Jungkook hanya tertawa melihatnya berjalan canggung keluar apartemennya. "Rain! Jangan jalan sendiri!" teriaknya sambil mengejar Rain.

***

Jungkook selesai mengepak barangnya. Usai wisuda Rain kemarin, ibunya tiba-tiba menyuruhnya kembali ke kampung halaman. Akhirnya karena Jungkook tidak ingin Rain menghabiskan waktunya sendirian di Seoul, Jungkook mengajaknya untuk ikut pulang ke Busan sekalian bertemu orangtuanya serta kakak laki-lakinya.

Gadis anting bulan itu, entah mengapa gigih sekali. Padahal Jungkook berkali-kali menyakitinya. Dulu bahkan pernah membentaknya, tapi lagi-lagi ia kembali padanya. Jungkook tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya. Tapi karena sikapnya itu, Jungkook jadi agak menyukainya. Ia bahkan bisa melupakan Stella berkat Rain. Entah sudah pergi kemana Stella dengan suami serta jabang bayinya. Jungkook sudah tak peduli. "Jungkook, kau sudah mengirim berkasmu ke kampus tempat kau melamar dosen?" Gadis itu menyembul di balik pintu.

Jungkook memandanginya. Barusan saja ia memikirkan Rain, dan ia tiba-tiba datang ke kamarnya menanyakan perihal berkas-berkas yang harus ia kumpulkan untuk melamar pekerjaan sebagai dosen. "Kemari," ujar Jungkook. Gadis itu berjalan mendekat dengan langkah riang. Mungkin gadis itu senang akhirnya mereka bisa pergi dari kepenatan Seoul walau hanya sementara.

"Iya?" tanyanya dengan riang. Lihatlah nada suara dan wajah cerianya. Jungkook tidak bisa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari Rain. Kepolosannya membuat Jungkook tak bisa berpikir sejenak.

"Kau sendiri sudah mengisi formulir beasiswa untuk kampus yang kau tuju?" tanya Jungkook balik. Rain mengerucutkan bibirnya. Lucu. Itu adalah satu-satunya kata yang bisa mewakili Rain. Apa ia salah kata lagi?

"Kan kau menemaniku mengirimnya Jungkook, kau lupa?"

Jungkook tertawa kemudian mengusap-usap kepala Rain lembut. "Maaf. Aku lupa." Dan ... lihatlah wajah gadis itu. Serta merta menjadi ceria lagi. Padahal entah sudah keberapa kalinya ia melupakan janji-janji dan mengecewakan Rain.

"Jadi ... kita benar-benar akan ke Busan?" tanya Rain senang.

"Iya dong."

"Lalu, bisakah kau menggunakan logat Busan, sekali...saja?"

Matanya berkedip dua kali. Jungkook menggeleng, dan gadis itu kembali berkedip lebih banyak membuat Jungkook mengangkat tangan merasa kalah. "Omoya, kita harus berangkat sekarang." (Ceritanya logat Busan)

Rain bertepuk tangan serta tertawa. "Kau terdengar gentle sekali jika menggunakan satoori."

"Sudah, ayo berangkat. Dimana kopermu?"

"Sudah di mobilmu," ujar Rain.

Jungkook tersenyum kembali, menatap foto-fotonya bersama Rain di dinding kamarnya kemudian berjalan mengikuti Rain keluar apartemen.

***

"Eommeoni! Abeoji! Hyeong-ah!" Jungkook langsung memeluk keluarganya setibanya ia di Busan tepat di depan rumahnya. Rain masih berdiri di belakangnya menunggu Jungkook selesai berpelukan, melepas rindu yang sudah lama ia pendam.

"Ini Rain?" tanya ibu paruh baya yang dipanggil Jungkook sebagai ibunya. Rain mengangguk dan badannya langsung tertarik ke arah ibu Jungkook. Ya, ibu Jungkook memeluknya bahkan mencium dahinya dengan sayang. "Sudah lama aku ingin punya anak perempuan," kata ibu Jungkook.

"Pantas saja aku selalu disuruh masak dan lain sebagainya, ternyata Mama ingin anak perempuan," ujar seorang lelaki yang tampak beberapa tahun lebih tua dari Jungkook. Itu adalah kakak Jungkook yang bernama Junghyun.

"Ayah, mama kode tuh," ledek Jungkook yang sontak membuat pria paruh baya yang disebut ayah oleh Jungkook itu menjewer pelan telinga anaknya. Walau terlihat agak tua, tapi baik ibu dan ayah Jungkook, keduanya masih terlihat cantik dan tampan. Pantas saja kedua anaknya terlihat tampan.

"Selamat datang di keluarga Jeon, Rain!" seru Junghyun dengan riang. Jungkook membawakan koper Rain serta koper miliknya masuk ke dalam. Ibu Jungkook langsung menyiapkan kamar untuk ditempati Rain. Di rumah Jungkook rupanya banyak kamar kosong yang bisa ditempati. Rain melihat-lihat dinding rumah Jungkook yang terdapat banyak foto Jungkook sewaktu kecil.

 Rain melihat-lihat dinding rumah Jungkook yang terdapat banyak foto Jungkook sewaktu kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh, yang ini waktu Jungkook masih berumur 1 tahun. Ayah tampan 'kan?" tanya ayah Jungkook pada Rain yang sontak membuat Rain tersenyum kecil. Bukan 'om' atau 'ahjussi', tapi ayah Jungkook menyebut dirinya 'ayah' untuk Rain. Rain jadi terharu mendengarnya.

"Yang itu waktu aku dan Jungkook hampir berebut sepeda haha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yang itu waktu aku dan Jungkook hampir berebut sepeda haha." Kali ini Junghyun yang bicara. Rain lagi-lagi tersenyum. Jungkook dan Junghyun terlihat dekat sekali. Rain senang melihat Jungkook dekat dengan keluarganya.

"Rain, kamarmu sudah siap." Jungkook menghentikan kegiatan Rain yang sedang mengamati foto-foto masa kecil Jungkook.

"Istirahat dulu di kamarmu, Rain," ujar ayah Jungkook ramah. Rain mengangguk menurut kemudian mengikuti Jungkook ke kamarnya.

"Pasti ayah membanggakan ketampanannya sendiri 'kan?" tanya Jungkook sesampainya mereka di kamar Rain.

"Haha, kok bisa tahu?"

"Ayah memang begitu, sejak dulu tidak berubah. "

"Tapi aku senang Jungkook. Kau kelihatan bahagia sekali pulang ke Busan. "

Jungkook tersenyum, kemudian mengusap rambut Rain pelan. "Kamar mandi cuma ada satu, di lantai bawah. Dan, kalau ada apa-apa, kamarku di depan kamarmu ya," ujarnya lembut. Rain baru ingin memeluk Jungkook barang sebentar, namun ia mengurungkannya. Jungkook langsung masuk ke kamar miliknya sendiri, dan Rain juga masuk ke kamar miliknya.

Mungkin seperti ini lebih baik.
Hubungan tanpa sebuah status.

To be continued

Ini buat yang minta season 2.

Tapi kalo yang minat dikit, diunpub lagi ya.

NC? Ada. Judulnya aja udah yadong elah. Wkwkwk. Tapi nanti, seepisode lg atau dua episode lg.

Pervert Biology Teacher 2Where stories live. Discover now