Bagian 2 : The Beginning

33 4 4
                                    

Keesokan harinya, aku kembali bersekolah seperti biasanya. Namun ada yang berbeda pada hari ini, semua teman-temanku menceritakan suatu hal yang sama dengan apa yang aku alami semalam. Mereka di terror oleh orang misterius. Lebih anehnya lagi, mereka diterror dalam waktu yang bersamaan. Seorang temanku, Lisa, menjelaskan kronologisnya dengan tangan gemetar.

Lisa : "Aku mendengar beberapa kali telepon itu berdering. Awalnya aku berusaha menghiraukan itu, tapi lama-kelamaan itu menganggu aktivitas tidurku. Saat aku mengangkat telepon itu, ternyata..."

Bel sekolah pun berbunyi. Tanda bahwa jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Aku sempat sedikit kesal karena cerita Lisa belum diceritakan sampai selesai, namun aku dan beberapa temanku yang lainnya sepakat untuk melanjutkan ceritanya saat bel pulang sekolah sudah tiba.

"Akhirnya, sekolah selesai juga ya", kata aku kepada teman-temanku.

"Iya, entah mengapa hari ini aku sangat lelah, mungkin karena semalam aku kurang tidur", sahut Candra.

"Ohiya Lisa, lanjutkan cerita mu yang tadi, dong..", kata aku kepada nya.

Telepon tiba-tiba berdering, ternyata Lisa sudah dijemput oleh pacarnya yang telah menunggunya di depan pintu gerbang sekolahnya.

"Eh kawan-kawan, maaf yaa. Kayaknya aku gabisa cerita sekarang deh, pacarku sudah nunggu tuh di depan. Aku akan sambung ceritanya besok yaa. Ingatkan aku kalau aku lupa, okey! Byee semua.." Kata Lisa kepada aku dan teman-temanku.

Aku dan teman-temanku sempat kesal, namun aku melihat seperti ada yang aneh dari gerak-gerik nya Lisa. Dia tidak terlihat seperti biasanya. Nampaknya dia sedang tergesa-gesa. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, tapi pikirku, keadaan semakin aneh.

Aku memiliki geng tersendiri di sekolah ku. Anggota nya terdiri dari aku, Lisa, Candra, Indri dan Gita. Kami sangat kompak dalam semua hal, bahkan tidak pernah berantem. Kalaupun berantem itu hanya kecil-kecilan saja dan hanya untuk bahan lelucon bagi kami.

Berawal dari geng-geng an biasa saja, tiba-tiba terlintas di benak aku untuk membuat geng ini bukan hanya sekedar geng saja, tapi sekaligus untuk memecahkan misteri ini.

"Bagaimana kalau kita membentuk suatu kelompok untuk memecahkan misteri ini?", tanyaku kepada 3 temanku yang sedang bengong seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Aku setuju", sahut Indri.

"Aku juga setuju, kebetulan aku sangat suka memecahkan teka-teki atau misteri", kata Gita.

Namun si Candra tidak memberikan persetujuan kepada aku, Indri, dan Gita tentang usulku. Sontak aku ber-tiga menatap ke arahnya dan bertanya:

"Kalau kamu, gimana Can? Setuju kan?" kata Gita sembari menepuk bahu Candra.

"Hmm, aku kurang yakin. Sebenarnya aku mau, tapi..."

"Sedang apa kalian disini? Ini sudah menunjukkan jam pulang sekolah, cepat pulang!" Teriak guru bidang kesiswaan dari kejauhan.

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Kami tidak sadar bahwa kami telah berbincang-bincang lebih dari satu jam. Indri pun mengajak kami untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Eh guys, pulang yuk! Bener juga sih kata bu Yanti, ini sudah sore, sudah sepatutnya kita sampai di rumah masing-masing", ajak Indri kepada kami.

Kami pun mengangguk setuju dengan ajakan Indri. Sesampainya dirumah, aku masih sempat berpikir apa yang mau dikatakan Candra soal tadi. Pikiranku semakin kacau, sepertinya ada yang tidak beres dengan ini semua.

The Resonance of Terrorحيث تعيش القصص. اكتشف الآن