadi..  Aku membiarkannya saja, "Makan dulu deh," pikirku.

Yaa, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Aku mengeluhkan kapan orangtua ku pulang. Akhirnya aku menelpon mamaku:

Aku: "Mah, kapan pulangnya?"

Mama: "Sekitar satu minggu lagi, baru mama otewe pulang. Kamu baik-baik saja kan? Jangan lupa bersihin rumah yaa"

Aku: "Kok lama banget?? Iya aku baik-baik aja kok. Okee ma"

Mama: "Mama ada project tambahan lagi, jadi waktu terbang mama diundur seminggu lagi."

Yah begitulah aku. Selalu taat dengan perintah orangtua. Gak lama setelah aku menelpon mamaku, tiba-tiba teman-teman ku juga mengadakan group call. Aku diajak untuk ikutan group call tersebut.

Awalnya aku menolak dengan alasan mau tidur, namun entah mengapa aku tidak bisa tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut group call.

Gita: "Loh, katanya kamu mau tidur, kez?"

Namaku adalah Kezya. Lebih tepatnya Kezya Clarita. Kata orangtua ku, Kezya itu artinya damai, sedangkan Clarita... Hmm aku tidak tahu apa makna dari nama belakang ku, mungkin supaya jadi lebih keren aja...

Aku: "Iya, tadinya aku mau tidur, tapi gatau kenapa aku gabisa tidur."

Aku dan teman-temanku sedang asyik mengobrol, namun perhatianku teralihkan dengan Candra yang tidak pernah bersuara, padahal dia ikutan group call juga.

Aku: "Candra, kok diem aja? Ngomong lah"

Candra: "Eh maaf, aku tadi ditelpon oleh orang asing. Aku gatau kenapa, tapi dia kayak ngucapin angka-angka gitu."

Lisa: "Ah yang bener kamu Can? Mungkin kamu telpon operator kartu SIM mu kali..."

Candra: "Engga, aku serius. Bukan operator SIM, suaranya berat banget, terus dia ga hirauin pertanyaan aku."

Aku sontak terkejut. Kenapa kronologis nya sama seperti yang aku alami yaa. Aku memberanikan diri untuk bertanya:

Aku: "Can, kamu tulis ga angka-angka yang dia ucapin tadi?"

Candra: "Emm, aku inget. Kalo ga salah dia sebut angka ini, sembilan belas - lima - tiga - lima belas - empat belas - empat. Dia sempet berhenti sebentar, habis itu lanjut ngucapin angka ini, sembilan - sembilan belas - dua lima - lima belas - dua satu."

Indri: "Kok aku bingung yaa... Hmm, hei Gita, kamu suka Matematika kan? Apa ada yang aneh sama nomor itu?"

Gita: "Sebentar, kalo kita perhatiin baik-baik, cuman ada duaangka genap di nomor itu, yaitu 4 dan 14."

Lisa: "Loh bener juga, terus maksud ini semua apa?"

The Resonance of TerrorWhere stories live. Discover now