l i m a

2.1K 311 66
                                    

Terkadang aku memikirkan keadaan diriku saat bersama Jungkook. Akankah keputusanku ini benar? Apakah Jungkook suatu saat akan mengingatku? Apakah suatu hari aku akan bahagia bersamanya? Dan, walau aku mengutuk diriku sendiri karena bertahan, hatiku memaksa untuk kuat menahannya. Terdengar bodoh, tapi kebodohan ini hal yang tidak akan pernah kusesali. Walau jika nanti pada akhirnya Jungkook tak akan pernah mengingat kenangan kami, asalkan aku masih mengingatnya, kenangan itu akan tetap terpatri selamanya di dalam benakku.

Suasana menjadi agak canggung sejak hari itu. Hari dimana Mama memergoki kami dan Ayah memaksa Jungkook untuk menikahiku. Yang ada di hadapanku saat ini cuma Kak Junghyun yang dengan wajah bosan membolak-balik majalah yang ia beli sebelum pulang.

"Membosankan sekali. Hal yang ingin kubaca, malah tidak ada di edisi minggu ini," keluh Kak Junghyun. Ia melempar majalah tersebut jauh ke belakangnya. Lalu ia menatapku yang sejak tadi memerhatikannya. "Ada apa Rain? Ada hal yang ingin kau ucapkan?"

Aku mencerna ucapannya. Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan, tapi aku tak tahu caraku ini benar atau tidak. "Omong-omong, aku baru dengar soal insiden waktu itu dari Mama, tadi pagi. Kau sungguh akan menikahi Si Jungkook?" tanya Kak Junghyun.

Aku mengangguk. "Aku pikir yang ada di pikiran anak satu itu cuma 'Stella', 'Stella', dan 'Stella'. Aku tak pernah melihat ia membawa gadis lain selain kau dan Stella ke rumah ini."

"Kak Junghyun mengenal Stella?" tanyaku.

"Bahkan aku yang menemani Jungkook waktu memergoki gadis itu bercinta dengan orang lain saat masih memiliki hubungan dengan Jungkook."

"Apa?" Aku menutup mulutku sendiri. Tak menyangka kalau penyebab putusnya mereka adalah karena itu. Mungkin Jungkook tidak mengingat bagian itu. Mungkin ia hanya mengingat saat-saat indah mereka sebelum kejadian itu terjadi.

"Rain, aku harap kau mau bersabar dengan adikku. Dia mungkin memang keras kepala. Tapi, ia berhati lembut."

"Lucu mendengar kata itu keluar dari mulutmu, Hyeong-ah." Adalah ucapan Jungkook saat lelaki itu datang menghampiri kami di ruang keluarga. Ia memakai jaket levis biru muda, dan celana jeans. Bahkan rambutnya ia sisir rapih saat ini. Jujur saja, ia tampak tampan sekali tanpa kacamata yang biasa menempel di wajahnya ketika mengajar.

"Sialan kau. Aku ini sedang memperbagus namamu tahu di depan Rain," ujar Kak Junghyun sambil melempar bantal ke arah Jungkook dan ia dengan mudah menghindar.

Jungkook tertawa kemudian menatapku. "Rain, bersiap-siaplah. Aku tunggu, 10 menit," ujarnya.

Seketika rasa panik menghampiriku. 10 menit? Apa yang akan kulakukan dalam sepuluh menit untuk bersiap? Mengapa ia mendadak menyuruhku bersiap sih? "Mau kemana?" tanya Kak Junghyun.

Aku belum sempat mendengar jawaban Jungkook karena aku langsung masuk ke kamarku dan mengganti pakaianku dengan baju putih panjang dan jeans biru mudaku. Rambutku yang sudah agak panjang, kukepang menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Tak lupa aku memakai sedikit bedak, dan liptint untuk bibirku. Lalu membawa tas kecil berisi dompet juga ponselku.

Sesampainya aku di bawah, Jungkook langsung berdiri dari sofa. "Hyeong, aku pergi dulu," ujarnya.

"Hati-hati, Jungkook-ah, Rain," ujar Kak Junghyun. Aku hanya menunduk sopan padanya lalu mengikuti langkah kaki Jungkook yang berjalan di depanku. Ia menaiki mobilnya, dan aku duduk di kursi samping pengemudi.

"Kita mau kemana?" tanyaku dengan antusias. Jungkook tak kunjung menjawab, padahal aku sedang menunggu jawabannya. Ia malah mendekat ke arahku, seakan mau menciumku, namun ia malah menarik seatbelt di belakang tubuhku.

Pervert Biology Teacher 2Where stories live. Discover now