d u a

2.5K 338 100
                                    

Jungkook memandang Rain dengan bingung. Gadis yang unik, pikirnya. Bagaimana bisa seharian gadis itu  tak berhenti berjalan kesana-kemari ketika dipanggil oleh siapapun, dan juga  tak berhenti mengoceh tentang apapun pada keluarganya. Pokoknya, gadis itu benar-benar berbeda dari gadis yang selama ini ia tahu. Tahu sendiri kan, gadis-gadis yang ia tahu bagaimana macamnya?

"Kalau saja mama punya anak perempuan yang manis seperti Rain," ujar ibu Jungkook, lagi-lagi berandai-andai melihat betapa cerianya Rain. Jungkook mengikuti arah pandang ibunya. Ia melihat gadis itu bermain dengan anak anjing milik keluarga Jungkook. Dengan segera Jungkook memandang ibunya tak habis pikir.

"Dia itu ceroboh, mama tidak tahu saja seberapa buruknya ketika ia melakukan sesuatu," ujarnya. Dan, satu pukulan pelan mengenai kepalanya. Itu ulah ibunya tentu saja.

"Argh! Kenapa aku dipukul?" lanjutnya dengan nada setengah kesal. Ia memegangi belakang kepalanya serta menatap mata ibunya yang saat ini memandang tajam dirinya.

"Kau ini, dasar tidak peka seperti ayahmu!"

Lelaki selalu salah :').

"Aigoo, aku salah lagi." Jungkook pura-pura menyender ke pinggiran sofa. Berharap ibunya iba padanya. Dan, tentu saja ibunya iba. Ibu mana yang tega jika anaknya sudah lama tidak pulang, tapi harus kena pukul juga? Ibu Jungkook langsung mendekap anaknya lagi dengan hangat.

"Jungkook-ah ... kau nikah sajalah dengan Rain," celetuk ibunya santai. Jungkook langsung melepas dekapan ibunya.

"Hah? Aku tidak salah dengar 'kan, Ma?"

"Apa? Kau mau pura-pura tuli sekarang? Mama bilang, kau nikahi saja Rain."

"TIDAK MAU," tegasnya.

"Loh? Kenapa?"

Jungkook terdiam. Ia memutar otaknya mencari alasan yang logis untuk tidak menikahi Rain. Tapi, sudah berkali-kali ia putar otaknya, bahkan sampai memindahkan otaknya ke dengkul pun, ia tak bisa menemukan alasan yang logis mengapa ia tidak menikahi Rain. Dia tak mau menikahi Rain ya karena ... tidak mau saja. Alasan aneh. Seaneh orangnya.

"Bingung 'kan? Kau benar-benar mirip dengan ayahmu. Selalu saja begitu. Nanti giliran Rain hilang, kau baru merasa kehilangan."

"Apa ayah juga begitu?" tanya Jungkook jahil, menghindari pertanyaan ibunya yang mulai menguliahi. Bukan karena tidak ingin, tapi Jungkook agak sensitif mendengar kata pernikahan. Apalagi ibunya menyuruh dirinya menikah dengan Rain ketika baru beberapa bulan lalu ia dicampakkan Stella. Ia ... tak sekuat itu.

"Iya! dan kau, bahkan lebih parah."

"Tapi lebih tampan aku 'kan, Ma?"

"Anak Mama mana sih yang tidak tampan, huh?"

Jungkook terkekeh mendengar ibunya menjawab demikian, dan masuk ke dalam jebakannya.

"Hahahaha, Hyeong selalu bilang kalau aku ini anak pungut. Katanya aku dipungut dari tempat sampah."

"Hahahahaha. Hyeong-mu itu ya. Kau anak Mama, Junghyun juga anak Mama. Rain juga akan jadi anak mama. Iya 'kan, Jungkook?"

Itu pertanyaan atau pernyataan? Ibunya benar-benar susah deh.

"Ya terserah mama deh."

*** 

Beberapa bulan terakhir, Jungkook akhirnya berhenti mengunjungi bar. Ia berhenti minum sejak Rain selalu hadir di rumahnya. Jujur saja, terkadang ia masih mengingat Stella. Harum tubuhnya, rambut lebatnya, bahkan keseksian badannya yang membuat Jungkook kehilangan. Satu orang yang penah Jungkook sentuh seumur hidupnya, Stella. Dan dulu ia berjanji akan selalu menjaga gadis itu, serta mempertanggung jawabkan 'kecelakaan' yang ia  lakukan dulu terhadap Stella. Tapi semuanya sirna. Musnah. Stella telah pergi. Kemalangan menghampirinya. Bahkan, gadis yang tak ia kenali, muncul dalam hidupnya.

Pervert Biology Teacher 2Where stories live. Discover now