[1] First time

320 151 391
                                    

Happy Reading :)

Bel pulang telah berbunyi 10 menit yang lalu. Dan kini Alena dan Caca sedang menonton kakak kelas mereka latihan basket. Mereka duduk di bangku tepi lapangan. Ya kali bangku ditengah lapangan? Jadi samsak dahh.

"Kalo bukan gara-gara lo minta temenin nonton tuh basket. Gue mah udah cabut dari tadi," ujar Alena sambil jari telunjuknya mengarah ke lapangan.

"Yak elah Al bentar doang. Banyak cogan tuh," balas Caca.

"Iyain dah." Alena pasrah.

Tiba-tiba ponsel Alena bergetar.

Drtt!

Drtt!

Drtt!

"Assalamualaikum. Halo ada apa Ma? Tumben telepon Alena." Dengan sigap Alena mencari tempat yang lumayan sepi.

"...."

"Iya bentar lagi Alena pulang. Maaf ya Ma, Alena lupa ngasih kabar ke Mama. Assalamualaikum."

"...."

Kemudian Alena memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku rok. Alena melirik benda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Ck! Ternyata udah jam 4 mana gue tadi lupa ngasih kabar ke Mama. Pasti gue nyampe rumah kena sasaran empuk," gumam Alena seraya mengacak rambutnya frustasi dan berjalan menuju ke bangku ia dan Caca tadi.

Alena duduk di samping Kinan.
"Ca, gue pulang duluan ya? Barusan nyokap telepon gue nyuruh gue pulang ke rumah sekarang," ujar Alena sambil menatap bola mata coklat milik Caca.

"Iya deh, lo pulang aja duluan. Gue masih pengen nonton basket. Bentar lagi gue pulang kok. Oh ya, Al gue minta maaf ya karena gue lo pasti kena marah nyokap lo." Caca tak enak hati merasa dirinya bersalah.

"Santai aja kali, Ca." Alena mencoba menenangkan Kinan yang menyalahkan dirinya sendiri.

Alena melangkahkan kaki menuju ke tempat parkiran. Mengambil motor matic yang biasa ditumpangi oleh Alena ke sekolah. Kemudian, Alena terkejut melihat motornya berjagang tengah. 'Mampus!' gumam Alena.

Alena celingak-celinguk untuk meminta bantuan. Namun, usaha celingak-celinguknya nihil. Dan sekarang Alena terasa gupuh. Bingung meminta bantuan kepada siapa.

1 menit

2 menit

3 menit

4 menit

"Ahh, itu ada orang lewat mau minta bantuan tapi--" Alena menggantungkan kalimatnya.

"Tapi gue nggak berani buat minta tolong, biasanya ada sahabat-sahabat gue. Ya allah, bantu hamba mu ini. Berilah hamba keberanian ya allah. Ini antara hidup dan mati. Amin!" tangan Alena mengadah ke atas mirip seperti orang yang sedang berdoa tapi alay.

Alena berlari menuju ke seorang cowok yang tengah berjalan menuju ke tempat parkir.

"Hmm permisi, gue boleh minta tolong nggak?" tanya Alena dengan sedikit keberaniannya.

Pasalnya ini pertama kali Alena berbicara duluan kepada seorang cowok?!. OMG Alena.

Dengan anggukan kepala cowok itu menyetujuinya. Alena berjalan di depan sedangkan cowok itu berjalan mengikuti Alena dari belakang.

Setelah sampai di samping motor Alena, Alena membuka suara "Bisa tolong ambilin motor gue? Yang itu." telunjuknya menunjukkan dimana motornya.

"Motor gue yang dijagang tengah. Dan gue nggak bisa jagang tengah. Tapi itu bukan ulah gue," ujar Alena yang gugup setengah mati.

Lagi-lagi cowok itu menganggukan kepalanya tanpa mengeluarkan suaranya. Setelah motor Alena dikeluarkan dari tempat parkir, Alena langsung menumpangi motornya. Tak lupa Alena mengucapkan terima kasih kepada cowok tadi. Segera Alena meninggalkan tempat parkiran SMA Wijaya.

---

Suara motor yang masuk ke dalam pekarangan rumah membuyarkan lamuran Lia, Mama Alena.
"Assalamualaikum. Alena pulang. Yuhuu! Spada! Paketan tissue," begitulah teriakan Alena yang super gak jelas. Membuat Lia menggeleng-gelengkan kepala karena tingkah anaknya itu.

"Kenapa kamu pulang sore kayak gini? Hmm?!." tanya Lia.

'Ampun deh baru nyampe rumah udah disosor pertanyaan yang nggak bermutu' batin Alena.

"Ma, ada orang ucap salam itu dijawab dulu baru ngasih pertanyaan tadi," jawab Alena sambil melepas sepatunya.

"Argh! Saking semangatnya Mama lupa. Walaikumsalam. Udah kan udah Mama jawab salam kamu. Sekarang kamu jawab pertanyaan Mama yang tadi! Cepetan!" suara Lia yang nampak sedang kesal terhadap anaknya ini. Alena.

"Iya Ma iya. Tadi itu aku nemenin Caca buat nonton basket. Mau aku tolak tapi dia maksa. Kasihan juga sih. Ya udah karena aku sahabat yang baik jadi aku temenin Caca nonton basket. Gitu Ma." nampak sorotan mata Alena yang sangat memelas. Agar Alena bisa cepat terbebas dari Mamanya kini.

"Ya udah kamu sekarang sholat ashar terus mandi. Mama nggak kuat sama bau badan kamu. Ihh bauu." tangan Lia menutupi hidungnya. Yang hanya akting.

"Enak aja Mama ngatain aku," kesal Alena dibilang 'bau badan'.

Alena bergegas menuju ke kamarnya. Letak kamar Alena berada di lantai 1 karena Alena takut bila kamarnya berada di lantai 2. Kata Alena saat itu ia takut ada woka-woka alias setan. Maka dari itu Alena menolak keras jika kamarnya berada di lantai 2.

-----

Sampai ketemu next part:)

Creatha [ON GOING]Where stories live. Discover now